Sesuai janji, aku menemuinya di kantin G3 pusat di JFTU. Bisa dibilang ini adalah pertama kalinya aku menginjakan kakiku di kantin G3 pusat setelah hampir dua tahun ini kuliah di JFTU. Selain itu, aku juga baru pertama kali ini melakukan janji dengan teman SMA-ku selama perkuliahanku.
Melihat keberadaanku berada di kantin G3 pusat, banyak sepasang mata melihatku. Ini pasti mengejutkan mereka karena bintang tamu dari trending topic Ms. JN tiba-tiba saja muncul di kawasan elit di JFTU untuk pertama kalinya.
Daripada dibilang kantin, tempat ini seperti sebuah food court mewah. Banyak sekali restoran makanan yang ternama dan juga berbagai tempat makan yang tersediakan. Tempat ini begitu ramai dengan kalangan mahasiswa dan dosen-dosen yang masih muda, apalagi di waktu makan siang. Dan mereka semua benar-benar bergaya di dunia yang pernah kulihat sebelumnya.
Tapi, tempat ini terlalu luas untuk menemukan satu orang. Akan menyebalkan jika aku menjadi pusat perhatian di sini, aku harus segera mencari tempat daripada diam sendiri seperti orang bodoh.
Sepertinya langkahku salah. Aku terhalang oleh tiga orang perempuan yang entah darimana. Mereka semua tersenyum dengan wajah yang sedikit merayu. Mereka masing-masing mengenakan pakaian yang bagiku cukup minim, memakai kaos biru laut yang ketat dengan celana panjang hitam, memakai setelan kemeja kotak-kotak dan rok mini, dan juga ada yang sengaja melihatkan belahan dadanya.
Sejujurnya, dadanya lebih kecil daripada milik Kelly.
Yang membuatku lebih kesal adalah salah satu di antara mereka, yang memakai rok mini itu, tiba-tiba saja memeluk lenganku.
"Maaf, tolong lepaskan." Kataku berusaha untuk seramah mungkin.
Gadis itu akhirnya melepaskanku dengan wajah yang sedih. Dia kemudian memandang kedua temannya seperti memberikan kode.
"Kalian cocok kalau bersama." Kata gadis dengan kaos biru laut.
"Iya, Brandon. Kamu itu cocok banget sama Pricil." Tambah gadis yang lain.
Apakah tidak ada cara lain untuk menggodaku? Sepertinya mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertingkah murahan seperti ini. Dan untungnya tidak ada Kelly di dekatku.
Tiba-tiba seseorang muncul dan memaksakan dirinya di antara aku dan ketiga gadis ini. Sikapnya memang berani, tapi aku tidak keberatan.
Gadis yang menyebalkan itu terlihat begitu kesal karena didorong dengan paksa. Dia hampir terjatuh dan untungnya ada temannya yang ditabraknya.
"Ladies, kalian pasti sudah mengetahui rumor tentangnya, bukan? Dia sudah memiliki pacar dan sangat mencintainya. Apakah kalian hanya ingin membuang waktunya di sini dengan hal murahan seperti ini?"
"Siapa sih kamu?!"
Aku tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan dari ponselku, sehingga aku langsung bisa mengabaikan apa yang terjadi di depanku. Di dalam pesan tersebut, ada sebuah peta kantin ini dan menunjukan sebuah titik merah yang berkedip. Di bawah peta itu, terdapat pesan singkat dari Jason.
Follow, sit, order, my treat.
Tidak buruk juga. Tanpa sadar aku tersenyum membacanya dan hampir lupa dengan posisiku. Dengan cepat mengambil jalan lain untuk menuju titik merah tadi dan melupakan ketiga gadis itu. Untungnya Jason bisa menahan mereka untuk tidak mengejarku. Entah apa yang dilakukannya, dia pantas mendapatkan pujian akan ini.
Titik yang ditunjukan Jason adalah sebuah meja yang berada di ujung kantin, tepat berpapasan dengan dinding. Tempat ini terlihat lebih sepi daripada di dekat pintu masuk tadi, di mana banyak orang sudah duduk dan berlalu lalang. Dan menurutku, ini bukanlah tempat yang tepat untuk seorang Jason.
