Chereads / Blue Aloe / Chapter 9 - Bab 8

Chapter 9 - Bab 8

26 Maret 2079

Jakarta Future Tech University

"BJ."

Tidak mungkin ada yang tidak terkejut dengan kehadiran Kelly yang tiba-tiba berada di salah satu kelas di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bahkan, tidak akan ada yang percaya bahwa dia benar-benar bisa berada di ruangan ini tanpa sepengetahuan siapapun. Keberadaannya kemari seharusnya diketahui setidaknya beberapa orang yang melihatnya ataupun sistem keamanan khusus dari FEB yang memberikannya akses masuk ke area fakultas ini.

Aku sangat terkejut, itu wajar. Dan kelihatannya Rei juga. Lihat, bahkan saat aku membelakangi keberadaan Kelly, Rei yang berdiri di depanku bisa tidak menyadari keberadaannya. Dan kuharap bahwa Kelly tidak mendengar apa yang sedang kami bicarakan.

Kupasang senyumanku untuk menutupi rasa kejutku ini.

"Babe!" Aku tahu ini sedikit berlebihan, apalagi aku mengatakannya dengan cukup canggung. Nadaku terlalu tinggi dan itu tidak cocok untuk suara terkejut yang senang akan kehadirannya.

Segera aku merangkulnya dan mencium kepalanya. Sengaja aku melakukan hal ini di depan Rei.

Dari ujung mataku, dia tampak tersenyum dan membuang pandangannya. Kuakui bahwa ini bukan tontonan yang layak di kelas.

"Bagaimana kau bisa kemari?" tanyaku setelah itu.

Sebelum menjawabku, Kelly menyapa Rei.

"Hai, Rei."

Aku memutar bola mataku.

"Hai, Kelly." Rei tersenyum menahan kegeliannya sambil melambaikan tangannya kepada Kelly.

Kelly kini menatapku.

"Aku ada urusan kemari, Babe."

Ini cukup mengejutkan bahwa dia memanggilku begitu.

"Dosenku, Pak Randy, mengajakku ke fakultas ini untuk menemaninya berbicara ke Prof. Hendra. Itu pertemuan yang membosankan, jadi aku meninggalkan mereka." Jawab Kelly seperti biasa, begitu lugu.

Aku tidak terkejut dengan cara bicara Kelly yang seperti ini dan juga tindakannya. Toh, dia bisa melakukan apapun di tempat ini. Ingat siapa dia?

Jujur saja, aku tidak begitu senang jika Kelly bisa bertindak seperti ini jika ada orang asing. Jika orang itu adalah orang lain—maksudku bukan Rei—aku pasti membiarkannya. Tapi posisi Rei sekarang ini tampak tertarik dengan Kelly dan pastinya dia memberikan perhatian terhadap Kelly. Hal itu bisa membuat Rei menjadi curiga tentang identitasnya.

"Kamu harus balik, gak baik meninggalkan dosenmu." Kataku.

"Tidak perlu, sebentar lagi mereka akan selesai. Toh ini mau makan jam siang." Katanya sangat riang.

Apakah ada yang terjadi pagi ini dengannya?

Kelly memeluk lenganku dengan sangat erat sambil tersenyum sangat lebar. Inilah Kelly yang sebenarnya. Dia hanyalah seorang gadis yang sangat polos dan apa adanya, tidak bisa menutupi segala sesuatu yang ada di dalam hatinya. Melihatnya tampak berbeda kemarin memang membuatku sempat berpikir bahwa dirinya sudah mulai berubah. Tetapi Kelly tetaplah Kelly.

"Okee..."

Kelly memalingkan pandangannya ke Rei.

"Aku akan mengirimimu jadwal untuk datang ke lab," dia mendekati Rei dan menunjuk-nunjuk dada Rei dengan jari telunjuknya, "ha-rus dan wa-jib da-tang!" terusnya sambil mengejanya perlahan-lahan yang seirama dengan jari telunjuknya.

