Renji menggeleng. Tatapannya mendadak redup. "Kalau aku, itu adalah hal yang setiap hari kupikirkan..."
"Apa?" kaget Ginnan. "Benar-benar setiap hari?"
"Aku hidup sendiri sejak usia 13," kata Renji. "Padahal aku tahu seperti apa rupa orangtuaku."
"Ahaha... sepertinya aku mengerti," kata Ginnan. Tawanya hambar. "Rasanya pasti lebih sulit."
Dalam konteks hidup Ginnan, keluarga utuh tak pernah dia rasakan. Ayah, Ibu... semua terasa seperti ilusi. Ginnan bahkan pernah berpikir apakah dia memang keluar dari batu retak seperti dalam buku dongeng. Ibu panti yang dipanggilnya Bunda pernah memberitahu tentang betapa senangnya saat dia menemukan bayi Ginnan. Katanya, itu bayi yang sangat cantik. Bahkan Bunda sempat mengiranya perempuan.