Chereads / Blue Aloe / Chapter 8 - Bab 7

Chapter 8 - Bab 7

20 Mei 2077

Tok tok…

Pintu kamarku diketuk tiba-tiba. Dari dalam kamar, aku tahu siapa yang mengetok pintuku pagi ini.

"BJ, waktunya sarapan." Suara ibuku terdengar setelah ketukan tersebut.

Dengan cepat aku membalasnya dengan sedikit berteriak, "Oke, Ma! Lima menit!"

"Kau sebaiknya cepat, Nak. Nenek ada di rumah hari ini."

Oh, tidak! Nenek sihir itu ternyata di rumahku. Sejak kapan? Aku tidak mendengar kedatangannya sejak semalam. Apakah dia datang saat pagi-pagi buta? Ah, tidak penting kapan dia datang. Yang pasti, kedatangannya kemari hanyalah untuk memarahi mama habis-habisan. Entah apapun itu, semua yang dilakukan mama selama ini selalu dianggap salah oleh nenek. Bahkan mama diam saja bisa dimarahi.

Aku belum mematikan layar hologramku sekarang karena aku masih sedang membuka fitur chat. Aku sedang menge-chat pacarku yang selalu dengan riangnya menyambut pagiku. Dia sangat menggemaskan, apalagi suaranya yang imut saat dia mencoba untuk membangunkanku tiap paginya. Dia juga seorang gadis yang sangat polos. Tapi jangan salah, sepolos-polosnya dia bisa membuatmu tidak bisa berbuat apa-apa. Kau tidak bisa berbuat macam-macam terhadapnya, kecuali jika kau ingin mati lebih cepat.

Kami sudah berpacaran selama kurang lebih satu bulan. Hubungan kami pastinya diketahui oleh orang tua kami masing-masing. Tapi, aku masih tidak mendapatkan respon apapun dari orang tuanya tentang hubungan ini. Dan inilah yang kutakutkan sebenarnya. Orang tuanya bukanlah orang yang sembarangan—sangatlah bukan orang sembarangan. Berpacaran dengan putri mereka serasa seperti bunuh diri. Tetapi aku memiliki sebuah alasan mengapa aku bisa senekat ini, dan alasan itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Ya namanya juga cinta, perasaan rumit ini sangatlah sulit untuk dijelaskan. Tapi intinya aku mencintainya, titik…

Respon dari orang tuaku tentu saja membuat mereka sangat terkejut. Bahkan mereka sampai tidak berkedip selama beberapa detik. Kesadaran mereka kembali setelah meyakinkanku apakah apa yang kukatakan benar atau tidak. Mereka lebih ingin meyakinkan tentang kenyataan ini daripada memberikan sebuah ekspresi senang atau tidak. Mereka juga memberikanku banyak sekali peringatan terkait hal itu. Resiko yang kumiliki sangatlah besar, bukan hanya dari pihak dari pacarku tapi juga dari pihak keluargaku sendiri.

*

Kelly R:

Kau makan sepagi ini?! Berpacaran sebulan denganmu aku baru sadar ini. LoL.

*

Aku masih tidak mengerti mengapa dia menuliskan LOL seperti itu. Tapi itu menggemaskan bukan?

*

Brandon J:

Yah… Memang kau sarapan jam berapa?

*

Kelly R:

Jam 06.30. Biasanya mama selesai menyiapkan sarapan jam segitu.

*

Aku melirik ke arah jam yang masih menunjukan pukul enam pagi kurang.

*

Brandon J:

Kalau gitu, aku makan dulu. Bye :*

*

Aku menutup jendela fitur chat di layar hologram di depanku yang membuat sebuah jendela muncul di baliknya. Di jendela tersebut, aku melihat ada sebuah email dari JFTU yang dikirim etengah jam yang lalu. Mereka memberitahukanku bahwa aku diterima menjadi mahasiswa di sana. Itu sudah menjadi hal yang biasa bagiku untuk bisa diterima di sana. Dan itu bukan menjadi sebuah pencapaian yang dapat dibanggakan.

Kumatikan layar hologram di depanku dan aku langsung bangkit berdiri.

Semua perasaan berbunga-bunga akibat dari kekasihku harus bisa kusimpan rapat-rapat sampai selesai sarapan, jika memang aku akan dilepaskan nanti. Bersama Kelly lewat online bisa membuatku melupakan semua tekanan yang ada di keluargaku, bahkan bersamanya mengingatkan tentang diriku yang sebenarnya.

Di dalam keluargaku memiliki tradisi sendiri dalam mendidik anak-anak. Banyak sekali aturan yang ditetapkan oleh nenekku sehingga harus membentuk penerus-penerus JayaChandra seperti apa yang diinginkan. Dari anak-anak nenekku, pasti ada yang sedikit bandel karena tidak menaatinya. Sehingga pada akhirnya, muncullah aku sekarang ini. Emang sedikit lucu. Tapi yang sebenarnya adalah karena sifat papa yang katanya menurun dari kakek. Ini masalah keluarga yang kurang kupahami, bagaimana papa bisa memutuskan sesuatu dengan sesuka hatinya. Bagaimana dia bisa melawan nenek dengan menikahi ibuku dan beruntungnya bahwa papa mendapatkan semua aset utama keluarga.

Perusahaan dan rumah, itu cukup membuat nenekku langsung histeris setelah kehilangan semuanya. Banyak yang dilakukannya untuk memperbaiki kesalahan dari surat wasiat kakek, namun itu membuatnya membuka aibnya sendiri. Apa yang ditulis kakek di surat wasiatnya tidak bisa diganggu gugat. Pada akhirnya, nenek terusir dari rumah ini dan tinggal di sebuah rumah khusus yang telah disediakan kakek untuknya. Meskipun begitu, sesekali nenek datang ke rumah ini untuk melihat-lihat kondisi rumah ini. Dan tentu saja, dia masih tidak rela bahwa rumah ini menjadi milik papa sekarang.

Apalagi sekarang mama yang berkuasa akan rumah ini.

Nenek adalah orang yang sangat disiplin. Dia mengatur segala sesuatu dengan menjadwalkannya tiap jam. Dan dia akan menghukum siapapun yang melanggar aturannya. Aku tidak mengatakan bahwa dia kejam, dan bukan itu alasannya dia kusebut nenek sihir. Didikannya yang keras diakui oleh papa adalah hal yang baik karena semua itu demi anak-anaknya. Tapi, yang tidak kusukai darinya adalah sikapnya yang selalu merendahkan mamaku.

Orang yang seberuntung mamaku ini selalu direndahkan oleh nenek. Semua kesalahan selalu dijatuhkan ke mamaku, termasuk jika aku bersikap sedikit nakal. Nenek juga tidak menyukaiku, sehingga dia tidak pernah sesekali saja menyebut namaku dengan baik.

