Chapter 9 - Bab 9

Sheira melangkahkan kakinya dengan cepat di sebuah gudang tua. Tanpa pencahayaan dan hanya mengandalkan cahaya rembulan,ia mencari orang yang dulunya mencuri sebagian jiwanya. Angin malam menembus jaket yang ia kenakan.

"Arsen keluar lo !! Gue tau lo dalang ini semua !" Teriak Sheira menggema di bangunan tua ini.

Sosok bayangan cowok berjalan mendekat ke arah Sheira. Tepat di belakang Sheira,

"Selamat malam pahlawan kesiangan !" Sapa Arsen tepat di belakang Sheira.

"Rupanya,nyali lo besar juga !" Kata Arsen.

Sheira reflek berbalik menyorot tajam pada Arsen. "Dimana Lea ?"

Arsen tertawa mendengar pertanyaan Sheira. Hal ini semakin membuat Sheira geram.

"Katakan dimana lo nyembunyiin Lea !" Bentak Sheira marah.

Setelah mendapat kabar jika Lea tidak ada di rumah dari Nadia, Sheira melacak ponsel Lea dan mendapati mobil Arsen di depan gudang tua ini. Sheira berkesimpulan jika Arsen menculik Lea,karena sejak dulu Arsen lah yang tergila gila dengan Lea.

Arsen tersenyum miring pada Sheira.

"Gue gak akan biarin lo kalo terjadi sesuatu pada Lea !" Kalimat ancaman terlontar dari mulut Sheira.

"Memang sudah terjadi ! Lo mau apa ? Bunuh gue ?!" Tantang Arsen tanpa takut.

"Lo apain Lea ?!"

Tanpa menjawab Sheira,Arsen melempar seragam milik Lea yang tadi dikenakan Lea ke arah Sheira. Sheira melihat itu,seragam robek dan kancingnya hilang sebagian. Darah Sheira mendidih membayangkan apa yang telah terjadi pada Lea.

"Bajingan !" 

"Dimana dia ?!"

Sheira memegang kerah Arsen. Menyorot tajam dan penuh amarah. Arsen hanya diam melepaskan tangan Sheira dari kerahnya. Ia mendorong Sheira membuat jarak. Lalu melangkah pergi tanpa mendengarkan Sheira.

"Bangsat lo,Arsen!!" Teriak Sheira emosi.

Sekarang di pikirannya hanya Lea. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana keadaan Lea.

"LEA !" Sheira memanggil Lea berharap menemukannya.

Sheira mengusap kasar wajahnya frustasi. Dari ruang ke ruang yang ada di bangunan ini ia mencari Lea. Khawatir,cemas, dan frustasi.

Sampai suara isak tangis terdengar di indra pendengaran Sheira. Ia mempercepat langkah mengikuti suara isak tangis tersebut. Ia berlari saat suara itu semakin jelas.

"Lea !"

Sheira mendekati Lea yang terduduk dengan memeluk lututnya. Sheira ikut meneteskan air mata melihat keadaan Lea. Sheira melepas jaketnya dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Lea.

Sheira merengkuh tubuh Lea yang kacau dan memeluknya erat. Sekuat Sheira mencoba melupakan Lea namun tetap saja ia tak bisa menerima jika Lea diperlakukan seperti ini. Rasa untuk Lea masih ada walaupun tak sebesar dulu.

"Gu.... e .....hiks...hancur...hiks....hiks...."

"Sttt... Gue disini !! Tenang Alea !" Bisik Sheira menenangkan Lea.

Lea masih terisak dipelukan Sheira. Sheira mengusap lembut punggung Lea berharap tenang. Setelah merasa Lea tenang,Sheira merenggangkan pelukannya. Sheira menatap lembut wajah Lea yang dulunya pernah dikagumi. Ia menghapus air mata Lea yang masih mengalir tenang.

"Kita pulang dulu!! A-aku antar !" Kata Sheira menggunakan aku-kamu.

Author said, "Kenapa pake aku kamu sama Lea bukan Keyla" :(

.

.

.

.

Mobil Sheira masuk ke halaman rumah Lea. Mereka keluar dan dengan khawatir Nadia menghampiri Lea.

"Apa yang terjadi ?!" Tanya Nadia melihat keadaan Lea

Tatapannya beralih pada Sheira. Seolah bertanya.

"Biarin Lea istirahat dulu," balas Sheira.

"Gue tunggu penjelasan dari lo,Shei !" Kata Nadia sebelum mengantarkan Lea ke kamar.

