Seminggu hampir mengulang, namun tetap saja banyak kelompok yang masih santai dan bahkan tidak mengerjakan proposal dalam waktu itu. Begitu pula dengan kelompok 3, kelompok ini juga masih belum mengerjakan apapun. Alasannya tentu saja karena si Yoni yang bersemangat gagal fokus sebab rapat OSIS yang di lakukan beberapa kali dalam seminggu juga persiapan ujian untuk minggu besok. Zainal sendiri sebagai ketua kelompok memiliki banyak alasan untuk tak mengerjakan proposal kelompok mereka, belum lagi si Habibah dan Putri yang juga sibuk di kegiatan ekstrakurikuler mereka.
Hari ini, kembali pada pelajaran Sosiologi yang ada sekali dalam seminggu selama empat jam pelajaran. Pak Rio membimbing para anak-anak untuk duduk dengan kelompok mereka sama seperti minggu kemarin. Atas pertemuan pengarahan proposal kemarin, seharusnya para kelompok telah mengerjakan tugas yang pak Rio berikan. Mengenai hal untuk mempermudah skripsi mereka nantinya yaitu pengerjaan Bab satu hingga bab lima juga tujuh unsur budaya yang sudah di bagi rata satu kelas agar berbeda.
Mereka ber delapan kini duduk di bangku paling kanan dengan meja yang di satukan hingga mereka saling berhadapan, di meja depan ada Habibah, Ana, Putri dan Winda sedangkan di bangku yang duduknya sesuai melihat ke arah papan tulis di isi oleh Ica, kemudian Zainal, Selena dan paling pojok Yoni. Mereka berdelapan memperhatikan pak Rio yang masih membahas mengenai apa yang harus mereka lakukan di piknik kelas nanti, juga menerangkan secara garis besar mengenai hubungan penelitian saat piknik kelas dengan laporan yang akan di kerjakan. Mungkin, meski terbilang tak juga lebih bagus dari kelompok lain. Setidaknya kelompok tiga sudah mengerjakan inti yang harus mereka tulis di bab tujuh unsur budaya.
Pak Rio mengatakan bahwa sebelum piknik kelas harusnya sudah menyelesaikan tiga bab tersebut agar hidup mereka lebih praktis. Alasannya karena pada bab satu sampai tiga akan di isi dengan penelitian yang ada di piknik kelas destinasi kedua yaitu di Jawa Timur Park satu. Karena itu adalah sebuah hal pasti yang dapat di cari di internet, mereka seharusnya bisa melakukannya dengan mudah. Sedangkan untuk bab empat hingga lima, mereka perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk suatu produk yang mereka buat yang kemudian di pasarkan yang awalnya di kembangkan saat mereka di piknik kelas pada destinasi pertama yaitu Rumah Susu.
Apapun yang membahas mengenai hal yang praktis, langsung, dan mudah pastinya adalah sesuatu yang bagi para pelajar milenial ini tunggu-tunggu. Pada awalnya beberapa anggota kelompok terlihat bosan dan mengeluh. Namun, semenjak mendengar hal praktis itu membuat mereka semua terasa seperti hidup kembali dan terlihat begitu riang. Mereka semua pasti sudah pernah dengar, sekolah yang sudah di bangun bahkan lebih tua dari umur orang tua mereka ini memanglah memiliki kegiatan yang bervariatif.
Pengerjaan skripsi ini sebenarnya baru di lakukan semenjak sepuluh tahun yang lalu, pencetusnya juga adalah pak Rio yang baru di tahun Yoni seangkatan anak IPS di tambahkan materi tujuh unsur budaya. Padahal sebelumnya ketika orang-orang ke Jawa Timur Park satu mereka benar-benar refreshing, ternyata tidak begitu untuk saat ini. Mereka semua tahu, banyak rumor buruk mengenai skripsi dan sidang nantinya. Seperti kerja tim yang buruk akan menghasilkan hasil tak maksimal, tentang anggota yang egois. Mungkin berita yang di dapatkan dari pada leluhur (kakak kelas) bisa jadi mereka terlalu melebih-lebihkan mengenai keadaan yang terjadi. Tapi, tetap saja hal itu cukup membuat para anak-anak ini khawatir mengenai pekerjaan yang akan mereka lakukan.