Masalah ini sudah tidak bisa dihindari saat nenek muncul di dalam keluarga kecilku. Papaku masih menghormati ibunya sehingga membiarkan nenek sihir itu berkunjung sewaktu-waktu. Namun kedatangannya itu seperti sebuah bencana. Bisa kubilang bahwa dia adalah racun itu sendiri.

Setelah mempersiapkan diriku sendiri, dengan pakaian yang rapi dan tidak lupa parfum dengan aroma yang sangat segar, aku langsung menuju ke ruang makan keluarga. Aku hanya menghabiskan sedikit waktu untuk bersiap-siap, dan untungnya aku sudah mandi hari ini karena keringatan.

AC di kamarku semalam mati karena tiba-tiba saja rusak, tapi anehnya setelah kupukul sekali setelah aku mandi, AC itu mau kembali hidup. Awalnya aku ingin mengeceknya sendiri apa yang rusak, tapi aku juga kesal karena tidak begitu paham. Jadi aku memukulnya. Akhirnya, benda itu hidup dan mendinginkan ruanganku. Aku merasa bahwa tanganku secara ajaib sangat berbakat untuk memperbaiki sesuatu. Andaikan saja bisa memperbaiki sikap nenek, pasti sudah...

Ruang makan keluarga berada di lantai satu, sedangkan kamarku berada di lantai dua. Dari kamar, aku harus melewati lorong yang seharusnya menjadi penghubung kamar anak-anak dengan ruang keluarga lantai dua. Kamar anak-anak ini sebelumnya dipakai oleh anak-anak nenek, termasuk papa, sebelumnya. Ruangan tersebut awalnya ada enam ruang, di mana masing-masing anak mendapatkan dua ruang. Entah apa fungsinya. Tetapi setelah kepindahan keluarga kecilku, ruangan tersebut direnovasi dan menjadikan tiga ruang kamar menjadi satu. Itu karena aku anak satu-satunya dan bisa mendapatkan kamar yang luas lengkap dengan segala aktivitasku yang kusukai. Ruangan sisanya menjadi ruang kosong dan kamar tamu. Satu kamar lain kugunakan sebagai ruang gym keluarga yang sengaja kuminta kepada papa.

Setelah keluar dari lorong, aku memasuki ruang keluarga di lantai 2. Ruang keluarga ini biasnya dipakai untuk acara kumpul jika waktunya untuk bersantai. Di ruang ini memang terhubung langsung dengan semua kamar keluarga, sehingga anggota keluarga bisa langsung pergi ke kamar mereka jika sudah lelah.

Di ruang keluarga ini juga terhubung langsung dengan sebuah tangga yang melingkar. Setiap anak tangganya dipoles dengan keramik berwarna putih mengkilat dengan ujung berwarna emas kecoklatan dari kayu. Pada pegangan tangga juga dari kayu yang dicat dengan warna yang sama dengan pinggiran anak tangga. Lalu ada juga besi-besi yang menahan pegangan kayu ini yang dibuat begitu mewah.

Tidak bisa dipungkiri. Rumah ini memang sangat mewah dengan semua desainnya, bahkan sekecil anak-anak tangga tadi. Semua ini berkat nenek yang sangat perfeksionis. Pemandangan akan kemewahan ini benar-benar memanjakan mata semua orang.

Setidaknya hanya ini yang membuatku bisa terkagum dengan nenek.

Turun ke ruang tamu, dengan berbagai sofa empuk nan berbulu putih. Karpet berbulu yang sangat halus berwarna abu-abu dan emas menjadi pelapis lantai keramik. Setiap hiasan yang ada di ruang tamu ini berwarna emas yang dipadukan dengan warna-warna yang lain. Ini selera nenek yang sangat kuat, yaitu kemewahan.

Setelah itu, aku baru bisa masuk ke ruang makan. Kali ini pelayan rumahnya lebih banyak dari biasanya, dan ada satu orang pelayan yang menyambutku dengan membukakan pintu untukku. Di zaman modern seperti sekarang (di mana pintu seharusnya bisa otomatis terbuka sendiri), rumah ini masih sangat kuno meski terbilang mewah.

"Terima kasih." Kataku kepada pelayan perempuan itu. Dia menundukan kepalanya lalu berjalan menuju ke kursiku. Dia menarikan kursi untukku.

Aku melihat ke seluruh ruangan sambil berjalan ke kursiku. Di sebuah meja makan yang panjangnya tiga meter dengan delapan kursi, hanya ada dua orang yang sudah duduk di sana. Papa sudah berada di kepala meja sambil membuka layar hologramnya dan membaca berita pagi, seperti biasa. Di ujung lain, di sanalah duduk nenek sihir. Dia mengabaikan orang-orang di sekitarnya dan hanya fokus dengan segelas teh hangatnya. Ada dua orang pelayan pribadinya yang berdiri belakangnya, mereka selalu siap siaga jika disuruh sesuatu. Dan mereka berdua berdiri sambil menundukan kepalanya.

Tepat saat aku duduk, mama muncul dari pintu dapur. Mama dan dua orang pelayan rumah yang membawakan dua troli makanan dan minuman ke meja ini. Mama mengatur dan menata setiap piring dan hidangan yang disajikan di atas meja sehingga tampak seperti apa yang seharusnya--maksudku aturan dari nenek. Ada banyak sekali menu di atas meja seperti sayur tiga macam, lauk lima macam, buah-buah empat macam, dan minuman lima macam disajikan. Apakah mungkin seorang manusia bisa makan makanan sebanyak ini?

Sejujurnya, pada akhirnya semua makanan itu dijadikan satu dalam porsi yang cukup untuk satu keluarga. Nasi sebagai alasnya, sayuran rebus yang diberi bumbu kepala merah, potongan timun dan tomat, telur dadar yang dipotong-potong seperti mie, dan juga tahu dan tempe yang dipotong kecil-kecil. Semuanya itu ditata di dalam mangkuk besar dan kami harus mengambil makanan dari mangkuk itu.

Jadi apa gunanya semua makanan yang di tata di atas meja ini?!

Makanan yang tidak di makan ini tentunya akan dimakan oleh semua asisten rumah tangga di rumah ini. Tapi makanan sebanyak ini, aku sangat yakin, bisa diberikan ke satu RT kompleks perumahan ini.

"Tidak ibu tidak anak! Semuanya pemalas!" Lihat, sambutannya di pagi ini membuat hawa menjadi mendung. Nenek barusaja menyadari keberadaanku, padahal aku sudah di tempat ini sejak tiga menit yang lalu.

"Ibu, kami terbiasa sarapan lebih siang. Jadi semua sarapannya tidak siap di jam enam kurang." Kata papa menjelaskan.

