Renji melepas tali bathrobe hitamnya seperti ingin berkelahi. Pria itu memaki dalam bahasa ibunya sebelum meloloskan segalanya dari tubuh. Shit! dit is vervelend! Belum ada sedetik, bibir itu menyerbu Ginnan kembali dengan ciuman-ciuman di tempat favoritnya. Leher. Baik leher atas maupun bawah. Renji benar-benar menyukai bagian itu seperti menghirup bunga paling harum di dunia.
Mendadak Ginnan merasa benar-benar bodoh. Dia menatap awang-awang dan coba mencerna segalanya. Sangking abstraknya cecoretan di kepala... dia nyaris lupa kalau dirinya sendiri lelaki dewasa. Yang terbiasa menyerang kini diserang. Titik-titik keringat bahkan muncul lagi di pelipisnya.
"Ahh... Hah..."
Demi apapun. Mulai detik ini segala hal sudah berada di luar nalar. Ginnan sangat sadar ada gundukan perkasa yang membengkak tak jauh dari miliknya. Sesuatu. Hal yang ingin ia lupakan bersama kenikmatan gila ini. Tapi bodoh. Mustahil itu terjadi sekarang.