Sheira menghela nafas berat. Ia tak bisa terus terusan dekat dengan Lea karena Ia berusaha untuk melupakannya. Tp ia juga tak bisa berdiam diri saja menyaksikan keadaan Lea. Lama lama ia akan terbunuh jika terus terusan perang batin.

Sheira memutuskan untuk pulang.

Drttt.... Drrtttt

Handphone nya berbunyi menandakan ada sebuah panggilan.

"Siapa sih malam malam telpon ?!" Gerutu Sheira sambil merogoh handphone.

Mata Sheira membuka sempurna ditengah kantuk malamnya melihat nama yang tertera di layar. Mau tidak mau ia harus menggeser tombol hijau.

"Hallo ! Selamat malam,tuan Alcard ?! Ada apa ?" Suara Sheira serasa tercekat tegas saat berbicara dengan orang di seberang telponnya.

"Ya,selamat malam. Apa kau bersama Keyla? Handphone nya tidak aktif,ada hal penting yang harus aku katakan pada Keyla."

"Tidak tuan. Apa ada yang bisa saya bantu tuan ?"

"Ini sangat penting !! Katakan pada Keyla untuk jangan pernah memberikan kalungnya pada siapapun. Termasuk Ratu !! Awasi selalu Keyla,aku percayakan pada mu !"

"A-ada apa ini tuan ?! Saya tidak mengerti !"

"Lakukan apa yang aku perintahkan,nak !! Hanya kau satu satunya orang yang aku percaya untuk menjaga Keyla!"

"Baiklah tuan !! Saya segera ke rumah!"

Telepon dimatikan secara cepat sebelum Sheira menyelesaikan kalimatnya oleh Alcard di seberang. Seperti ada yang ancaman Alcard disana. Sheira mendadak cemas,tak biasanya tuannya ini mematikan sepihak dan sebelum mendapat jawaban lengkap Sheira. Tp Sheira mencoba berfikir positif. Mungkin ada kepentingan mendadak sehingga Alcard mematikan teleponnya cepat.

.

.

.

.

Sheira masuk ke rumah milik keluarga Griffin. Terlalu larut untuk bertamu memang. Tp setelah mendapat perintah dari Alcard,Sheira langsung menuju rumah Keyla. Selain itu juga,Sheira terus terusan terbayang Keyla yang sakit tadi sore.

"Nah !! Kebetulan ada non Sheira !" Suara bi Warni dari tangga yang menghubungkan lantai satu dengan kamar Keyla.

"Ada apa bi ? Keyla kenapa ?" Tanya Sheira

"Itu.... non Keyla suhu tubuhnya panas banget sejak isya tadi. Terus ngigau nyebut tuan besar !! Bibi bingung,soalnya non Keyla gak bangun bangun !" Jelas bi Warni khawatir.

Sheira langsung berlari menuju kamar Keyla. Tanpa mempedulikan bi Warni yang kebingungan.

Sheira membuka pintu kamar Keyla. Keyla mengigau dan raut wajahnya ketakutan. Nafasnya memburu. Seperti mimpinya adalah nyata.

"Papa !!"

"Key !" Sheira mencoba membangunkan Keyla.

Tangannya menyentuh kening Keyla. Panas. Keyla tak kunjung bangun. Tapi semakin ketakutan. Sheira menggenggam erat tangan Keyla dan mengaitkan jari jari mereka.

"Keyla,bangun !" Sheira ikut panik seiring airmata Keyla mengalir lembut.

"Papa !" Keyla mulai menangis ketakutan sambil terus memanggil papanya.

Sheira kehabisan cara untuk membangunkan Keyla,dia memeluk Keyla erat. Berharap bisa membuat Keyla lebih tenang di dalam dekapannya.

"Papa....hiks !"

"Aku disini,baby girl !" Kata Sheira masih memeluk Keyla.

Nafas Keyla mulai teratur menandakan mimpi buruknya berakhir. Sheira memutuskan tidur di samping Keyla.

Ditatapnya wajah Keyla yang sudah menjadi candu baginya. Terlihat polos dan tenang saat tidur,berbeda jauh ketika di sekolah yang brandalan. Sheira menyusuri wajah tenang Keyla, tangannya bergerak menyentuh pipi Keyla. Jarinya berhenti pada bibir tipis Keyla,ia bisa merasakan bibir Keyla yang lembab dan sangat menggoda. Bibir pink yang berkali kali mencuri pandang Sheira.

Sheira menggeleng kuat. Ia telah berkomitmen untuk menjaga Keyla,bukan merusak Keyla. Ia tak mau mengikuti napsunya.

"Good night, baby girl !" Bisik Sheira tepat di telinga Keyla sebelum menjemput alam mimpi.