Chereads / Blue Aloe / Chapter 19 - 18 - Ginger Bread and String I

Chapter 19 - 18 - Ginger Bread and String I

26 Maret 2079

Jalur Cepat Panjang Selat Sunda

Bagian Krakatau I

Beep! Beep! Beep!

Suara pesan beruntut masuk melalui ponselku yang baru saja kuhidupan.

Bagus sekali!

Aku terpaksa harus mendengar semua pesan suara itu.

"Semua pesan suara yang diterima adalah Rin Pramudirga 203 pesan suara; Keiza Martin 4 pesan suara; Lembaga Sosial Buruh cabang Bandung 2 pesan elektronik; dan Beni Pramudirga 1 pesan suara."

Itu suara sistem asistenku. Seperti biasa dia melaporkan semua pesan yang masuk saat aku sedang berhalangan.

"Buka semuanya."

Oh, sial! Aku lupa kalau Rin mulai spamming lagi.

"Rei, makan malam."

"Rei, kucing."

"Rei, buskuit bulan."

"Rei, rapat."

"Rei, party."

"Rei, sepatu."

...

"NEXT!"

Rin tidak akan berhenti membuang-buang waktuku selama perjalanan ini. Takkan kubiarkan dia menggangguku dalam perjalanan ini.

"Beb, Rin hari ini ngambek lagi deh. Aku sudah bujuk dia tapi hasilnya nul. Kami akhirnya melakukan rapat tanpanya. Mungkin nanti dia akan spamming ke kamu."

Itu Keiza. Suara lembutnya bisa membuatku lebih merasa santai.

"Kau akan pulang jam berapa? Akan kusiapkan makan malammu dan Rin sebelum aku pulang."

Dia benar-benar calon istri yang baik.

"Jason dan Andri menginap di rumah untuk mengurus desain dan tugas mereka. Aku pulang sekarang."

"Beb, apakah kamu baik-baik saja? Kau menghilang semalaman ini, huhu..."

Keiza terdengar menangis dan sedih karena tidak mendapatkan balasan apapun dariku. Itu sangat menggemaskan.

"Otto, tolong pesankan satu ikat bunga mawar dan surat digital indah untuk Keiza Martin." Kataku kepada sistem asisten.

"Baik, Tuan."

"Dan tolong lanjutkan isi pesan."

"Lembaga Sosial Buruh cabang Bandung mengirimkan pesan elektronik. Apakah perlu saya bacakan?"

"Ya."

"Subject: Konfirmasi Pesan.

Yang terhormat, Tuan Rei Pramudirga. Berhubung dengan pesan yang Anda sampaikan lewat perwakilan kami, dengan sangat senang kami akan menyambut kedatangan Anda. Tentu saja, lembaga kami akan sangat senang apabila Anda memiliki hati yang sangat mulia untuk bekerja sama dan membantu kami.

Seperti Anda tahu, keadaan para buruh sudah sangat memprihatinkan. Selain di Indonesia, buruh-buruh di dunia mengalami dampak yang besar akibat revolusi industri yang makin mengandalkan digital dan mesin. Kami, sebagai lembaga sosial untuk para buruh, berusaha semaksimal mungkin untuk membantu pemerintah dalam mengupayakan kesejahteraan para buruh, khususnya di area Bandung dan sekitarnya. Salam, Ketua Lembaga, Julius Wicaksana.

Lampiran: surat resmi undangan dan peta digital."

...

"Pesan selanjutnya dilabelkan sangat rahasia, apakah perlu saya bacakan."

"Ya."

"Subject: Classified Item (Barang Rahasia)

Yang terhormat, Tuan Rei Pramudirga. Berhubung dengan informasi tambahan yang diberikan terkait dengan 'barang rahasia', kami ingin menyampaikan bahwa kami sedang mempertimbangkannya. Kami ingin barang bukti yang sejelas-jelasnya terkait data yang diberikan.

