Sesuai perjanjian mereka, Yoni datang pagi bahkan lebih awal dari jam yang telah di sepakati. Setidaknya dia datang lima menit lebih awal, tapi sudah selama lima belas menit Yoni masih menunggu teman-temannya datang. Pemuda itu sedari tadi hanya duduk di depan majalah dinding sambil memainkan ponselnya atau beberapa kali membuka buku untuk mengecek tugasnya lebih teliti. Bahkan pemuda itu sudah mengirim pesan beruntun di grup kelompok, dia juga berulang kali menelepon para anggotanya. Beberapa orang telah melewatinya, ada beberapa guru yang menanyainya.
Demi tujuannya, pemuda itu rela menunggu teman-temannya. Keringat yang bercucuran di dahinya mulai dia usap kemudian pemuda itu menggendong tasnya dan memilih pergi dari depan mading sekolah. Pemuda itu turun ke lantai satu lalu pergi ke kantin sekolah untuk membeli minuman dingin. Setelah membeli minuman, Yoni kembali pergi menuju depan mading untuk duduk. Namun, matanya tidak sengaja melihat ke seseorang yang dikenalnya, yaitu seorang pemuda bertubuh tinggi dengan bahu lebar juga alis yang tebal tengah berjalan terburu-buru menuju sebuah kelas. Dia Kemal Fauzi Retina panggil saja Uci, yaitu teman satu angkatan Yoni dari kelas Pengetahuan Alam
Ngomong-ngomong, perasaan Yoni jadi tidak enak sekarang. Dia tahu bahwa OSIS memiliki rencana mengadakan pentas seni. Masalahnya, pentas seni itu direncanakan diakhir tahun ini, bukan tahun depan. Yoni melamun sambil menghabiskan minumannya. Kemudian, pemuda itu memutuskan untuk menghampiri pemuda yang dia kenal tadi di suatu kelas. Yoni mengintip sejenak, didalam sana ada beberapa orang lain, seorang guru dan ketua OSIS mereka yang baru. Yoni diam di depan kelas, tak lama guru itupun pergi dari sana dan Yoni masuk ke dalam kelas
"Hei! Kalian!" Sapanya kemudian duduk di bangku setelah tempat duduk yang mereka berdua duduki
"Lho Yoni?" Uci terkejut
"Gak kepagian datang ke sekolahnya?" Pemuda yang lebih tinggi dengan lesung di pipi itu bertanya, namanya Joshua Sudirman Wadoyo yang baru menjabat sebagai ketua OSIS. Yoni melihat ke arah mereka sambil meminum es nya yang belum habis.
"Itu lho! Aku sama teman sekelompokku mau membahas dan menyusun proposal. Tapi, teman-teman belum pada datang. Aku di sini sama kalian ya?"
"Iya, boleh. Oh... Berarti anak IPS sudah diberi pengarahan ya?" tanya Uci yang sekarang tempat duduknya telah mengarah ke arah Yoni
"Belum. Rencananya aku mau bahas hal ini hari ini sama temen-temen"
Sudut bibir Uci terangkat, dia terlihat tak percaya dengan apa yang Yoni katakan "Yah... Kalau aku, emang gak bakal datang sih Yon" Bilangnya agak sinis
"Kamu udah tanya guru atau kakak kelas gitu? Terus pinjam skripsi di perpustakaan dari kakak kelas yang sebelumnya, udah?" Si Uci kini melipat kedua tangannya dan menaruh di atas meja di hadapan keduanya, juga si Uci mencondongkan tubuhnya ke arah Yoni.
"Aku udah pinjem buku! Tapi, belum tanya ke guru ataupun kakak kelas sih... Ini nanti niatnya mau tanya bareng kelompokku" Jawab Yoni yang kini minumannya telah habis, sehingga pemuda itu membuat mainan bungkus plastik sisa minumannya.
"Ngomong-ngomong, ada apa kalian di sini pagi-pagi? Apalagi tadi aku lihat ada pak Edi. Aku mencium bau-bau hal yang mencurigakan" Bilangnya dengan menunjukkan dia seperti sedang mengendus sesuatu bebauan. Joshua ikutan berbalik ke arah Yoni
"Masalah kegiatan dan acara OSIS di akhir tahun ini"
"Pentas seni ya?! Seriusan di akhir tahun?"
"Itu cuman salah satu acara Yon. Nanti pengurus inti kayak kamu sama Lukman bakal di panggil!"
"Seriusan?"
"Udah-udah, kamu liat aja nanti" Uci menepuk bahu Yoni beberapa kali
"Kamu lho... Semangat banget si Agus!!" Goda si Uci sambil mencolek dagunya. Yoni meliriknya sinis sambil cemberut.
"Heem... Gimana yah...? Karya tulis ilmiah atau skripsi ini kan syarat kelulusan ya... Terus... Kan ini juga sesuatu yang baru. Ya... Aku pastinya bersemangat"
"Oh... Aku tahu... Skripsi sama dengan kuliah, iya kan?!" Joshua ikutan ngobrol, Yoni langsung mengangkat jempolnya dan mengangguk semangat
"Nah! Latihan!"