Aku menariknya agar dia menjaga jarak dari Rei. Kelly adalah tipe orang yang menghargai privasi jarak setiap orang yang tidak dekat dengannya, dan dia tidak pantas melakukannya terhadap Rei.

"Oke." Rei menjawabnya dengan singkat.

"By—"

"Kau belum tahu akunku."

Sialan! Rei memotongku saat aku akan mengucapkan selamat tinggal.

"Oh." Oh, tidak. Kelly tampaknya ingin sedikit lebih terbuka dengan pria ini. "Aku anak TI. Mencari akunmu tidaklah sulit."

Sangat jelas sekali. Kelly memang bisa mencari apapun yang dia mau tanpa bantuan yang ada di balik tubuhnya. Dan bahkan aku pernah mendengar bahwa dia bisa meretas sistem keamanan di kampus ini. Dia pernah bercerita bahwa seumur hidupnya dia selalu belajar tentang komputer dan data-data komputer yang rumit. Dia belajar membaca kode-kode itu sejak kecil dan menghafalkannya dengan cepat.

Hal yang membuatku berpikir bahwa Kelly hampir kehilangan akal sehatnya adalah saat dia mengeluhkan kalau dia tidak bisa membaca kode-kode di dalam game virtual penuh. Aku hanya terkekeh mendengar itu, imajinasinya memang berada di luar nalarku.

"Oh, oke." Rei tampaknya juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kelly.

"Kalau begitu, bye Rei." Kelly akhirnya menarik lenganku dengan kuat pergi dari kelas itu. Tarikannya memang kuat dan aku berusaha untuk mengikutinya agar aku tidak terlihat terseret olehnya.

Ini memang cukup aneh, Kelly semacam memiliki tenaga yang sangat besar. Aku saja sering terseret oleh tarikannya daripada berjalan mengikutinya. Selain itu, dia juga dapat mengangkat benda-benda yang berat seperti barbel seberat tiga puluh kilo gram dengan sangat mudah.

Aku bisa bilang bahwa Kelly memang seperti alien. Dia tampak seperti manusia tapi terlihat berbeda juga. Selain karena perbedaan status sosial kami, dia juga terlihat begitu meremehkan tentang dunia ini. Kau tahu bagaimana bahayanya dunia luar untuk seorang perempuan, apalagi seperti Kelly yang masih polos ini. Dan dia terlihat tidak takut sama sekali dengan hal-hal seperti itu. Memang, dibaliknya dia memiliki pengawal pribadi yang selalu siap siaga. Kurasa, tanpa mereka saja Kelly tidak takut dengan itu. Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia seberani itu, tapi dia lebih ke tidak menganggap itu sebuah masalah baginya. Hanya baru saja beberapa hari yang lalu bisa membuatnya benar-benar tampak berbeda. Baru itu saja.

Setelah keluar dari kelas, aku terkejut karena tidak ada siapapun di lorong. Tempat itu tiba-tiba saja kosong, seperti disengaja hanya untuk Kelly.

Aku lupa bahwa dia terkadang benar-benar menakutkan seperti ini.

Kemudian dia menarikku menuju sebuah lift yang menghubungkan ke Gedung 3. Lift itu kosong, tentu saja, dan hanya kami berdua di sana. Kelly menunjukan area yang diinginkannya sebagai tujuan kami berdua. Aku melihat bahwa dia menuju ke area sayap kanan Gedung 3 di lantai dasar. Tentu saja aku tahu kemana dia akan membawaku.

Area sayap di Gedung 3 bukanlah tempat favorit para mahasiswa di sini. Apalagi bagian sayap yang berada di lantai dasar. Area ini menjadi sebuah area kantin yang berdekatan langsung dengan bengkel-bengkel mesin milik anak-anak tehnik. Tentu saja tempat itu bukanlah tempat yang bagus untuk makan, bukan? Mereka akan terganggu dengan kebisingan mesin-mesin dan kebersihan tempat itu. Bukan berarti bahwa tempat itu kotor, tidak. Maksudku adalah tempat itu terlihat kurang bersih karena berada di dekat bengkel.