"Kau anak yang selalu beralasan! Aku mendidikmu untuk disiplin waktu! Bagaimana bisa kau melupakan ajaranku?!"

Beda ibu rumah tangga, beda aturan. Begitulah yang kupahami.

"Ibu, kehidupan kami telah berubah. Semua yang ada di sini telah diatur oleh Indy, dan Ibu harus menghargainya."

Aku kagum dengan papa yang masih bisa berkata dengan lembut kepada nenek.

"Itu ajaran sesat! Bagaimana bisa kau mempercayai perempuan miskin ini?! Kau tidak pernah taat padaku."

Yang selalu dikatakan papa soal nenek adalah bahwa nenek bukanlah orang yang bisa diajak lebih santai. Sikapnya begitu keras dan juga sangat memaksa.

"Bagaimanapun, Indy sudah menjadi istriku, Bu. Ibu harus menghormatinya juga."

"Yang dihormati itu AKU! Apa-apaan kau ini?!"

Sudah paham mengapa dia kusebut sebagai nenek sihir, bukan? Aku tidak tahu lagi seberapa besar kesabaran yang dimiliki orang tuaku ini untuk menghadapi nenek.

"Sudah, Mas. Sudah..." itu kata mamaku. Dia berbalik menatap nenek. "Maafkan saya, Bu. Kalau saya tahu Ibu datang, saya akan menyiapkannya lebih cepat."

Dan nenek dengan egoisnya tidak mau disalahkan.

"Kau perlu pendisiplinan lagi. Dan seterusnya kau didik anak nakalmu dengan benar!"

Mama dengan patuh mengaggukan kepalanya. "Baik, Bu."

Sialan, mama sehabis ini akan dihukum nenek. Jika aku menolong mama, nenek akan menghukum mama lebih kejam lagi. Papa juga sudah berusaha untuk menahan nenek lebih mengerikan daripada itu, tapi sepertinya papa juga tidak berdaya jika nenek sudah menjadi seperti ini.

Keluarga kecilku menjadi serba salah bagi nenek.

Suasana makan pagi ini sangat sunyi. Bahkan suara perpaduan sendok dan piring serta langkah kaki tidak boleh terdengar. Itu akan mengganggu pagi indah nenek sihir itu.

Ugh... padahal pagi ini hawanya sudah dihancurkan olehnya. Dan kami semua harus mengalah dengan nenek sihir ini.

Nenekku ini sudah menginjak umur tujuh puluhan. Keriput karena usinya tidak memudarkan semua sifat kerasnya. Bahkan, dia terlihat lebih ekstrim daripada yang dulu. Aku tidak tahu apa yang membuat manusia bisa segarang ini semakin bertambahnya umur.

Aturan lain di meja makan adalah menunggu orang yang paling tua untuk selesai makan. Nenek sihir itu menghabiskan waktu hampir satu jam untuk menghabiskan sarapannya saja. Itu belum meminum lima macam minuman yang wajib dia minum. Awalnya aku tidak percaya bahwa nenek sihir itu bisa meminum semua minumannya dengan habis, tapi nyatanya dia berhasil. Dirinya memang benar-benar disiplin, bahkan dengan aturannya sendiri.

Setelah akhirnya selesai, dua pelayan di belakangnya membantunya untuk berdiri. Waktu itu juga, keluarga kecilku baru diperbolehkan untuk berdiri. Tapi tidak sampai di situ saja. Aku harus menunggu nenek keluar dari ruang makan baru aku terbebas.

Bayangkan saja nenek berusia lebih daru tujuh puluh tahun berjalan sangat pelan menuju pintu keluar. Itu belum dihitung dengan drama yang lain jika memang ada yang mengganggunya.

Untungnya kali ini tidak ada, sehingga aku bisa terbebas lebih cepat.

Papa dan mama langsung melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Hanya aku yang menjadi tidak memiliki kegiatan apapun karena sekolahku sudah usai. Aku hanya menunggu waktu untuk masuk ke perkuliahanku saja. Di waktu yang sangat senggang ini, aku biasanya mengisinya dengan hobi-hobiku. Jika tidak, aku bisa mati kebosanan perlahan-lahan. Selain itu, papa juga terkadang membawaku ke tempat kerjanya untuk belajar tentang management dan perdagangan. Tapi sayangnya, papa akan ada bisnis trip selama dua hari di Timur Tengah bersama mama. Tentu saja, aku ditinggal sendirian di rumah ini selama dua hari. Sialnya, nenek sihir itu berada di rumah ini.

Keberangkatan papa dan mama nanti malam, sekitar jam tujuh. Dan aku punya waktu aman sampai nanti malam.

Aku kembali ke kamarku untuk membuka ponselku. Aku dilarang membawa ponselku ke ruang makan jika sedang ada nenek. Yang kunantikan, tentu saja, kekasihku. Dia baru saja mengirimkanku sebuah pesan yang sangat panjang.

*

From: Kelly Reccon

Dear, BJ

Kau tidak mengangkat panggilanku tadi, jadi aku mengirimmu pesan panjang ini. Itu karena aku memiliki latihan seharian ini, dan tidak bisa berkomunikasi selama itu.

Pertama,

Orang tuanku memberitahuku pagi tadi saat sarapan bahwa kau diundang untuk makan malam di rumah! Keren bukan?! Mereka mengetahui hubungan kita dan… aku masih tidak bisa menebak reaksi mereka. Tapi, mengundangmu makan malam pertanda baik! Aku senang mendengarnya.

Kedua,

Aku ingin membagikan beberapa tips khusus untukmu. Mama memintaku untuk menyampaikan ini karena kami memiliki budaya sendiri untuk mengundang tamu. Semoga kau benar-benar mempersiapkan hal ini.

Tips satu: Kau tahu bahwa di rumah ini tidak ada pelayan rumah. Kami terdidik untuk menjadi mandiri, sehingga kami tidak membutuhkan pelayan rumah. Jadi kau harus mempersiapkan dirimu sendiri. Kami hanya memiliki banyak pengawal saja. Dua orang bawahan papa akan menjemputmu nanti. Mereka ada Rupert dan Matthew. Mereka bukan orang Indonesia, tapi mereka bisa berbahasa Indonesia dengan sangat fasih. Rupert adalah orang yang pendiam, karena itu pekerjaannya. Dan Matthew seperti PR yang harus berbicara di depan orang. Dia selalu ditugaskan untuk menjemput para tamu penting papa di bandara. Karena itu, dia pastinya akan bersikap sangat ramah dan menyenangkan. Tetapi, Matthew bukanlah orang yang seperti itu. Jangan katakan apapun jika kau tidak ditanya saat kau bersamanya. Ini seperti peringatan sebenarnya, karena Matthew hanya akan bersikap ramah saat dia bertugas saja. Sebenarnya dia orang yang sangat mengerikan. Tapi, jangan khawatir! Perjalananmu akan sangat aman dan lancar bersama mereka berdua.