Salam, Julius Wicaksana."

...

Orang-orang itu memakai nama lembaga mereka untuk mengirim pesan ini, sungguh nekat. Tidak bisa lagi kupungkiri bahwa mereka benar-benar bodoh, termasuk ketua lembaga mereka. Dan kalaupun sampai pemerintah menyadari hal ini, lembaga mereka yang pasti akan mati habis-habisan.

Aku akan aman selama aku masih memegang kontrak dengan sebuah perusahaan besar. Selama keadilan masih mampu dikuasai dengan uang, aku masih merasa lebih tenang.

"Next."

"Anakku, Rei. Ada kabar baik dan buruk dalam satu hari ini. Kabar baiknya, pihak Zee akan mengirimkan barangnya dalam waktu tiga hari ini. Dikabarkan kalau barangnya akan sampai dalam seminggu ke depan. Selama dalam proses pengiriman, pastikan kau menyewa orang-orang hebat untuk menjaga barang ini. Lalu, kabar buruknya adalah pemberitahuan langsung dari pihak investor kita, Bryant, akan datang dalam waktu dekat. Kurang bisa kupastikan apa tujuannya dan waktu tepatnya, tapi kuingin kau bekerja di balik layar. Salam sayang, Ayah."

Pria tua itu memang sangat suka sekali mengambil resiko. Apapun yang dia lakukan, dia sangatlah beruntung. Dan entah sampai kapan keberuntungannya akan habis dan dapat melindunginya.

Dan...

Mendengar nama Bryant saja, juga, sudah membuatku merinding.

"Otto, auto driving."

"Baik, Tuan."

Aku tidak bisa membuang waktuku lagi. Si tua sialan itu pasti akan mengomel jika aku tidak membantunya mencari informasi kedatangan Bryant itu. Dan itu sangatlah sulit, bahkan nyawaku bisa jadi taruhannya jika aku ketahuan. Pria tua itu hanya ingin mengetahui hasilnya saja, tak pernah memikirkan bagaimana prosesnya. Dan apakah dia peduli? Jawabannya jelas tidak! Bahkan nyawa anak laki-lakinya ini menjadi taruhan, dia tidak pernah peduli.

Aku membutuhkan bantuan Andri untuk mengurus sisa data-data ini. Ini sangat berbahaya untuk anak kuliahan, tapi aku tak memiliki pilihan lain.

Saat aku akhirnya bisa sampai ke rumah, aku langsung menemui Andri yang berada di ruang kerjaku. Di balik kaca matanya, dia berfokus dengan semua layar hologram di depannya. Dengan ditemani semangkok indomie goreng kornet yang mengepul uapnya, dia asik menonton film bokep tanpa sadar akan kedatanganku.

Dia mungkin menggunakan fitur senyap di mana dia tidak merasa terganggu dengan suara dengkuran halus Jason di sebelahnya. Sebab itu juga dia tidak mendengar suara pintu yang kubuka.

Jika Rin melihat ini, dia pasti langsung memarahi dan menghukum Andri untuk tidak memasak ataupun makan mie instan di rumah.

Perlahan aku mendekatinya. Aku bisa merasakan apa yang akan dia lakukan, apalagi setelah mangkoknya disingkirka menjauh darinya. Tangannya akan masuk ke dalam celananya dan... aku berhasil menangkap tangannya duluan.

"Anj*ng!" sontak dia kaget.

Hanya film porno yang bisa menjauhkannya dari mie instan.

Aku hanya tersenyum separo.

"Apaan sih?! Lepas, bangs*d!" Dia berusaha melepaskan kedua tangannya dan melanjutkan hasrat terpendamnya.

"Anj*ng, bangs*d, terus apa lagi?! Harusnya aku yang bilang gitu, sialan! Lihat HP-mu..."

Andri tersenyum bersalah setelah menyadari pesan penting dariku.

"Deadline sore ini."

