Tidak kasar memang, tapi Ginnan langsung terdiam karena Renji berhenti disana. Tak melumat, tak bergerak sedikit pun. Mata pria itu terpejam. Seperti mencoba menghilangkan segala beban. Satu detik, dua detik, tiga detik... Ginnan sampai mendorong Renji begitu merasa sudah mulai lama.
"Minggir...!"
Ginnan tak tahu kenapa, tapi dia benar-benar tersengal setelahnya. Aneh, tapi nyata. Renji diam saja meski poni-poninya jadi berantakan.
"Mungkin tadi halusinasiku," kata Renji. "Seperti ada yang bilang bisa menoleransi permainanku..."
Ginnan pias. "M-Mana ada," katanya. "Tapi kau sekarang jadi serius. Aku... Aku... Aku tidak mau suka denganmu! Pokoknya aku lurus!"
Renji terkekeh.
"Sangat keras kepala..."
"Terserahku kan..." kata Ginnan. Suaranya mendadak goyang. Apa? Kenapa bisa? Dia sampai berdehem dulu sebelum melanjutkan. "Kenapa aku harus repot-repot menyukai orang yang tidak suka denganku?"
"..."
Renji hanya menatap, Ginnan sebal. "Apa?!"