Anehnya, itu menjadi tempat favorit Kelly. Dia sering menyebutnya sebagai tempat yang memiliki makanan yang layak dimakan.

Tempatnya ada di luar gedung, menyatu dengan taman kecil yang hanya berisi rerumputan. Ada sebuah warung makan kecil yang berada di sana, memanfaatkan tempat taman tersebut sebagai tempat duduk para mahasiswa yang ingin istirahat makan siang. Warung makan itu dimiliki oleh istri dari pemilik bengkel yang berada tepat di sebelahnya. Kedua tempat itu tidak menyatu, tetap terbatasi sedikit ruang dan pagar kayu yang dibuat cukup bagus di sana. Bisa dibilang bahwa tempat ini seperti tempat yang lebih kuno, di mana tidak ada alat-alat canggih yang bisa digunakan. Terlebih suasanya panas Jakarta yang selalu menyerang tempat ini.

Secara pribadi, aku tidak keberatan dengan makan di tempat seperti ini. Bahkan, sejak kecil aku lebih sering makan di pinggiran jalan. Mamaku yang sering membawaku jalan-jalan dan makan di pinggir jalan. Sampai sekarangpun masih, tapi lebih jarang. Posisi mama sekarang benar-benar membuatnya harus membatasi hal-hal yang kami sukai dulunya.

Jika Kelly juga memiliki kebiasaan seperti ini, bukannya bagus? Kami benar-benar pasangan yang cocok.

"Bibi!" Kelly selalu menyapa pemilik warung itu dengan riang. Dia berjalan setengah berlari seperti anak kecil menuju ke etalase makanan.

Bibi Tika, itulah namanya, dia seorang wanita berumur sekitar empat puluhan dengan pakaian seperti ibu-ibu dari dapur kotor. Dia mengenakan kaos dan celana dengan sebuah celemek yang sedikit kotor karena cipratan minyak dan tepung. Itu tidak menjijikan, kotoran di celemeknya selalu menandakan bahwa Bibi Tika baru saja selesai memasak.

Sudah berlangganan selama hampir dua tahun membuat Bibi Tika memasak makanan lagi yang khusus untuk makan siang Kelly. Dia sendiri yang meminta ke Bibi Tika untuk makan menu yang ada di hari itu, namun dia ingin dimasakan secara terpisah dan harus masih hangat saat dia akan datang. Permintaan tersebut diiyakan dengan mudah oleh Bibi Tika tanpa ada berat hati. Sepertinya bibi tahu bahwa Kelly akan menjadi pelanggan yang setia.

"Kelly, bibi masak bakwan jagung nih…"

Aku duduk di kursi yang teduh dan dekat etalase makanan di mana Kelly melihat-lihat. Dia tampak sangat senang setelah mendengar kata bakwan jagung. Dia selalu melebih-lebihkan kalau bakwan jagung di tempat ini adalah yang paling enak sedunia. Tapi, bakwan jagung itu kadang-kadang dimasak oleh bibi karena sudah mengatur menunya tiap minggu.

"Mau dua bakwannya! Dan aku mau sayur asam dan ikan asinnya."

Apakah terkejut melihat seorang putri sepertinya bisa makan sederhana seperti itu? Padahal di kantin makanan yang lain menyediakan menu-menu lain dan berkelas—bahkan ada yang namanya sulit kuucapkan. Tapi dia hanya memilih tempat sederhana ini yang hanya menjual makanan rumahan untuk para pegawai bengkel dan para mahasiswa yang bukan orang kaya.

"BJ! Ada udang goreng tepung. Kamu mau kan?" tanyanya. Dia masih berdiri di dekat etalase.