Aku sangat mengenalnya. Sifat alaminya yang suka dengan kerumunan tidak mungkin membuatnya menjadi seorang penyendiri yang menyedihkan. Dia pasti memiliki teman sepergaulannya yang banyak di kampus ini, pasti sering ikut pesta, ikut travelling, dan lain-lain.
Saat aku duduk di kursi yang empuk, layar hologram di meja langsung menampilkan banyak daftar menu yang dimiliki oleh setiap restoran yang ada. Aku melihatnya satu per satu, hampir serius melihat semua daftar menunya. Yang kudapatkan adalah kebanyakan makanan makan siang ala barat seperti salad, sandwich, dan burger (dilihat dari beberapa retoran cepat saji terkenal yang ada di sini). Bagaimanapun, lidah dan perutku lebih cocok dengan makanan Indonesia. Jika aku mendapatkan makanan seperti ini tiap harinya, aku tidak menjamin dengan kenyamanan tubuhku berada di tempat ini.
Sekarang aku sedikit lebih paham mengapa Kelly lebih suka mengajak ke sayap kanan.
Tapi kali ini sedikit berbeda. Sesuai janji yang diberikan, aku tahu harus berbuat apa dengan ini semuanya.
Setelah beberapa menit, Jason akhirnya kembali. Aku sudah mengikuti apa yang terjadi dengannya dan ketiga gadis tadi, jadi aku tidak mengetahui apa saja yang dilakukannya selama itu.
Dia tiba-tiba melompat dan memelukku. Untungnya kursi yang kududuki adalah kursi panjang yang cukup untuk dua orang. Terlebih, kami tidak terjatuh yang bisa membuat kami berdua menjadi pusat perhatian yang lebih. Adegan ini sudah cukup menjadi pusat perhatian beberapa orang di sekitar tempat dudukku ini.
Tubuhku tertatap dinding, menahan beban tubuh dari Jason.
"Oh, BJ! Aku senang kau benar-benar datang!!" isaknya. Dia menempelkan pipinya di pipiku dan membelainya seperti membelai seekor kucing.
Aku segera melerainya agar menjaga jarak dariku. Tingkahnya yang seperti itu membuatku benar-benar jijik dengannya. Jika orang-orang melihat ini, mereka mengira bahwa aku adalah homo, dan kedokku untuk menutupinya adalah berpacaran dengan Kelly. Rumor akan menjadi-jadi dan menggila lagi!
Kutahan tubuh Jason yang mencoba berusaha untuk mendekati dan memeluk tubuhku dengan menggunakan kakiku. Aku sudah tidak perduli lagi jika bajunya menjadi kotor karena sepatuku.
"Ah! BJ! Kau membuat bajuku kotor!" akhirnya dia berhenti.
Aku menurunkan kakiku dan duduk dengan manis seperti anak SD.
Jason mengusap-usapkan tangannya untuk membersihkan kotoran di bajunya yang berbentuk jejak sepatuku. Kotorannya tidak terlihat begitu jelas, apalagi karena dia memakai baju yang berwarna cokelat muda. Hanya dibutuhkan waktu beberapa detik sampai noda itu pudar dan tidak terlihat kembali.
"Kita sudah tidak bertemu sejak dua tahun yang lalu. Tega banget!" katanya kemudian.
"…"
Aku tidak bisa lagi untuk membalasnya.
"Sudah pesan?"
"Ya."
Jason membuka layar hologram yang menampilkan semua daftar menu. Dia menjadi sedikit pendiam. Mungkin dia merasakan bahwa aku sedikit berbeda kali ini, sehingga terasa canggung di antara kami berdua.
Aku merasa sedikit bersalah.
"Makasih." Kataku. "Soal gadis-gadis tadi dan traktirannya."
Jason pasti mendengarnya. Suaraku cukup keras dan dia juga tidak jauh dariku. Tapi dia hanya terdiam. Aku menjadi sedikit cemas.
"Sejak kapan kau bisa bilang makasih ke aku? Dan kau emang kebiasaan suka banget ngerampok dompetku!"
Kata traktir yang ditujukan kepadaku selalu diartikan sebagai perampokan kecil. Tentu saja dengan sengaja aku menyimpan daftar pesananku yang bisa dilihatnya di layar hologram. Karena gratis, tidak mungkin aku tidak memanfaatkannya lebih!
Saat layar hologram menghilang, di situlah dia sudah selesai memesan.
