Keesokan harinya, pada hari Kamis. Kabarnya dari kelas lain, bahwa di pelajaran sosiologi akan ada pengarahan mengenai proposal yang dilakukan oleh pak Rio selaku guru pembimbing juga penguji untuk skripsi nanti. Untuk hari kamis ini, pelajaran Sosiologi akan di berikan di pelajaran terakhir dan pak Rio mulai memberikan pengarahan mengenai apa yang harus mereka lakukan untuk menyusun bab 1 hingga bab 3 mengenai awalan skripsi tersebut. Pak Rio menjelaskan semua, yang dimulai dari isi laporan skripsi yang katanya proposal ini juga bisa diperuntukan menghemat waktu saat mengerjakan laporan itu.
Ada sebuah hal yang sebenarnya agak mengejutkan bagi Yoni dan beberapa anak lainnya, meskipun mayoritas tak begitu memperdulikannya. Itu mengenai penambahan materi untuk skripsi mereka yang tentu saja itu membuat biaya bertambah ketika skripsi itu di cetak. Materi tersebut adalah 'tujuh unsur budaya' yang nantinya setiap anak akan memilih satu suku untuk mengisi tujuh unsur budaya. Satu kelas yang berisi tiga puluh dua anak dilarang mengambil suku yang sama sehingga teman satu kelas akan menyepakati bersama agar suku mereka berbeda. Sebenarnya penambahan tujuh unsur budaya ini ditambahkan sebab destinasi mereka nanti akan menyediakan wahana yang akan memperkenalkan kepada para pengunjung mengenai beragamnya suku yang ada di indonesia. Dengan hal itu, semakin bertambah penelitian yang akan di lakukan para anak-anak ini.
Karena pada pelajaran Sosiologi ada di akhir jam pelajaran, setelah pak Rio memberikan pengarahan mereka segera pulang. Tapi, tidak dengan anak yang mengikuti banyak kegiatan seperti Yoni yang harus tinggal di sekolah lebih lama. Saat ini Yoni tengah memperhatikan si Zainal yang sekarang sudah mendekati bangku Selena untuk di ajak pulang bersama. Zainal berdekatan terus dengan Selena, gadis yang tengah mengobrol bersama para teman-teman wanitanya itu bahkan tak terlihat terganggu sama sekali, mungkin sudah terbiasa. Zainal sendiri seperti tak ada hari esok, menempel pada Selena dan menariknya seperti magnet kutub utara dan kutub selatan yang saling tarik-menarik.
Yoni yang duduk di bangku depan pada pojok paling kiri langsung menghentikan Zainal yang mau keluar bersama Selena yang asik mengobrol dengan temannya yang lain. Karena Yoni yang mencegah Zainal, otomatis si Selena ikutan terhenti tapi tidak juga menghentikannya mengobrol dengan teman-temannya. Zainal menatap tajam Yoni, Yoni tak mau kalah juga membalas menatapnya sinis. Zainal mulai melepaskan tangannya pada lengan Selena dan menghadap ke Yoni, seolah mau menantangnya. Yoni telah melipat kedua tangannya di depan dada, dia juga menatap Zainal dengan tatapan tak kalah menyebalkannya
"Oke bos! Ada apa?!" tanyanya dengan nada suara agak di tinggikan. Yoni menggangguk kemudian berdecak dan memukul lengan Zainal
"Rapat OSIS, Zainal" Yoni mengingatkan. Zainal menghela nafasnya kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Yoni
"Kau mau aku meninggalkan gadis cantik itu untuk pulang sendiri di hari yang menjelang gelap begini?" bisiknya sambil ibu jarinya menunjuk ke arah Selena yang sekarang tertawa di hadapan para temannya. Yoni memincingkan matanya
"Zain" Selena menyentuh lengan Zainal
"Aku pergi dulu, dah!" Zainal mengikuti Selena sambil melambai ke arah Yoni
"Zainal!" Yoni mengejar Zainal lalu mengimbangi langkah kaki mereka
"Pak ketua dan pak Edi menyuruh untuk mengajakmu ikut rapat" bilangnya
"Selena, apa kau keberatan jika menunggu Zainal?" Yoni bertanya kepada Selena , Selena kelihatannya tidak begitu suka, tapi dia tetap mencoba untuk sopan. Selena tersenyum dan terkekeh canggung sebagai jawaban bahwa dia tidak mau menunggu Zainal.
