Chereads / (Hot) Rebellion Vampire / Chapter 1 - 01 | Pertemuan

(Hot) Rebellion Vampire

🇮🇩Eazy_Hard
  • 263
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 630k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 01 | Pertemuan

01 | P E R T E M U A N

Kegelapan adalah hal yang paling ditakuti oleh kebanyakan orang, selain ketemu mantan, dan quota internet yang habis, tentu saja.

Tetapi tanpa adanya kegelapan, tidak akan ada cahaya. Di kegelapan lah cahaya dapat bersinar dengan terang. Sebuah kontradiksi yang masuk akal.

Bagi Mikaela, kegelapan bukanlah satu-satunya yang ditakutinya. Ia tidak pernah takut akan kegelapan, karena hanya di dalam kegelapan ia dapat beristirahat dengan tenang. Tak peduli berapa banyak tulang yang retak, memar yang menyiksa dan perihnya luka yang menusuk, hanya dalam kegelapan lah Mikaela bisa tenang.

Karena saat cahaya lampu kembali menyala, hanya siksaan yang akan ia dapatkan dari majikannya.

Lebih tepatnya majikan vampirenya, tentu saja. Dan ini adalah kali ketujuh Mikaela berganti majikan, setelah majikannya yang lama membuangnya begitu saja di pinggir jalan dengan keadaan sekujur tubuh penuh luka memar. Membiarkannya meringsek di trotoar dan bergelut dengan dinginnya malam, hingga ia kembali dipungut oleh vampire bangsawan lain yang malah lebih kejam dari majikannya yang sebelumnya.

Kamar ini sungguh gelap, hampir tidak ada udara yang masuk jika di dinding tidak ada lubang tempat keluar-masuknya tikus. Sempit, dan hanya terdapat sebuah kasur berukuran sedang yang masih berdiri kokoh, walau seprainya sudah sobek di sana-sini.

Namun di atas kasur itulah Mikaela terbaring lemah tanpa penutup. Dengan luka di sekujur tubuhnya, ia terbaring di dalam kegelapan kamar itu, hanya menunggu dua hal; makanan, dan sang majikan yang setiap saat akan kembali dan menghabisi tubuhnya untuk kesekian kalinya.

Delapan jam Mikaela terbaring diam, ia tidak ingin banyak bergerak karena hanya akan menyebabkan luka-luka di sekujur tubuhnya kembali terasa sakit. Yang ia lakukan hanyalah memejamkan mata, menikmati setiap hembusan nafas yang ia lakukan, satu-satunya yang mengingatkannya bahwa ia masih hidup.

Delapan jam berdiam diri dalam kegelapan, hingga pintu kamarnya dibuka dan lampu kembali menyala. Di depan pintu berdiri seorang vampire berkulit pucat, rambut pirang panjang yang diikatnya ke belakang, dan pakaian nyentrik ala bangsawan. Di tangannya terdapat sepiring roti tawar.

Vampire itu masuk dan mengunci pintunya dari dalam, memandang lurus ke arah tubuh lemah Mikaela yang tidak terbalut sehelaipun benang, kulit putih penuh memar dan lukanya pun masih bisa bersinar di bawah cahaya lampu kamar ini.

Vampire itupun melepaskan pakaiannya satu persatu hingga menyisakan celana boxer hitamnya, membawa piring roti itu mendekat ke arah Mikaela dan menaruhnya di lantai.

Dengan kasar vampire itu menjambak rambut dark brown milik Mikaela yang membuatnya berteriak kesakitan, mengendus sekilas leher jenjang gadis itu sebelum melempar tubuh gadis malang itu ke lantai.

Ia kembali menarik rambut Mikaela dan menyeret kepalanya mendekati piring roti itu. Mikaela yang mengerti pun langsung melahap roti tersebut dalam posisi tengkurap di lantai, membuat vampire itu tersenyum lebar. Dengan segera ia melepaskan boxernya dan mulai melakukan apa yang biasa ia lakukan kepada Mikaela.

Dan sekali lagi, Mikaela harus merasakan kekejaman dari majikannya.

Deru kendaraan dari mobil Range-Rover Sport terdengar di depan sebuah bangunan tua di pinggir kota, tempat para bangsawan vampire yang ingin mencari 'ternak' barunya.