Aku membalasnya dengan menggangguk saja dan sisanya dia yang memesankannya untukku. Dia akhirnya kembali dan duduk di sampingku setelah selesai.

"Ada beberapa hal yang ingin kukatakan padamu." Katanya tiba-tiba.

Sepertinya aku akan mengetahui alasannya mengapa dia begitu riang hari ini.

"Kau tahu bahwa orang tuaku sudah pulang, bukan?"

Kelly berani mengatakan hal ini dikarenakan dia selalu menghidupan sistem kedap, di mana tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan kami berdua. Kami sering melakukan hal ini ketika di tempat umum. Hal ini karena percakapan kami harus dirahasiakan dari publik.

"Mama meneleponku tadi pagi setelah aku bangun." Kelly tersenyum sangat lebar. Apakah akhirnya dia bisa mendengar suara mamanya dan bisa merasa lebih menjadi dirinya sekarang?

"Itu bagus."

"Tentu saja! Dan kami akan ada reuni keluarga minggu ini."

Mereka akhirnya bertemu satu sama lain.

"Maksudku, satu minggu penuh."

Itu mengejutkan! Aku tidak pernah mendengar bahwa Kelly akan memiliki sebuah acara keluarga yang menghabiskan waktu selama seminggu. Mungkin dia memilikinya saat kami belum sedekat ini, tapi ini sangat baru untukku. Dan mendengarnya akan menghilang selama seminggu penuh bukanlah hal yang bagus.

Ah… mungkin ada bagusnya juga kalau dia menghilang untuk beberapa saat. Itu lebih baik untuk menghindari rumor-rumor dan berita aneh dari Ms. JN.

"Kami akan menghabiskan waktu di pulau pribadi keluargaku, BJ. Semua keluarga akan hadir dan itu akan menyenangkan." Kelly terus bercerita dengan sangat riang dan senang. Terlebih tentang saudara-saudaranya.

Sesungguhnya, aku tidak pernah melihat saudara-saudara Kelly yang sering disebutnya sebagai 'para kakak'. Saat di Reccon Palace, aku tidak pernah melihat mereka sama sekali. Selain itu, rumor yang beredar tentangnya adalah bahwa dia adalah anak tunggal dari tuan besar. Dan tidak mungkin orang tuanya bisa memiliki banyak anak dalam kondisi mereka seperti itu. Kurasa 'para kakak' yang dimaksudkannya adalah saudara sepupunya. Toh, Reccon adalah keluarga yang sangat besar.

Dia tidak berhenti meski makanannya sudah datang dan terus saja bercerita panjang lebar.

"Aku selalu menyukai pudding madu daripada caramel pudding. Rasanya sangat berbeda. Dan kakakku yang sangat jago memasak itu selalu membuatkanku pudding madu yang sangat lezat. Duh, aku sangat merindukannya—makan pudding madu. Dan madunya itu ternyata diambil langsung dari pertenakan madu sebelum akhirnya kembali ke rumah. Akan lebih bagus jika di rumah memiliki ternak seperti lebah. Namun papa dan mama menolak dengan keras. Mereka sudah sangat sibuk dengan pekerjaan mereka dan mereka tidak ingin mengurusi ternak."

Pembicaraan dengannya memang lama-lama bisa kemana-mana. Dan meskipun dia bercerita seperti itu, tidak ada hal yang penting tentang kehidupan keluarganya. Itu seperti bualan harian Kelly.

Setahuku, Kelly memang harus menjaga rahasia tentang keluarganya. Tapi dia suka bercerita dan hanya memberikan beberapa petunjuk kecil yang masing-masing tidak bisa digabungkan. Sehingga semuanya itu seperti terdengar bualan acak Kelly ketika dia ingat sesuatu. Terkadang, dia juga berbicara sendiri tentang hal itu.