Tips kedua: Bawalah tiga macam pakaian. Tapi jangan sembarangan pakaian. Aku kurang mengerti pakaian laki-laki, tapi ini yang bisa kutemukan di internet. Pertama, pakaian yang kau pakai saat perjalanan ke rumah. Kenakanlah pakaian yang kasual namun sopan. Mama sangat menyukai orang yang berpakaian sopan, jadilah kesan awal yang bagus, BJ! Misalnya seperti celana jins dengan sweater atau kemeja. Kau boleh memakai sepatu sneakersmu. Selama kau belum masuk ke acara makan malam, kau boleh mengenakannya. Selanjutnya, kau harus berpakaian sangat rapi saat makan malam. Pakaiannya harus formal! Seperti memakai setelan jas seperti orang kantoran. Tapi jangan bernampilan bahwa kau akan bekerja. Pakailah pakaian yang biasanya dipakai seorang laki-laki yang akan berkencan dengan kekasihnya—seperti di film-film. Kau tahu film-film apa yang kumaksud. Kau boleh menyontohnya. Lalu pakaian ketiga adalah pakaian cadangan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi denganmu, sehingga bawalah pakaian cadangan yang semi formal. Kau bisa membawa koper untuk membawa semua pakaianmu, atau membawa beberapa hanger. Kurasa tidak akan masalah di mobil.

Tips tiga: Seperti kataku tadi, kami tidak memiliki pelayan rumah. Tapi, kau tidak perlu khawatirkan tentang barang-barangmu. Ada orang yang akan membantu membawakan barang-barangmu ke kamarmu. Setiap tamu selalu diberikan sebuah kamar khusus untuk bersiap-siap sebelum waktunya makan makan. Dan sayangnya kau tidak bisa menginap di kamar kakakku kali ini, hehe… Jadi kau harus mengikuti aturan ini. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku menjamin kenyamananmu.

Tips empat: Saat di meja makan, pastikan kau memahami table manner. Mama memiliki gaya unik dengan menggabungkan table manner ala barat dan timur, tergantung makanannya juga. Janganlah banyak berbicara saat makan kecuali ditanya oleh mama. Mama biasanya yang akan lebih banyak bicara saat makan karena aku dan papa selalu diam. Dan pastikan bahwa kau menghabiskan makananmu, BJ.

Tips lima: Jika mama menanyakan rasa hidangannya, kau haru menjawabnya dengan jujur. Jika hidangan tersebut tidak cocok di lidahmu, kau harus mengatakannya. Mama pasti akan mengganti bumbu atau hidangannya agar sesuai dengan seleramu. Jadi kau tidak perlu khawatir. Aku juga menjamin bahwa makanannya rasanya sangat enak!

Tips enam: Aku yang akan menjadi pemandumu di rumah. Bukankah itu menyenangkah?! Akan kuajak kau berkeliling rumah setelah makan malam! Pasti itu sangat menyenangkan!

Ketiga,

Aku mendapatkan beasiswa penuh double di JFTU! Proposal yang kuajukan diterima semuanya, termasuk biaya hidup dan jaminanku hidup di luar. Termasuk beberapa apartemen keren yang bisa kusewa. Dan pagi ini aku juga mendapatkan pemberitahuan dari pihak JFTU bahwa aku bisa mengambil dua jurusan sekaligus. Aku sangat bersemangat!

Lalu, BJ, bagaimana denganmu? Kau pastinya di JFTU, kan? Kita nantinya akan satu sekolah lagi dan kita bisa bertemu setiap hari lagi.

Aku sangat merindukanmu!

Keempat,

*

Apa?! Masih ada lagi yang ingin disampaikannya? Aku tidak menyangka bahwa Kelly bisa sesenang ini dengan mengirimiku pesan yang sangat panjang.

*

Kau boleh menginap di rumahku, BJ. Orang tuaku akan pergi setelah acara makan malam nanti. Kau bisa memakai kamar tamu yang sudah disiapkan sebelumnya. Dan orang tuaku menyetujui jika kau ingin menginap.

Kau tahu bahwa aku sangat kesepian. Tidak mungkin aku mengajak orang-orang di rumah untuk menemaniku setiap saat. Itu seperti aku tidak tahu diri. Dan aku akan sangat senang jika kau mau menginap di sini untuk beberapa hari.

Dan pastikan bawa pakaian dan kebutuhanmu sendiri untuk menginap. Tempat ini bukan hotel ya… haha…

I love you, BJ.

Love,

KR

P.S: if you have to meet papa before dinner, good luck!

*

Apa-apaan itu?! Aku sangat senang membaca pesan bagian keempatnya, namun mengapa dia menambahkan pesan akhir itu? Siapa yang tidak akan terkejut jika kau diundang langsung oleh seseorang yang namanya sangat besar, bertemu dengannya secara langsung dan empat mata saja. Itu luar biasa mengerikannya. Aku sudah tidak tahu diri dengan berkencan dengan putri satu-satunya, dan aku sudah dipaksa untuk mengakui dosaku di hadapan sang papa.

Jika pada akhirnya Tuan Besar Reccon bisa menjadi mertuaku, beban tanggung jawabku lebih mengerikan daripada sekarang.

Sialan, efek jangka panjang yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya membuatku langsung merinding seketika. Semengerikan itukah?

Jika dipikirkan terus, bisa-bisa aku mati muda. Aku harus melupakannya dan menjalani apa yang ada sekarang. Siapa tahu aku akan terbiasa dengan kehidupan seperti itu, dan aku tidak akan terbebani dengan berlatih bersama dengan Kelly.

Inilah mengapa berpacaran itu perlu.

"BJ, akang mau nyuci mobil. Mau ikutan?"

Tiba-tiba aku mendengar pesan suara dari tukang kebun rumah.

"Sok waelah!"

Akang ini adalah orang Sunda. Saat berbicara, akang selalu memiliki aksen Sundanya dan terkadang menggunakan Bahasa Sunda seutuhnya. Karena itu, aku juga sering mendengarnya dan aku menjadi mengikuti gaya bahasanya saat kami berdua mengobrol bersama. Bisa dibilang bahwa akang ini adalah guru bahasa Sunda-ku.

Akang sudah bekerja saat aku masih kecil, atau saat keluarga kecilku masih di Jakarta. Akang dengan setia mengikuti kami sampai ke Kalimantan dan menemani keluarga kecil ini. Karena sudah selama itu, aku dan akang tentu saja sudah sangat dekat. Bahkan aku merasa seperti bersama saudaraku sendiri.