Pintu shift kedua mobil itu terbuka, dua orang vampire kelas rendah berbadan kekar keluar dengan menggeret seorang gadis yang di sekujur tubuhnya terdapat luka dan lebam. Luka-luka itu benar-benar menjadi aksesoris bagi kulit putihnya.

Diikuti vampire yang kelihatan dari kalangan bangsawan, dengan rambut pirang panjang yang terikat seluruhnya ke belakang. Si bangsawan itupun disambut oleh pemilik tempat kumuh tersebut.

"Tuan Ridfield, senang bisa melihatmu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Kashmir, seorang vampire gemuk pemilik tempat kumuh itu dengan kulit kecokelatan dan kumis lebat seperti kebanyakan lelaki di India.

Si bangsawan itupun melirik ke arah Mikaela, si gadis yang sedang digeret oleh dua vampire berbadan tegap tadi. "Aku ingin mengembalikannya, dia sudah tidak berguna. Carikan aku yang masih segar, kalau bisa di bawah delapan belas tahun."

"Seperti biasa, anda sangat baik mau mengantarkannya ke tempat ini, padahal anda bisa saja membuangnya di pinggir jalan atau mungkin tempat sampah." ucap Kashmir sambil tersenyum lebar ke arah si bangsawan. "Tetapi untuk permintaan anda, saya yakin kita bisa saling mengerti, karena belakangan ada kelompok manusia yang mengaku sebagai pemberontak, kami jadi sulit mendapatkan ternak."

Si bangsawan pun tersenyum miring ke arah Kashmir, dengan sekejap tangannya sudah mencekik leher Kashmir yang penuh daging itu, mengangkatnya dan membanting si gemuk itu ke tanah yang membuat semennya retak.

"Ukhhhh.." pekik Kashmir, sementara si bangsawan masih mencekiknya.

"Apa kau menghinaku, hah? Carikan saja apa yang kuminta, kau tahu sendiri aku tidak suka ada yang meragukanku seperti itu!"

Kashmir hanya bisa mengangguk menanggapi amarah si bangsawan itu, segera setelah si bangsawan melepaskan cemgkramannya dari leher Kashmir, lelaki gembul itupun mengisyaratkan agar dua vampire bertubuh kekar tadi membawa Mikaela masuk untuk ditempatkan kembali ke dalam kandang, sementara Kashmir sibuk dengan permintaan si bangsawan.

Dorrr....

Sebuah peluru melesat menembus kepala salah satu vampire yang menggeret tubuh Mikaela, membuat vampire satunya lagi mengedarkan pandangannya, mencari siapa yang membunuh rekannya. Dan peluru pun sudah menembus jantungnya sebelum ia menyadari darimana peluru itu berasal.

Dorrr.... Dorrr....

Dua buah peluru melesat dari kejauhan, mengarah tepat ke kepala si vampire bangsawan, namun kedua peluru itu berhasil ditangkisnya hanya dengan telapak tangannya yang berubah menjadi besi.

Dorrr....

Sebuah peluru kembali melesat, namun lagi-lagi ditangkisnya. Si vampire bangsawan itupun berjalan ke arah mobilnya, menggenggamnya dengan satu tangan dan melempar mobil Range Rover Sport itu ke tempat dimana sang penembak runduk yang sedari tadi melesatkan peluru-pelurunya berada.

Ya, si bangsawan itu benar-benar melempar mobilnya dengan satu tangan.

Dia adalah Ridfield Goshawk, bangsawan vampire tingkat atas yang memiliki kemampuan mengubah tubuhnya menjadi besi dan memiliki kekuatan fisik yang sangat luar biasa. Dialah yang baru saja mau mencari ternak baru pengganti Mikaela.

Sang penembak runduk itupun tewas seketika saat mobil Range Rover Sport mendarat di tubuhnya.

Tiga orang keluar dari persembunyian, lebih tepatnya tiga orang manusia dengan masing-masing memegang senjatanya; tombak, sabit, dan palu berukuran besar. Mereka bertiga maju serempak dan menyerang Ridfield secara membabi buta.

Hasilnya tentu saja, mereka bertiga terbaring tak bernyawa di tanah.

Ridfield menghela nafas jengah. "Dasar ternak bodoh, mereka pikir mereka siapa berani menantangku! Benar-benar membu-"

Jlebbb....