Aku masih menganggap diriku sendiri sebagai orang asing untuk Kelly. Bagaimanapun, aku masih belum sepenuhnya dapat memahaminya dalam bercerita.

Dan apakah itu pantas?

"Ngomong-ngomong, BJ." Itu tandanya, dia mengganti topik. "Kau mau mengantarkanku, kan? Ke JRT ya nanti sore."

"Mengapa ke sana?" tanyaku bingung. Dia seharusnya ke bandara, tidak ke Jakarta Reccon Tower.

"Papa menyuruhku ke sana." Katanya. "Dan kau bisa datang tepat setelah kau selesai kuliah."

"Baiklah."

"Bagus!"

Aku tidak bisa menolaknya, apalagi ekspresi senang di wajahnya. Dia benar-benar terlihat Kelly polos yang selama ini kukenal.

"Hai, Satria!" Dia menyapa orang lain, seorang anak fisika yang kudengar selalu tidur di lab.

Aku tidak mengenal siapa Satria ini, tapi dugaanku adalah dia tahu siapa Kelly yang sebenarnya. Dia tampak menghormati Kelly, dan sewaktu-waktu mengabaikannya jika tingkah Kelly sudah seperti anak kecil. Dan aku juga tidak berbicara banyak dengannya karena dia sangat susah diajak bicara.

Mungkin hanya aku yang tidak mengerti apa yang dibicarakannya.

Kelly belum menengok ke arah di mana orang itu berada, dia masih menatapku dengan bahagia. Padahal, keberadaan Satria tepat di belakang Kelly.

"Duduk samping BJ." Perintah Kelly. Itu karena dia sedang merokok.

"Kopi, Bu." Dia memesan minum.

"Satria, apa kau mendapatkan feedback?" tanya Kelly sambil memajukan dan memiringkan kepalanya untuk menatap Satria yang tertutupi oleh badanku.

Oh, apakah mereka akan melakukan hal ini lagi?!

"Ya." Jawaban singkat setelah menghembuskan asap rokok.

Posisiku sekarang adalah sebagai pembatas dari asap rokok. Kelly sangat tidak menyukai asap rokok dan dia mengorbankanku untuk melindungi dirinya. Ya, aku juga tidak keberatan dengan asap rokok. Akang kalau di rumah juga sering merokok.

"Aku dimarahin…"

"Ya. Itu salahmu sendiri."

"Kau tahu bahwa prosesnya sangat buruk."

"Ya, kau tidak mengembangkan apapun."

Yang kudapatkan dari percakapan mereka adalah perasaan sedih Kelly akan sebuah kegagalan atas entah apa itu, dan Satria hanya mengiyakan dan menyalahkan Kelly. Bukannya itu akan membuat Kelly merasa lebih buruk? Sepertinya tidak. Kelly masih memiliki mood yang sangat bagus hari ini.

"Aku bingung, bagaimana ya…"

Satu kebulan asap lagi.

"Ya, itu projekmu."

Kelly menekukan wajahnya dan mulai makan. Untungnya makanannya masih cukup hangat dan dia masih mau makan. Kalau makanannya sudah dingin dan dia tidak mau memakannya, itu tidaklah lucu.

Percakapan mereka memang usai, tapi aku tetap menjadi sebuah dinding yang membatasi mereka berdua. Kau tahu bagaimana rasanya menjadi benda mati di saat orang-orang di samping kanan dan kirimu saling membicarakan sesuatu, dan kau tidak tahu maksudnya. Terabaikan dan terkucilkan. Bahkan aku sampai tidak bisa memakan makananku karena merasa tidak enak menghalangi mereka berbicara.

"Jam lima tepat." Kelly mengingatkanku sebelum kami akhirnya berpisah.

"Jam lima tepat." Aku mengulanginya.

Kelly akhirnya melambaikan tangannya dan meninggalkanku. Dia menghampiri seseorang yang tidak lain adalah Rei Pramudirga.

Bab 8

The White Plan 1