Segera aku turun menuju ke garasi dan menemui akang. Di sana, aku melihat akang sedang diingatkan oleh Mbak Marni. Seperti biasa Mbak Marni marah-marah ke akang karena tingkahnya yang konyol, dan itu sudah biasa bagiku.

"Dibilangin ngeyel!" itu yang kudengar dari Mbak Marni sebelum akhirnya dia menyalamku dengan tersenyum dan menyebut namaku.

"Ada apa, Mbak?"

"Den, kan neneknya Den sedang ada di rumah. Nanti nenek marah-marah lagi kalau Den main sama akang." Jawab Mbak Marni sambil menunjuk akang.

"Maaf ya, BJ. Akang gak tahu kalau ada nenek di sini. Tidak jadi saja, biar akang yang nyuci mobil sendiri."

Semua kesenangan bisa-bisa saja hancur karena nenek sihir itu. Rasanya seperti dijauhkan dengan orang-orang yang sudah dekat denganku.

"Ya sudah, aku balik ke kamar saja." Kataku sedikit murung. "Akang, mobilku tolong dicucikan yang bersih lho…"

Akang langsung memberikan hormat kepadaku, "Siap, Komandan!"

Aku meninggalkan akang dan Mbak Marni dan kembali ke kamar.

Saat aku meninggalkan garasi, aku melihat seorang pelayan pribadi dari nenek sihir itu berlari menuju ke ruang keluarga di lantai satu. Sepertinya dia baru saja melihatku di dalam bersama akang dan Mbak Marni. Bukannya itu bagus? Aku lebih diawasi oleh nenek sihir sekarang. Bahkan mata-matanya yang sangat amatur ini saja sampai bisa ketahuan.

Entah apa lagi yang akan dilakukannya hari ini. Dan aku juga akan terbebas dari nenek sihir itu saat aku menginap di rumah Kelly.

Siangnya, aku tidak terlambat sampai di ruang makan untuk makan siang. Setelah batal ikut membantu akang, aku memutuskan untuk nge-gym dan mempersiapkan kebutuhanku untuk dua hari ke depan. Seperti biasa, aturan harus dilaksanakan saat berada di ruang makan. Nenek selalu sudah siap berada di tempatnya dan menunggu makanan datang.

Kali ini berjalan lebih cepat dari perkiraanku. Tidak ada drama keluarga seperti tadi pagi, artinya siang ini berjalan sangat lancar. Nenek sihir itu sepertinya tidak mengeluhkan tentang apa yang dilihat oleh pelayan pribadinya tadi. Kurasa aku akan baik-baik saja untuk sementara waktu.

Mama harus membereskan meja makan dan mengurus di dapur bersama pelayan-pelayan di rumah, sedangkan sisanya harus ke ruang keluarga. Sial, aku lupa bahwa nenek sihir itu membuat aturan tentang pertemuan keluarga setelah makan siang sampai waktu istirahat selesai. Pasti itu…

"Semua cucu-cucuku sangat sibuk sekarang, mereka sangat susah dihubungi. Alfina selalu les vokal siang ini, Theo pasti sedang mengurusi pekerjaan barunya. Vian sudah kuliah sekarang, dan dia selalu sibuk belajar. Saudara perempuannya itu, si manis Rachel. Gadis itu sangat cantik dan sukses menjadi seorang model. Dia pasti sudah mendapatkan kenalan pengusaha-pengusaha besar di Asia."

Nenek selalu membuka percakapan pertemuan ini dengan menyebutkan nama setiap cucu yang dianggapnya. Aku tidak disebutkan karena aku memang tidak pernah dianggap olehnya. Yang lebih parahnya lagi, nenek sihir itu membukanya saat mama sudah bergabung. Bukannya itu cukup keterlaluan?

"Cucu-cucuku sudah sangat besar dan hebat! Tidak seperti anak nakal di sini yang kerjanya membantu pembantu di rumah. Seperti biasa, anak dari wanita miskin pantasnya memang harus bekerja sebagai pembantu. Baguslah dia begitu, keluarga ini tidak perlu penerus seperti itu."

Itu terlalu kejam untuk dikatakan.

"Bukannya ibu dulu juga sama?" papa membalasnya. Mungkin sudah kesal. "Yang mengangkat status ibu dulunya kan bapak. Apakah ibu sekarang menjadi sombong karena itu?"

"Apa katamu?! Dasar anak tidak tahu diri! Jika aku tidak menikah dengan bapakmu, kau tidak mungkin terlahir."

Apakah semakin tua orang semakin tidak memiliki kata-kata yang bagus untuk berdebat?

"Saya kan hanya menyampaikan apa yang sebenarnya, kalau ibu sama bapak dulunya juga sama."

"Itu takdir. Kau tidak bisa macam-macam dengan takdir."

���Indy juga takdir berada di sini sekarang."

Nenek sihir itu menjadi terlihat sangat kesal. Dia melototi papa dengan sangat tajam.

"BJ sekarang sudah lulus SMA, dan sedang menunggu hasil dari universitas. Untuk saat ini, dia sedang tidak ada kegiatan apa-apa di rumah. Itu pasti sangat membosankan baginya makanya dia ingin bermain-main dengan orang-orang rumah." Papa menjelaskannya dengan lembut. "Terkadang, BJ juga ikut saya ke kantor dan belajar untuk mengurus management di sana. Namun, sekarang kami tidak pergi ke kantor karena mau pergi ke Dubai."

"Kau mau pergi?! Kau tidak memberitahuku?"

"Tenang, Ibu. Ini urusan bisnis saja. Indy juga harus ikut dengan saya. Kali ini BJ yang akan menemanimu, Ibu."

Aku ingin saja berbicara soal ini segera.

"Em… sebenarnya—"

Tiba-tiba pintu keluarga diketok keras oleh akang. Aku tahu bahwa itu akang karena kebiasaannya yang selalu mengetok pintu dengan sangat keras. Dan karena kebisingan itu, nenek mulai mengomel-ngomel sendiri dan memarahi akang setelah dia masuk.

"Tuan, Nyonya," akang lalu melihatku, "Den. Begini, ada tamu di luar. Katanya dari suruhan Tuan Reccon."

Papa seketika langung melirikku sebelum akhirnya membalas.

"Ya, apakah dia berkata apa urusan mereka?"

"Tidak, Tuan."

"Kamu suruh masuk?" itu nenek sihir.

"Kata mereka mau menunggu di luar, Nyonya."

"Apa-apaan kau?! Mereka adalah tamu penting! Bagaimana kamu membiarkan mereka di luar. Nanti JayaChandra dianggap keluarga yang tidak tahu sopan santun. Biar aku saja yang menyambut mereka."