"Apa kamu gila?! Kerjaan seperti ini gak mudah, Rei. Dikira Bryant perusahaan lokal apa gimana. Bukan data yang didapat, malah dapat kiriman bom atom langsung dari Amerika." Aku tak bisa membantah keluhannya.

"Sedapatnya saja." Kataku. "Setidaknya 1% bisa kubawa ke rumah."

Dengan tatapan tajam di balik kacamatanya, aku sudah bisa tahu bahwa dia tetap menolak.

"Ah! Ah ah...! Ah...!"

Sialan, suaranya bocor.

Segera aku menekan mejaku untuk mematikan film porno yang sedang berada di puncaknya. Dan aku juga sedikit tertegun dengan Andri yang bisa membagi pikirannya seperti ini. Tapi menurutku, dia sedang befokus dengan film ini.

"Kerjakan, bayaran, selesai, deal." Kataku menutup pembicaraan malam ini.

"Shit, man!" Aku dengar dia mengutukku dengan kata-kata kasar yang diketahuinya.

Kembali ke dalam rumah, benar-benar rumah bagian dalam dari kediaman Pramudirga. Semua yang dibuat aneh seperti rumah ini membuatku bekerja ekstra gila bahkan sejak aku SMA. Tidak murah dan tidak mudah.

Paginya, aku bisa bangun tepat jam tujuh pagi. Hanya tidur selama empat jam saja bisa membuatku langsung merasa bugar paginya. Sudah menjadi kebiasaanku, dan tubuhku sudah terbiasa dengan ini.

Rutinitas pagiku di rumah hanya mandi dan sarapan saja, setelah itu aku pergi ke kampus kalau tidak ada panggilan pekerjaan. Dengan jadwal yang padat tiap harinya, aku selalu bisa membuat perencanaan panjangnya untuk membantuku agar lebih terarah. Apalagi kondisi tubuhku yang selalu prima tiap harinya.

Tidak banyak yang terjadi pagi itu. Hingga pada akhirnya aku didatangi oleh seseorang yang sangat mengejutkan. Orang arogan ini kurasa takkan mau mendekatiku setelah menolak mentah-mentah ajakanku. Dan yang membuatku makin kesal, dia seperti jijik saat aku menyebutkan nama Rin.

"Yo, Brandon! Kau terlihat kesal hari ini."

Tidak ada balasan verbal darinya, hanya tatapan kesal ke arahku.

"Mau ngobrol?" tawarnya.

Itu sangatlah jelas. Kedua teman yang berada di dekatku langsung memberikan kami ruang untuk saling mengobrol.

"Sepertinya serius sekali."

"Cukup serius untuk menanyakan mengapa kau mendekati Kelly."

"Apa kau cemburu?"

Aku tidak menyangka bahwa Brandon menjadi posesif seperti ini. Dia seperti seekor penjantan yang sangat marah kepadaku karena mengira bahwa aku merebut betinanya.

Namun, ekspresinya yang dibuatnya menjawab sesuatu yang berbeda.

"Jelas sekali tidak, Rei. Jangan libatkan penolakanku dengan Kelly, dia tidak tahu apa-apa."

Oh, aku lebih mengerti sekarang. Ya, setidaknya dia tahu harus berbuat apa untuk itu. Hanya saja, itu bukan hal yang sederhana.

Aku akhirnya tertawa.

"Jadi, kamu pikir aku dekati Kelly karena hal itu? Seperti kataku sebelumnya, Rin ingin bertemu denganmu."

Lagi-lagi ekspresi enggan maksimal saat mendengar kata Rin. Dia sepertinya sangat membenci kembaranku ini, sampai sejauh ini dia bertahan dengan egonya.

Toh, aku tidak bisa memaksa. Dan itupun aku rela Rin makin merengek kepadaku karenanya.

Selain itu, aku tidak bisa berhenti untuk menggoda Brandon Pramudirga.