"Yon, tolong izinkan Zainal ya... Kumohon... Kami harus segera pulang. Ya, ya? Kumohon, hari ini saja!" Selena menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan raut wajah melas. Yoni mengalihkan pandangannya dan menghela nafasnya dengan tangannya naik untuk memijat pelipisnya
"Sudahlah!" Yoni langsung berjalan pergi melewati mereka untuk pergi ke ruang rapat. Selena tersenyum senang kemudian berjalan mendahului Zainal.
Yoni masuk ruang rapat, pemuda itu langsung menghampiri dua sahabat dekatnya yaitu Kemal Fauzi Retina alias si Uci dan seorang pemuda yang jika tersenyum bibirnya berbentuk hati bernama Lukman Purnama Dewanto yang biasanya di panggil Lulu. Yoni cemberut, lalu memulai keluhannya kepada Uci dan Lulu mengenai Zainal yang menurutnya begitu menyebalkan di tambah Selena adalah gadis yang sangat membuatnya semakin kesal pada Zainal. Setelah mengeluh kepada kedua sahabatnya, Yoni langsung mencari Joshua dia juga mengeluh kepada si Joshua yang menyuruhnya mengajak Zainal. Sebenarnya bukan salah Joshua juga sih... Karena bagaimanapun, sudah menjadi kewajiban antara pengurus OSIS untuk saling mengingatkan satu sama lain. Tapi, masalahnya, Zainal itu bukan pengurus inti OSIS. Padahal hari ini rapat hanya di tujukan untuk para pengurus inti seperti ketua, wakil, bendahara dan sekertaris saja. Joshua menyengir kuda, dia bilang Zainal adalah orang yang spesial jadinya pak Edi dan Joshua sendiri yang mengundang Zainal untuk rapat perdana para inti pengurus OSIS.
.
.
.
Selena dan Zainal sekarang tengah berada di warung kopi didekat sekolah bahkan kebetulan juga ada Habibah, Putri dan Ana yang dimana mereka adalah teman sekelompok mereka. Selena sedang makan roti bakar bersama teman sekelompoknya itu, sedangkan si Zainal asik bermain ponselnya. Pemuda itu berteriak marah ketika permainanya kalah dilanjutkan matanya melihat ke arah Selena yang masih asyik mengobrol denga tiga orang cewek lainnya. Zainal kini menopang dagunya. Dia mengecek ponselnya untuk melihat jam berapa saat ini.
"Sel, katanya langsung pulang. Kita disini sudah setengah jam lho!" Zainal mengingatkan, Selena langsung menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan ekspresi imutnya kepada Zainal seolah minta di kasihani
"Buru-buru mau kemana nal?" Habibah bertanya
"Pergi rapat buat pentas seni" jawab Zainal
"Sebentar lagi aja ya Zain?" Selena kembali memelas
"Ayo pulang, aku harus kembali ke sekolah. Aku gak enak menolak ajakan Pak Edi dan Joshua"
"Lo nal?! Bukannya hari ini rapatnya cuman buat pengurus inti ya?" Habibah bertanya, Zainal hanya mengangguk tapi tak memberikan jawaban pasti
"Nal! Ayolah! Kenapa pak Edi ajak kamu? Kamu kan bukan pengurus inti OSIS."
"Iya ih! Masa kamu yang di susahin gini? Terus sebenarnya kamu ini apa sih? Orang penting, tapi pura-pura begini karena aku?" Selena sekarang cemberut, Zainal lalu mengusap rambut Selena sambil tersenyum
"Mungkin karena aku cukup dekat dengan pak Edi, pas mau di calonin jadi ketos aku kan gak mau" Jawab Zainal sambil menaik-turunkan alisanya, berencana sombong dan sok keren di hadapan Selena. Hal itu membuat keempat cewek disana memukul kepala Zainal cukup keras.