Nenek sihir itu akhirnya pergi bersama dengan dua pelayan setianya. Itu sedikit melegakan karena dia akhirnya teralihkan dengan tamu penting itu. Ya, nenek sangat suka dengan orang-orang suruhan dari nama yang besar. Karena pastinya, dia menganggapnya bahwa keluarganya telah mencapai sebuah prestasi—ah… maksudku adalah mendapatkan sesuatu yang derajatnya lebih tinggi.

"Apa ada pertemuan dengan Reccon Corp.?" tanya ibu gelisah.

"Tidak." Papa langsung menjawabnya dengan wajah yang sedikit bingung.

"Itu sebenarnya untuk BJ." Jawabku akhirnya.

Kedua orang tuaku langsung menatapku terkejut. Ini pastinya sebuah tanda, bukan?

"Kelly bilang bahwa aku diundang ke acara makan malam bersama orang tuanya."

Ternyata mereka membatu untuk beberapa detik, sehingga mereka tampak bengong di hadapanku. Setelah akhirnya mereka ingat untuk bernafas, kesadaran mereka kembali.

"Bukannya itu bagus, Pa?" tanya mama dengan tidak percaya.

"Ya." Bahkan papa tidak bisa berkata-kata. "Kamu bantu BJ siap-siap sekarang, Ma. Biar mereka tidak kelamaan nunggunya."

Mama langung menarik tanganku menuju ke kamar. Memang, kami melewati ruang tamu tapi tempat itu masih kosong. Pintu depan terbuka lebar dan nenek masih di sana seperti sedang bernego dengan Matthew. Papa juga ikut keluar dari ruang keluarga dan membantu nenek di luar untuk berbicara kepada Matthew.

Sesampainya di kamar, aku menunjukan sebuah pesan panjang dari Kelly kepada mama. Dari situ, mama langung memahami apa yang dimaksudkan Kelly. Mama juga melihat semua barang-barang yang kusiapkan lalu menyingkirkan beberapa baju dan menggantinya dengan yang lain di lemari pakaianku. Mama di sini tidak berbicara apapun, tapi mama bekerja membongkar lemariku dan mencarikan pakaian yang pantas untuk kupakai di sana. Gerakan mama sangat cepat seakan mama tahu apa yang dilakukannya. Sedangkan aku, aku hanya berdiri terdiam melihat mama mondar mandir dari ruang lemari dan kamarku.

"Ini semuanya, BJ. Semua baju ini cukup untuk dua hari di sana." Kata mama setelah selesai menutup koperku.

Lihat, mama saja tahu bahwa aku ingin menginap di sana selama dua hari.

Aku tiba-tiba mendengar desahan lelah mama.

"BJ, kau sangat beruntung. Mungkin nenek akan bersikap kepadamu jika dia tahu bahwa kau mendapatkan hati dari putri satu-satunya Tuan Besar Reccon. Dan itu bukan hal yang mudah, kau tahu itu."

"Iya, Ma."

Aku juga menyetujuinya. Berpacaran dengan Kelly bukan hal yang mudah.

"Kau jaga sikap di sana, ya. Kau diperbolehkan menginap di sana, tapi kau harus menjaganya!" kata mama memeringatiku dan aku tahu kemana arahnya.

"Iya, Ma. BJ paham." Kataku.

"Bagus." Mama menepuk-nepuk kepalaku dengan pelan lalu memelukku dengan erat.

"Ini, yang digantungkan untuk acara makan malam dengan mereka." Mama menunjukan sebuah setelan jas yang keren di atas tempat tidur.

Setelah selesai, aku dan mama keluar sambil membawa semua barang-barangku. Saat kami menuruni tangga, itulah waktu yang membuatku terkejut.

"Itu dia cucuku, BJ."

Aku akhirnya dapat melihat tamu yang dimaksud. Seperti kata Kelly, Matthew adalah orang asing. Tubuhnya tinggi dan tegap dengan kulit yang berwarna putih. Dia juga memiliki rambut berwarna pirang dengan mata berwarna hijau. Jelas sekali, bukan? Secara fisik dia terlihat seperti orang Inggris atau Amerika.

"Tuan BJ."

Kelly benar, bahasa Indonesianya terdengar sangat sempurna. Bahkan hanya beberapa kata saja.

"Mobil sudah siap."

Aku menganggukan kepalaku menandakan bahwa aku sangat siap.

"Tuan dan Nyonya-nyonya, saya mohon pamit."

Matthew mendekatiku. "Biarkan saya yang membawakan barang-barang, Anda." Dia menarik koperku dan membawa hanger baju setelan jas yang akan kukenakan.

Aku berpamitan dengan orang tuaku sebelum pergi, dan sedikit ragu-ragu saat waktunya kepada nenek. Dia tidak pernah membiarkan aku menyentuhnya, apakah kali ini…

"Hati-hati ya…"

Sungguh sangat berbeda.

Aku masuk ke dalam mobil dan menemukan seseorang berada di kursi pengemudi. Dia pasti Rupert, orang yang tidak akan berbicara apapun selama menjalankan tugasnya. Dan saat Matthew sudah masuk ke kursi penumpang depan, dia langsung menjalankan mobilnya dengan cepat.

Seperti dugaanku bahwa mobil ini akan membawaku melewati jalur melayang. Jika melewati jalanan biasa, perjalanan yang ditempuh dari rumahku ke rumah Kelly bisa menghabiskan waktu empat puluh lima menit. Tapi, jika menggunakan jalur khusus antar provinsi, hanya menghabiskan waktu dua puluh menit. Memang luar biasa jenjang waktunya. Dan tentu saja mereka akan menggunakan jalur yang lebih cepat untuk tamu-tamu dari tuan rumah.

Tanah dari Reccon, mungkin bisa dibilang bahwa pulau ini adalah milik mereka. Namun, sepertinya mereka selalu merendahkan diri dan memberikan kekuasaannya kepada pemerintah pusat. Di pulau ini juga masih banyak kalangan bawah yang sangat membutuhkan perlindungan sebuah negara, dan perusahaan besar tidak mau bertanggung jawab akan hal itu. Tapi, sudah bukan rahasia lagi bagi kalangan besar di Kalimantan tentang sebuah fakta tentang Reccon di sini. Informasi tentang mereka memang sangat rahasia, bahkan kalangan besar di Kalimantan sangat setia mau menjaga rahasia ini. Khususnya tentang di mana mereka sebenarnya tinggal.

Kau tidak bisa mencarinya di peta online, atau bahkan hanya iseng melewati jalur di dekat rumah itu. Tidak. Tidak ada orang yang bisa memasuki area mereka dengan bebas. Hanya ada orang-orang tertentu yang bisa.

Saat mobil akhirnya keluar dari jalur dan masuk ke jalan biasa, mobil sedikit melambat. Di antara jalanan yang kami lalui sekarang adalah hutan. Sangat jarang kendaraan melewati jalan ini karena tempatnya terlalu sunyi dan orang-orang kebanyakan ketakutan. Hanya ada beberapa mobil penting dan truk-truk besar pengangkut kayu datang kemari. Jika dilihat di peta, tempat ini adalah kawasan kehutanan dan perkayuan yang tentu saja milik Reccon.