Ridfield membulatkan matanya. Ia melirik ke bawah, dimana sebuah mata pedang terlihat menyembul keluar dari dalam tubuhnya. Tepatnya seseorang telah menusuk perutnya menggunakan pedang dari belakang. Seseorang yang mengenakan jubah serba-hitam dan menutup kepalanya dengan tudung hitammya.

Orang bertudung hitam itu menarik kembali pedangnya dan melompat ke belakang, menjauh dari Ridfield beberapa langkah.

Ridfield tersenyum, "Kau kira bisa membunuhku dengan luka kecil seperti ini? Dasar sampah tidak berguna, apa kau sengaja tidak mengincar jantungku?!"

Lelaki bertudung itu hanya tersenyum, sebagian besar wajahnya terhalang bayangan, hanya senyuman di bibirnya saja yang dapat terlihat.

"Dasar bodoh, kau akan mat-" ucap Ridfield gantung saat seketika tubuhnya memekik, luka bekas tusukan tadi terasa sangat panas seakan membakar tubuhnya dari dalam. Dan rasa panas itu seakan terfokus di jantungnya.

Ridfield kembali mengarahkan pandangannya kepada pedang yang dipegang oleh si orang berjubah hitam dan kembali membulatkan matanya.

"Pe-pedang itu.. K-k-kau!!!" Ridfield menunjuk orang berjubah itu dengan tatapan penuh amarah. "DASAR KURANG AJAR! SIALAN KAU DANIEL- AAAAAAAAKKKKKKKHHHHHHH!!!!"

Ridfield berteriak kesakitan, sejalan dengan tubuhnya yang berubah menjadi abu. Begitulah jika vampire terbunuh, tubuhnya akan langsung berubah jadi abu.

Si lelaki itupun membuka tudungnya dan dengan hati-hati memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarungnya, tidak ingin tangannya sendiri tergores karena sebuah goresan kecil saja dari pedang itu dapat membunuhnya.

Beberapa orang yang memakai jubah yang sama dengannya pun kini berdiri di belakangnya.

Daniel pun memerintahkan mereka untuk masuk ke dalam bangunan tua itu dan membebaskan para ternak dan membawa mereka ke rumahnya, lebih tepatnya di bangunan yang terletak di dalam lingkungan rumahnya, tempatnya menampung para ternak yang ia bebaskan selama ini.

Dengan segera manusia-manusia berjubah hitam yang mengaku sebagai pemberontak itupun langsung masuk ke dalam bangunan tua tersebut dan mulai membantai para vampire kelas rendah yang berjaga di dalam bangunan, sambil membebaskan para ternak.

Baru saja Daniel ingin berbalik saat matanya menangkap sesosok perempuan dengan kondisi naked yang sedang meringsek di dekat pintu masuk bangunan itu, sekujur tubuhnya penuh luka namun wajahnya tertutup oleh rambut dark-brownnya yang sudah sangat kusut.

Gadis itu menangis, walau dalam suara yang sangat pelan, Daniel masih bisa mendengar suara tangisan itu. Namun entah mengapa isak tangis gadis tersebut benar-benar membuat hatinya terasa sangat sakit.

Dengan perlahan Daniel melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Masih beberapa langkah lagi sampai Daniel benar-benar sampai, namun ia sudah menyadari siapa sang pemilik suara tangisan yang dapat menyentuh hatinya tersebut.

Pertama kalinya ia merasakan sakit pada hatinya semenjak Daniel berubah menjadi vampire.

Pertama kalinya ia merasa kembali menjadi seorang manusia, saat mendengar suara tangisan gadis itu.

Dan pertama kalinya Daniel menangis, air matanya keluar cukup deras. Dengan sangat cepat Daniel memegang tangan gadis itu, mengangkatnya sehingga ia dapat melihat dengan jelas wajah gadis yang malang itu.

Pandangan mereka bertemu, dan pertama kalinya Daniel merasakan jantungnya kembali berdetak, walau hanya satu kali detakan, tapi itu sudah cukup untuk memberitahunya bahwa wanita di depannya ini adalah orang yang selama ini ia cari, orang yang menjadi alasannya untuk tidak kehilangan sisi manusianya, walau ia sudah menjadi vampire kelas atas.

"Mika.." ucap Daniel lirih. "Mika, ini aku.."

Belum sempat Mikaela menjawabnya, gadis itu sudah tak sadarkan diri.

"Mika!!! Mika!!! Mikaaaa!!!!!"