"Habis darimana saja kamu?"
Itu terdengar seperti sebuah tagihan listrik yang tidak dibayar selama dua tahun. Pasti tunggakannya sangat besar.
"Menurutmu?" aku tertawa kecil untuk memberikan kesan humor, "Kamu tahu kan sebucin apa aku?"
Dia menekuk bibirnya.
"Gak cocok kamu ngomong gitu, an****."
Kami pun tertawa bersama. Sudah sangat lama rasanya dan aku merindukan ini.
"Ngomong-ngomong, mana Kelly?" dia akhirnya bertanya setelah makanan kami sudah datang. Pelayan kantin robot mini yang membawakan pesanan kami berdua.
Jason tentu saja mengetahui siapa Kelly, tapi bukan identitas aslinya. Dia hanya mengetahui Kelly sebagai gadis jenius, polos, dan beruntung karena bisa menarik hatiku sampai seperti ini. Meskipun dia adalah putra kedua dari pemilik industri kayu di bawahan pimpinan Reccon langsung, dia tetap saja tidak menyadari siapa Kelly yang sebenarnya. Ini yang membuatku beransumsi bahwa dia memiliki sisi bodoh yang fatal.
"Pulkam." Jawabku singkat.
"Weekday gini?"
"Bukan urusanmu."
Aku sepertinya salah menjawab.
"Galak banget! Yang sebenernya posesif siapa sih?"
Aku menatapnya dengan sedikit melotot sambil menaikan alis sebelahku. Dia tahu apa artinya tatapan ini terhadapnya.
Dia membalasnya dengan mengangkat kedua tangannya setinggi kepalanya.
"Tapi sumpah! Aku kaget banget kalau kamu datang sendirian ke sini. Kupikir kamu bakal mengajak Kelly juga."
"Aku tidak berniat mengajaknya kemari. Tempat ini tidak sesuai sama seleranya."
Itu membuat Jason terkejut.
"Serius?! Bukannya seleranya lumayan bagus?"
Ini mengingatkanku waktu SMA dulu. Saat aku dan Kelly menjadi sedikit lebih dekat, aku menjadi sering bertemu dan mengajaknya untuk ikut dengan teman-temanku yang lain. Dia memang menjadi bahan bully-an yang lain karena dia tidak terkenal sebagai orang yang di atas. Namun, mereka juga tidak bisa menyangkal sebuah fakta bahwa Kelly selalu memiliki selera yang tinggi. Mulai dengan pakaian dan barang-barangnya yang branded dan berharga sangat mahal, dan juga referensi tempat makan yang bagus ataupun tempat wisata yang bagus juga di luar negri. Dia sering memberikan saran kepada teman-teman yang lainnya dengan semua yang dia tahu.
Anehnya, semuanya tidak menyadari tentang identitasnya yang asli dan Kelly juga tidak mau dekat dengan mereka.
Kata Kelly kalau mereka kurang menyenangkan.
"Ya, mungkin kualitasnya kurang bagus."
"Emang di mana biasanya kalian makan siang?"
"Sayap kanan G3."
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Jason tersedak karena dia terkejut. Setelah dia minum air putih dan menjadi lebih tenang, dia bertanya, "Serius?!"
Jason menganga seperti tidak percaya dengan apa yang kukatakan. Sudah kubilang bahwa tempat itu bukanlah tempat untuk orang-orang seperti Jason. Jika disebutkan tempat terburuk di JFTU adalah bagian sayap di G3, kanan dan kiri. Tempat itu seperti sebuah area yang tidak terjangkau oleh orang-orang yang berkelas atas, seperti area kumuh untuk orang-orang rendah.
Status sosial masih menjadi permasalahan yang besar di sini, apalagi untuk orang-orang yang masih di dalam perlindungan negara.
"Oh, jadi kamu sudah melihat sisi tak terlihatnya."
Maksudnya adalah melihat sisi manusia yang sering ditutupi. Jason lebih bermaksud ke sisi muka dua dari manusia yang sering digunakan untuk tujuan tertentu. Meskipun begitu, dia tidak memiliki pemikiran yang buruk terhadap Kelly.
Kelly masih terlihat polos baginya waktu itu, entah dengan postingan Ms. JN bisa merubah pemikirannya atau tidak.