Ini yang kudengar bahwa Reccon bertanggung jawab menjaga hutan di Kalimantan. Keberadaan mereka sudah sangat lama di pulau ini, mungkin sudah hampir satu abad.

Ada sebuah pintu masuk yang sangat besar dari baja terbuka. Di sana lah tempat keluar masuk truk-truk kayu besar, dan juga sebuah pintu masuk. Ya, memang awalnya akan terkesan bahwa kami harus disambut dengan sebuah lapangan parkir yang sangat luas dan berdebu, tapi itu tidaklah seberapa. Lapangan parkir besar itu menyimpan sesuatu yang sangat mengerikan.

Mobil memasuki area lapangan tersebut dan menuju ke sebuah posko tua. Di sana pula ada pembatas jalan yang menutupi sebuah jalan setapak yang lumayan luas untuk dua mobil. Rupert turun di sana dan Matthew menggantikan posisinya. Rupert menemui seorang penjaga di sana dan memberikan laporan, mungkin. Dan di sinilah tempat yang cukup mengerikan. Semua pegawai di sini adalah mantan pembunuh bayaran dan tentara yang pernah dikirim ke medan pertempuran. Kata Kelly, semua orang-orang di sini memang sengaja dipekerjakan sebagai tukang kayu sekaligus menjadi pertahanan pertama dari rumah. Bukannya itu gila?! Dan juga, di sinilah terjadi pengecekan secara digital oleh sistem keamanan pusat di rumah. Jika sewaktu-waktu ada yang mencurigakan, kata Kelly mobil ini bisa langung ditembakan laser dari jauh. Ini juga menjelaskan mengapa area lapangan ini sangatlah luas.

Setelah pemeriksaan selesai dan mobil ini boleh diizinkan masuk, sebuah penghalang jalan mulai terbuka dan Matthew mulai menjalankan mobilnya masuk. Jalanan setapak yang cukup untuk dua mobil ini sebenarnya berlapis beton sehingga perjalanannya terasa sangat mulus. Selain itu, di samping kanan dan kiriku sekarang hanyalah hutan. Perjalanan kali ini hanya mendapatkan pemandangan hutan saja, termasuk beberapa hewan liar yang terlihat sepintas saja.

Ah, aku hampir lupa. Selama perjalanan di tengah-tengah hutan ini, kami harus menempuh 10 km untuk sampai ke tujuan. Cukup jauh, bukan? Ini seperti sebuah jarak antar kota, dan memang begitu. Akankah selama itu? Tidak. Matthew menjalankan mobilnya sangat cepat sehingga pemandangan sekitar terlihat begitu buram. Dan dia hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai ke tujuan selanjutnya.

Ini belum berakhir. Kami harus melewati padang rumput yang sangat luas untuk sampai di rumah itu. Tapi, dari padang rumput ini, aku bisa melihat rumah itu. Sebuah rumah seperti istana yang sangat besar dan mewah berada di tengah-tengah padang rumput dan hutan. Itulah tempatnya, itulah Reccon Palace.

Mobil berjalan lebih lambat saat mendekati Reccon Palace. Aku memang melewati bagian depat dari Reccon Palace yang berupa anak tangga menuju ke pintu depan, namun mobil membawaku ke tempat lain. Tempat itu adalah tempat parkir bawah tanah. Sialan, kukira aku akan diturunkan di depan dan disambut oleh seseorang di sana. Ekspetasiku kali ini cukup tinggi. Bagaimana tidak? Aku menjadi tamu dari Tuan Besar Reccon.

Mobil berhenti tepat di dekat seseorang yang sudah berdiri menunggu kedatangan kami. Tiba-tiba pintu mobilku terbuka dengan sendirinya. Itulah waktunya aku untuk turun dari mobil.

Seorang pria muda dengan setelan jas yang sangat rapi menyambutku. Wajahnya tidak terlihat ramah, namun terlihat seperti seseorang yang sangat profesional untuk pekerja kantor. Mungkinkah dia…

"Kim!" Aku mendengar sebuah suara perempuan yang memanggil pria itu.

Laki-laki itu menengok ke arah panggilan tersebut lalu membungkukan tubuhnya sedikit.

"Mrs. Reccon."

Oh, tidak mungkin! Nyonya Besar Reccon datang kemari. Dia… dial ah mama Kelly. Seorang wanita yang sangat cantik dan terlihat masih begitu muda. Dia terlihat seperti orang asing, seperti Matthew, namun dengan rambut hitam nan panjang dan mata yang berwarna coklat. Dari auranya, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Mama Kelly memang mama muda yang sangat menawan dan begitu cantik.

Jujur saja, mama pernah iri dengan kecantikan dari mama Kelly. Bahkan hanya dengan cara berjalannya yang begitu anggun seperti sedang menari, berbicara dengan suara lantang tapi juga merdu, tatapan yang tajam tapi juga menggoda sewaktu-waktu sudah membuatnya tampak seperti dewi. Sayangnya, dia tidak memiliki sayap dan tidak bisa terbang.

"Thanks, Kim. He's mine." Suara itu… benar-benar indah.

Aku masih terpesona dengan Nyonya Besar Reccon sampai tidak menyadari perginya Kim. Dan kali ini aku ditemani olehnya.

"Halo, BJ."

"Halo, Mrs. Reccon." Aku sedikit terbata menjawabnya.

"No. Jangan panggil aku itu. Hanya pekerja dan bawahanku saja yang memanggilku seperti itu. Kau harus memanggilku bibi, Bibi Alicia."

"Baiklah, Bibi Alicia."

Bibi Alicia tersenyum. Aku berasa membeku sekarang.

"Maafkan aku karena harus menyambutmu di tempat parkir ini. Karena kau adalah tamu keluarga kami secara pribadi, jadi kau harus disambut di sini. Ini memang sedikit kurang sopan, tapi aturan di tempat ini tetaplah peraturan. Mari, ikuti aku. Seseorang akan membawakan bawaanmu ke ruanganmu nanti."

Bibi Alicia memimpin jalan menuju ke sebuah lift. Aku mengikutinya dengan sangat patuh dan juga terdiam. Reccon Palace memang sebuah rumah yang sangat besar dan mewah, namun kecanggihan teknologinya masih kurang. Lift yang kami pakai sekarang masih seperti sebuah lift kuno yang hanya mengantarkan naik atau turun lantai saja. Tidak seperti lift di gedung-gedung canggih di kota-kota besar di ASEAN yang sudah menggunakan lift modern. Sepertinya, rumah besar dan mewah akan sangat susah merenovasi ulang ke sistem yang lebih canggih. Aku tidak bisa membayangkan berapa uang yang akan dihabiskan untuk istana ini.