"Apa kamu seangkuh ini setelah memiliki pacar? Setidaknya temui Rin, toh dia teman masa kecilmu."

"Tidak!"

Itu sebuah tolakan langsung yang tegas. Jadi begitu ya...

Sebelum aku dapat mengatakan sesuatu padanya, apalagi terkait Rin, tiba-tiba seseorang mengganggu kami berdua. Keberadaannya seperti hantu yang tidak bisa kurasakan. Bahkan aku tidak menyadari bahwa gadis itu berada di balik tubuh Brandon selama ini.

Di waktu yang tepat, meski mengejutkan, Kelly pasti mendengar banyak. Dari ansumsiku, Brandon tidak ingin Kelly terlibat dengan masalahnya.

Bukan itu yang kuinginkan dari Kelly. Gadis kecil itu, tapi seksi, kuat, dan begitu menawan itu, dia memiliki banyak potensi dan sangat berbakat. Sangat disayangkan jika aku melewati satu orang seperti ini, apalagi aku memegang kartu As-nya.

Setelah makan siang, aku menemui Kelly untuk urusan lab. Aku juga melihat Brandon lagi. Dia terlihat begitu tidak senang apalagi aku berjalan berduaan saja dengan Kelly. Kurasa dia juga merasa cemburu di sisi lain.

Sesuai dengan rencanaku, aku mendapatkan jawaban yang paling kuinginkan dari Kelly.

"Ya, Rei. Kurasa aku akan senang bisa berteman denganmu dan teman-temanmu yang lain."

Mudah bukan? Aku bisa mengendalikan boneka lain lagi.

Hanya saja, aku merasa kurang nyaman apalagi aura yang diberikan kepada Satria di lab. Dia seperti memberikan kode yang rumit dengan tatapannya yang dingin. Dia terlihat seperti merendahkanku, membuatku merasa lebih bodoh darinya. Di waktu yang sama dia memberiku sebuah peringatan akan kebodohanku ini.

Aku tidak memahaminya dan dapat mengabaikannya seketika. Kelly juga memberikanku sebuah instruksi pola hidup untuk mendukung projeknya dan menyesuaikan dengan pola hidupku.

"Itu mengerikan, Rei. Tidur selama tiga jam tak baik untuk kesehatanmu."

Di sini aku mendapatkan makna ganda dari kata-katanya.

"Tubuhku sudah terbiasa, tidak masalah. Selain itu..." aku memamerkan bentuk tubuhku yang berotot padanya. "Aku cukup bugar."

Kelly menggelengkan kepalnya.

"Kau akan mengalami kelelahan yang berat. Tubuhmu akan menjadi tidak seimbang. Itu akan memengaruhi ketahanan tubuh dan kesehatanmu jika kau mengikuti projekku ini."

Dia padahal bukan seorang dokter, tapi dia cukup memahami tentang kondisi tubuh manusia.

"Apakah ada sedikit pengecualian?" aku berusaha untuk bernegosiasi.

"Kurasa, lima sampai enam jam tidur sudah cukup." Jawabnya dengan sedikit cemas.

Kelly tidak akan mendengar alasanku tentang pekerjaanku. Dia sudah mengecap bahwa pola tidurku kurang baik.

Tapi, ini kesempatan yang emas!

"Baiklah." Kataku akhirnya. "Tapi, bisakah kau datang ke rumahku hari ini? Atau besok."

"Untuk apa?" dia bertanya dengan polosnya.

"Ada yang ingin kutunjukan padamu." Lalu aku sedikit mendekatkan wajahku ke telinganya dan berbisik ke arahnya.

Setelah aku kembali ke posisi normalku, dia akhirnya membalas.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus pergi untuk beberapa hari ke depan. Mungkin setelahnya dan saat longgar, aku akan datang."

Well, Kelly. Aku pasti menunggumu dengan sabar.

.

Bab 18

Ginger Bread and String I