"Terus, mengapa kau suruh aku datang ke sini?" aku mengganti topik pembicaraan ini.
"Oh ayolah! Kita sudah lama tidak ketemuan. Gak kangen sama aku?"
Amit-amit, jawabku dalam hati.
"Aku senang karena tadi pagi kamu angkat telponnya dan setuju mau datang." Dia meneruskan, "Postingan Ms. JN sepertinya bisa ngerubah pikiranmu akhirnya."
Aku tidak bisa bilang apakah dia senang ataupun tidak tentang ini. Dia berada di garis antara keduanya sehingga membuatku menjadi bingung. Itu tandanya tidak bagus.
Selain itu, aku juga merasa sedikit menyesal datang. Bukan berarti aku tidak senang karena akhirnya bisa bertemu dengan teman lamaku. Tidak, bukan itu. Aku hanya sedikit menyesal bahwa ini tidak ada artinya. Melihat sisi abu-abu dari Jason membuatku tidak begitu yakin dengannya dan membuatku menjadi ingin terus mengikuti Kelly. Aku pikir bahwa aku bisa merasakan apa yang dimaksudkan Billy kemarin, tapi rasanya ini menjadi sia-sia.
"Tidak ada yang merubah pikiranku." Kataku.
"Konyol!" aku mendengarnya yang tiba-tiba menjadi kesal. "Kemana kau selama ini? Apa karena tidak ada Kelly, baru bisa jawab—"
"Kamu yang lebih terpengaruh dengan postingan tersebut." Putusku.
Dia pasti bisa memahaminya. Dia tidak sebodoh itu. Dia tahu sikapku yang seperti ini, bersikap tidak peduli akan sesuatu dan membiarkannya begitu saja. Terlebih terhadap postingan itu yang membawa namaku.
Aku sedikit mengerti sekarang apa tujuannya.
"Son, aku minta maaf soal itu. Sikapku selama ini memang seperti sudah melupakan semuanya, tapi sebenarnya tidak. Ini salahku, kok."
Aku tidak bisa menceritakan semuanya padanya, tapi setidaknya aku sudah bisa mengatakan yang seharusnya.
"Apa sih yang terjadi padamu?" tanyanya, seperti seorang gadis yang sedang mengambek. Dia tidak berani menatapku dan terus menatap makanannya tanpa diapa-apakan setelah tersedak tadi.
Dia pasti benar-benar memikirkannya. Aku tidak menyangka bahwa dia masih sepeduli ini padaku, bahkan aku sudah mengira bahwa mereka semua akan melupakan aku.
"Sorry, aku tidak bisa jawab. Tapi ya…" aku melihat ke arah makananku sekarang. "sekarang aku sangat lapar."
Saat waktu makan siang telah usai, aku dan Jason masih di posisi dan tidak pergi kemana-mana. Aku tidak memiliki kelas setelah makan siang untuk hari ini, jadi aku memiliki waktu luang. Aku masih bingung untuk melakukan apa setelah ini, jadi aku tetap duduk dan membuka-buka layar hologramku. Tanpa Kelly ternyata tetap menjenuhkan.
Jason hanya berpindah kursi di depanku. Dia tetap berada di sini karena dia memiliki tugas dari kelas online setelah makan siang. Karena dia terburu-buru harus log in, jadi dia tidak berpindah posisi. Dia bisa menghidupkan mode senyap dari ponselnya sehingga dia bisa tidak mendengar apapun di sekitarnya dan sebaliknya. Dan dia terlihat asik sendiri selama kuliahnya.
Sedangkan aku menjadi anak yang sedang merasa bosan. Tanpa Kelly, aku seperti kupu-kupu [1].
"Ada kegiatan habis ini?" tanya Jason tiba-tiba. Sepertinya kelasnya sudah selesai
Aku menggelengkan kepalaku dengan bosan.
"Ngapain aja selama ini?"
"Ngebucin." Jawabku.
"Cinta banget ya."
"Ya taulah gimana aku."
"Mau ikut aku?"
Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya. Ajakannya membuatku sedikit tertarik.
"Kemana?"
"Ke kediaman Pramudirga."
[1] singkatan untuk kuliah-pulang. Istilah ini untuk mahasiswa yang kurang aktif dengan kegiatan di luar perkuliahan.
.
Bab 13
The quarter of a moon