"Aw... Yoni ku yang imut... Yang kau bilang latihan skripsi ini sama dengan tugas membuat film. Kau harus lebih santai tau!" Kata Uci kembali mencolek dagu si Yoni.
"Terserah lah!" Yoni menepis tangan Uci dari dagunya, hal itu membuat Uci terkekeh gemas karena Yoni. Mereka berbincang tentang bahasan yang lain.
.
.
.
Zainal baru saja bangun dari tidurnya. Pemuda itu menjadi panik ketika melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Padahal dia dan kelompokknya sudah ada janjian untuk membahas tugas kelompok satu jam yang lalu. Zainal yang panik langsung bergegas dan berangkat menuju sekolah, bahkan dia sampai lupa untuk menjemput Selena yang padahal itu adalah sebuah kebiasan wajib dari seorang Zainal. Sesampainya dia di sekolah, dia mulai sempat mengecek ponsel. Ternyata, dia sudah mendapat banyak panggilan tak terjawab dari Yoni dan pesan chat di grup kelompok. Di saat yang sama dia baru sadar jika pastinya si Selena tak mungkin datang sendiri.
Zainal membaca chat yang mengatakan bahwa Yoni sedang berada di depan mading. Namun, ketika di hampiri Zainal tak menemukan siapapun. Zainal kini mencoba menelepon Yoni sambil duduk di depan mading. Zainal marah-marah kepada Yoni karena pemuda itu tak ada di tempat. Tak lama kemudian, Yoni datang bersama Uci untuk mengajak Zainal mendinginkan diri di dalam kelas. Sekarang mereka berempat telah berada di suatu ruang kelas yang kosong. Zainal menatap Yoni dengan tatapan yang kesal. Kemudian mereka memutuskan untuk saling bekerja masing-masing, yaitu OSIS dan kelompok mereka sendiri.
"Nal, kita ada kegiatan dengan OSIS, belum lagi sebentar lagi ujian tengah semester. Menurutmu gimana?"
"OSIS?" Zainal melirik ke arah Uci dan Joshua yang tengah serius dengan pembahasan mereka sendiri. Zainal menghela nafasnya
"Aku? Aku pastinya gak ikut" Jawabnya kini mulai menyenderkan punggungnya di kursi
"Sebentar lagi kita yang mengurus kegiatan pentas seni lho!"
"Dibilangin aku gak ikut, Yon. kita lagi bahas kerja kelompok dan proposal, bukan pentas seni dan OSIS"
"Kau kan anak OSIS. Begini Nal, aku tahu beberapa dari kita itu sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tapi, kita gak mungkin menggampangkan dua hal itu kan?"
"Oke! Jadwal! Yaudah, kita santai aja. Kamu terlalu bersemangat padahal kita gak tau harus melakukan apa karena belum ada pengarahan"
"Sekarang aja di bahas tentang jadwalnya nal"
"Cuman berdua gini? Katamu kau tau kalau anak-anak juga sibuk dengan ekstrakurikuler. Putri, Habibah, Ica, Selena, kau tau apa jadwal mereka?" Katanya kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Yoni
"Ngomong-ngomong apa kau sudah sarapan?" Zainal bertanya, dia khawatir karena si Yoni itu sudah disini dari pagi
"Aku tak biasa sarapan. Jadi tidak. Kenapa?!" Yoni yang merasa si Zainal aneh mulai memincingkan matanya dan menatap Zainal penuh curiga
"Kau terlihat pucat. Kalau ternyata kau sakit dan kemudian pingsan, aku yang kena nanti"
"Warna kulitku memang pucat" Jawabnya, Zainal mengecek ponselnya yang telah menunjukkan pukul setengah sepuluh
"Sudahlah! Dasar pria galak! Aku mau jemput Selena dulu" Zainal melemparkan tasnya pada Yoni dan langsung pergi meninggalkannya
"Jangan datang telat! Kelas pertama ada matematika!" Pesan Yoni, sebab mereka akan masuk jam sepuluh nanti. Zainal mengangguk kemudian tubuh pemuda itu tak lagi terlihat. Yoni menatap ke arah Uci dan Joshua yang telah duduk berjauhan dan masing-masing mereka telah bermain ponsel sendiri-sendiri
"Hei! Menurut kalian, Zainal bisa di andalkan tidak? Apa aku bisa menghadapi dan bertahan dengan mereka gak?" Tanya Yoni secara tiba-tiba hingga kedua orang disana melihat ke arah Yoni
"Kurasa iya. Entahlah..." Uci menggedikkan bahunya, sedangkan Joshua mulai menyentuh dagunya
"Dia pernah jadi ketua OSIS dan sekarang sedang menjabat sebagai kapten futsal. Kurasa dia
sangat bisa di andalkan. Meski gosip tentang dia dan ceweknya kurang enak di dengar" Jelas Joshua. Mendengar perkataan Joshua membuat pemuda itu kini berpose seolah sedang berpikir. Kemudian mengangguk dan mencoba menenagkan dirinya. Mencoba untuk menerima kelompoknya dan mendapatkan solusi dari perbedaan mereka ini.