Kedelapan orang dari kelompok tiga ini terlihat serius sama seperti kelompok lainnya. Apalagi si Yoni yang sampai merekam suara pak Rio agar mereka tak lupa dan urutan itu bisa dilakukan dengan benar. Ada kejadian lucu ketika Putri menyarankan menaruh ponsel yang sedang merekam suara itu pada bangku tengah tepat di hadapan pak Rio. Bukannya di salurkan ke teman yang berada di bangku tengah posisi depan, Putri yang menyalurkan ke Ana malah Ana taruh tepat di hadapan pak Rio. Membuat seisi kelas yang sudah sangat serius malah tertawa terbahak-bahak dengan kelakuan polos Zayanna.
Melupakan kejadian yang barusan, mereka kembali fokus dengan apa yang sudah menjadi seharusnya. Karena merasa sudah punya rekaman suara, Yoni lebih sedikit santai. Pemuda itu tak menyenderkan punggungnya ke kursi, posisinya masih sama yaitu dengan menyangga dagunya. Tapi, matanya sekarang terfokuskan pada pejantan dan betina yang duduk sangat berdekatan seolah tak ada celah lagi. Padahal, Zainal bisa bergeser ke arah Yoni yang masih menyisakan banyak ruang daripada mereka berdua yang harus duduk seperti tak ada ruang. Bahkan tangan si Zainal sudah berada di pundak Selena.
Setelah melihat kelakuan si Zainal, Yoni memperhatikan raut wajah Ica. Gadis itu terlihat seperti tak mau memperhatikan kedua orang yang ada di sampingnya. Meski begitu, Yoni bisa melihat jika Ica sesekali memperhatikan tangan Zainal yang berada pada bahu Selena yang duduk di sampingnya. Yoni yang saat ini fokusnya terbagi menjadi dua antara pak Rio dan penasaran dengan ekspresi Ica malah membuatnya tak sadar jika si Zainal sekarang sudah merangkul bahunya sambil sedikit menggoda pemuda yang kelihatan melamun menatap ke arah Ica. Zainal saat ini malah mengusap bahu Yoni
"Ya ampun... Gula, ngelamunnya udahan dong... Anak-anak banyak yang gak paham lhooo..." bisiknya tepat di depan telinga Yoni. Yoni meliriknya sinis kemudian memindahkan tangan Zainal dari bahunya
"Gula?" tanya Yoni membuat Zainal mengangguk lalu dengan berbisik-bisik dan gerakan yang pelan memberi tahunya
"Iya, kau kan manis seperti gula" bisiknya sambil mengusap dagu Yoni. Yoni memukul tangan Zainal sambil melirik sinis pada Zainal yang bisa-bisanya menggodanya. Hal itu membuat beberapa temannya merasa aneh
"Nal, sekarang nge homo?" Putri bertanya kemudian Zainal tersenyum lebar
"Yoni kan manis, masa gak ada yang mau sama Yoni sih..." Goda Zainal lagi
"Panas ini si bocah" Ica mengoloknya sambil menatap sinis Zainal
"Hei... Si cantik, aku sehat" Zainal mengeluarkan aura playboy nya, sambil mengambil rambut pendek Ica dengan lembut. Yoni melihat itu lagi, tapi dia tidak melihat Selena cemburu. Setelah sedikit menggoda si Ica, Zainal kembali pada Selena yang menganggapinya sambil tersenyum dan seperti tak terjadi sesuatu. Jam pelajaran terakhir pak Rio telah usai. Beberapa dari mereka masih saling mengobrol dan beberapa juga ada yang sibuk membereskan tas. Di sini, kelompok tiga tengah berbincang sambil beberapa lagi membereskan tas. Kelompok tiga memikirkan proposal mereka yang masih kosong padahal piknik kelas tinggal dua minggu lagi. Mereka juga mulai menyamakan jadwal mereka.
"Icaaaa, pulang sendiri?" Zainal bertanya kepada Ica yang baru saja pamit. Ica mengangguk, ekspresinya agak kesal lalu Ica segera berlari keluar. Zainal menggedikkan bahunya dan sekarang berjalan beriringan dengan Selena.