"Ngomong-ngomong, kerja kelompok gimana? Si Yoni semangat banget" Tanya Habibah sambil mengambil sebuah roti bakar di piring milik Selena
"Yoni ya? Bukannya emang dia kelihatan begitu? Aku sih maklum kenapa dia bisa berambisi begitu" Jawab Zainal, sekarang pemuda itu malah mencolek pipi Selena yang sedang penuh dengan roti bakar
"Oke-oke. Lupakan latar belakang kenapa dia seperti itu. Sekarang, apa yang kalian bahas kemarin saat datang lebih awal ke sekolah?" Kali ini Putri yang angkat suara. Zainal menatap satu persatu para cewek itu
"Eum...Jadwal!" Jawab Zainal sambil menjentikkan jarinya, membuat keempat gadis itu terkejut
"Terus?"
"Ya...Jadwal buat menyesesuaikan kesibukkan kita. Tapi, karena cuman berdua jadi gak dapat solusi"
"Gitu doang?" Tanya Putri
"Iya. Gitu doang, besok-besok ayo kumpul mangkannya"
"Kan gak salah kita nal. Yoni yang terlalu tergesa-gesa" Habibah dan Putri mengangkat sudut bibirnya dan menatap Zainal sinis. Zainal kembali melihat ke arah ponselnya kemudian matanya tertuju pada Selena
"Udah ah! Sel, kalau kamu gak mau aku antar pulang saat ini juga. Aku harus kembali ke sekolah sekarang!"
"Wih Sel! Udah gak ada takut si Zainal" Ana memanasi mereka. Selena menghela nafasnya
"Lama gak nanti kamu?"
"Enggak, lima belas menit mungkin bakal selesai"
"Kalian tetap di sini kan?" Selena bertanya kepada ketiga orang itu
"Aku harus pulang!" Putri berkata, kemudian Selena melihat ke arah Habibah dan Ana
"Aku juga. Maaf" Habibah berkata, Ana juga mengangguk karena hari ini mereka pulang bersama. Selena melirik Zainal, tentu saja Zainal peka. Zainal dan Selena langsung saling tatap
"Put, anterin Selena ya! Besok aku bawain bedak baru buatmu!" Teriak Zainal sambil berlari ke arah sepeda motornya kemudian langsung mengarahkannya menjauhi warung kopi menuju sekolah. Saat telah sampai, ternyata rapat telah selesai dan Zainal hanya melihat keempat orang dari pengurus inti OSIS itu tengah berbincang. Zainal masuk dan mendekat ke arah mereka
"Hoi! Bro!!" Sapa Joshua yang langsung menyuruhnya duduk
"Gimana sama rapat tadi? Maaf telat. Ngomong-ngomong, wajah Yoni ama Lukman kenapa"
"Lumayanlah, pak Edi seperti biasa. Kau datang lebih awal mungkin bisa mencegah orang itu untuk melakukan hal ini"
"Kenapa?" Zainal bingung dengan perkataan Joshua, matanya sekarang melihat ke arah tiga pemuda lainnya
"Classmeet sehari setelah 'piknik kelas' dan pentas seni di bulan desember"
"Gila! Mepet banget! Sekarang udah november lho!"
"Sebagai anak kesayangan pak Edi, perkataanmu saat ini tak berguna lagi. Kau juga harus bekerja lebih keras nal"
"Kok aku?"
"Besok kita mau bahas hal ini sama semua anggota sekaligus jobdesk buat panitia pensi" Jelas Joshua. Kini mereka tengah berbincang ringan, sebelum Zainal memperhatikan Yoni yang terlihat masih kaget
"Gak suka? Gak semangat?" Tanya Zainal membuat beberapa anak tadi berhenti berbincang
"Kaget aja, itu mepet banget. Apalagi ini pengalaman pertamaku sama Lukman jadi pengurus OSIS" Jawabnya. Zainal mengangguk-angguk, kemudian dia mulai bangkit
"Aku pulang dulu! Dah!" pamitnya
"Zain, jangan lupa suruh temen-temen atur jadwal" Pesan Yoni mendapatkan jempol dari Zainal, kemudian dia pergi dari sana. Percaya atau tidak, wacana pensi yang terendus kemungkinan terjadi membuat Yoni begitu mengkhawatirkan banyak hal.