Lift ini membawaku ke lantai dasar atau lantai satu. Setelah itu, Bibi Alicia menyuruhku untuk terus mengikutinya. Kami melewati lorong yang panjang hingga berbelok dan menemukan sebuah pintu kayu berwarna gelap. Jelas sekali bahwa pintu itu bukanlah pintu modern, tidak akan bisa terbuka dengan otomatisnya. Dan Bibi Alicia mendorong pintu itu hingga terbuka. Aku diminta memasuki ruangan tersebut.

Aku menebak bahwa ruangan ini adalah ruang kerja milik Tuan Besar Reccon. Ruangan ini sangat besar, dengan berbagai barang yang terlihat begitu kuno tapi mahal. Seluruh lantainya ditutupi oleh karpet berwarna merah marun yang terlihat begitu bersih. Ada beberapa lemari buku kuno yang terbuat dari kayu tertata rapi di belakang meja sang tuan besar. Meja itu bahkan terlihat seperti sebuah singgasana raja.

"Duduklah di sofa." Kata Bibi Alicia sambil menunjukan sebuah sofa besar di samping pintu.

Aku segera duduk di sana. Bibi juga duduk di sebuah kursi di depanku yang dibatasi oleh meja kopi kaca.

"Suamiku sedang melatih Kelly hari ini, tapi dia akan segera datang."

Itulah yang membuatku deg-degan selama ini. Jika papa Kelly ingin menemuiku terlebih dahulu, aku sudah tidak tahu lagi apa yang akan kulakukan.

"Kau tidak perlu takut, BJ. Suamiku hanya ingin meminta bantuanmu." Bibi Alicia memang pandai berbicara dan bisa meyakinkanku. Bahkan senyumannya bisa membuatku langsung percaya padanya.

"Ngomong-ngomong, kamu suka makan apa, BJ?"

Aku tiba-tiba terbisu—sialan, aku belum bisa berbicara sejak bertemu dengan bibi ini.

"Kudengar kau lebih suka makanan Indonesia ya…" bibi masih tersenyum. "Akan kusiapkan makanan Indonesia untukmu nanti malam."

"Iya, Bibi. Terima kasih." Akhirnya aku bisa berbicara.

"Ah, kau sudah datang, Calvin." Bibi mengucapkannya tapi masih menatapku. Aku kebingungan.

"Ya." Suara laki-laki itu…

Aku tidak berani menengok tapi aku seperti dipaksa untuk melihatnya. Papa Kelly, seseorang yang sangat bijaksana karena mau memaafkanku dan menyembuhkan patah tulangku meskipun aku hampir melecehkan putrinya. Papa Kelly sama dengan mamanya, masih terlihat muda. Kelly bilang bahwa umur mereka empat puluhan, namun aku tidak percaya dengan itu. Mereka—mereka tidak pantas dikatakan sebagai orang tua berumur empat puluhan, bahkan mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang baru saja menikah.

"BJ, panggil dia paman, oke." Itu bibi lagi dan dia bangkit berdiri.

"Gotta back to work." Katanya kepada suaminya dan pergi. Bibi meninggalkanku bersama dengan suaminya sendiri di sini.

Paman menatapku. Dia memberikan gestur bahwa aku harus duduk di kursi di depan mejanya. Aku menurutinya dan segera duduk di sana. Paman duduk di depanku, dengan kursi mewahnya yang besar itu. Dia menekan-nekan meja seakan meja kayu ini seperti meja modern yang langsung terhubung dengan komputer dan perangkat lainnya.

Eh… itu ternyata benar!

"Kim, panggilkan Billy ke kantorku sekarang." Katanya.

Pandangannya kembali ke arahku. Aku semakin menegang.

"Maaf memanggilmu mendadak, BJ."

'Tidak apa-apa, Paman. Saya terselamatkan karena ini.' Jawabku dalam hati.

"Yang ingin kusampaikan adalah aku ingin meminta bantuanmu."

Aku terdiam. Tidak seperti bibi, paman ini langsung menuju ke topik pembicaraannya.

"Aku tahu bahwa Kelly akan kuliah di JFTU dan kau juga di sana. Sangat kebetulan. Dan kau juga sepertinya sudah sangat dekat dengan Kelly,"—ini dia yang kutakutkan—"aku ingin kau menjaganya."

Hanya itu? Cukup mengejutkan.

"Ini Billy." Paman menunjukan sesuatu di belakangku. Aku langung menengok.

Pria itu… aku merasa pernah melihatnya. Kalau tidak salah… sialan! Dia adalah satpam di asrama Kelly. Dia yang selalu memergokiku saat aku mengantarkan Kelly ke asrama, dan dia juga yang kurasakan sangat aneh karena terus mengawasiku saat aku berada di dekat asrama. Jadi selama ini… satpam itu adalah intel dari Reccon! Ada berapa orang seperti itu di sekitar Kelly selama sekolah waktu itu?!!

"Dia adalah pengawal pribadi Kelly. Dia akan menjadi ayah Kelly saat kalian kuliah nantinya."

Aku menjadi bingung dengan situasi ini. Informasi baru ini sangat dadakan kuterima dan otakku tidak bisa memprosesnya dengan cepat.

"Aku ingin kau merahasiakan identitas Kelly, di mana kau juga menjaganya, BJ." Kata paman menjelaskan. "Kelly kusuruh untuk merahasiakan identitas aslinya secara total selama kuliah di sana, dan tugasmu adalah menjaga rahasia tersebut. Kau masih boleh berhubungan dengan putriku hanya dengan syarat tersebut. Selain itu, aku juga tidak ingin membatasi kehidupan sosialmu. Namun, lebih baik kau menjaga jarak dengan teman-temanmu. Aku tidak ingin sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi karena itu, jadi kau juga harus bisa menjaga dirimu sendiri. Tentu saja, aku juga akan membantumu untuk menjagamu, mulai tubuh dan informasimu. Dan kau juga boleh tetap menggunakan identitas aslimu di sana. Jadi, kau akan menjadi kekasih dari Kelly Wijaya, bukan Kelly Reccon."

Paman terus menjelakan apapun yang harus kulakukan untuk masa perkuliahanku, dan dia memintaku untuk ikut serta dalam sandiwara tersebut. Bukankah itu merupakan pembohongan publik? Bahkan aku pernah menjadi korban dan harga diriku dan keluargaku menjadi terinjak-injak karena itu. Dan sikap itu membuat kami berpandangan buruk tentang mereka.

Yang membuatnya lebih buruk adalah paman tidak memberikanku alasan mengapa dia menyuruh kami melakukan hal ini.

Bab 7

The written lullaby…