Chereads / Blue Aloe / Chapter 25 - 24 - The Pretenders II

Chapter 25 - 24 - The Pretenders II

"Aku sangat terkejut karena kau sudah di gedung ini sejak awal."

Aku dan Saphira sekarang berada di apartemennya. Dia mempersilahkanku untuk duduk di sofanya.

"Teh oke?"

"Sebenarnya aku sudah banyak minum yang manis-manis."

"Oke."

Percakapan sederhana seperti ini bagiku terlihat akrab namun juga canggung. Apakah begini caranya menyambut tamunya? Dengan menciptakan suasana nyaman yang aneh.

Saphira akhirnya meletakan segelas air putih dingin di atas meja kopi. Dia kemudian menarik sebuah kursi single untuk menghadapku dan duduk di atasnya. Seperti halnya seorang bos wanita mafia, dia menyilangkan kakinya.

"Kita seharusnya mengobrol di ruang kerjaku. Tapi, ruang kerjaku sangat berantakan sekarang. Kau tidak kebaratan jika kita mengobrol di ruang tamuku, bukan? Dan suasananya lebih nyaman daripada di ruang kantorku."

Kurasa dia sengaja memilih tempat ini. Spesial hanya untuk Rei Pramudirga yang datang kemari tidak hanya membahas tentang bisnis.

"Kau tahu apa alasanku untuk menemuimu sekarang, bukan?" kataku langsung ke topik pembicaraan kita. Kali ini aku tidak ingin mendengar banyak alasan untuk menunda ini lebih jauh.

Saphira adalah pemikir yang cepat. Dia bisa memikirkan banyak hal saat dia berbicara tentang hal yang tak penting. Itu digunakan untuk mengulur waktunya saja.

"Aku bahkan tidak menyebutkan nama-nama yang berhubungan denganmu, Rei. Apakah kau keberatan dengan itu?"

Dia lebih mempertanyakan haknya sebagai jurnalis yang tak lain adalah pembuat konten daripada kualitas konten yang dibuatnya. Dan dia salah paham akan kedatanganku kemari.

"Kukira kau penulis yang sangat berkelas, Saphira. Kau memberikan konten yang sangat berkualitas di dunia jurnalistikmu. Berkat bakatmu tersebut, banyak orang-orang di kampus sangat percaya dan menyukai tulisanmu di halaman sosial media kampus. Tapi entah mengapa kau seperti sedang memojokan seseorang."

"Ya, aku akan menganggapnya sebagai sebuah pujian." Katanya sambil tersenyum. "Tapi, aku di sini juga melakukan pekerjaanku, Rei."

"Memojokan Kelly Wijaya?" tanyaku dengan menyerang titiknya langsung.

Dengan melihat semua yang diposting oleh Ms. JN akhir-akhir ini, semua isinya selalu mengarah kepada Kelly. Akibatnya, para pembaca setianya menjadi mengikuti apa yang diinginkan olehnya dan menyerang Kelly lewat sosial media kampus. Apakah sebegitu buruknya sampai seperti dibenci hampir semua mahasiswa di kampus? Itulah tugas Shapira yang menggiring opini mereka.

Aku yakin orang-orang yang sebenarnya pintar lebih memilih diam dalam kasus ini karena memang posting tersebut tidak penting sama sekali.

"Kukira kau tidak memperdulikan posting-ku yang sejenis ini. Apakah kau berteman dengan Kelly sekarang?"

Selain dapat berpikir cepat, dia juga sangat menipulatif. Ketika seseorang menginginkan informasi darinya, dia akan sangat berhati-hati dalam menjawab sambil melemparkan pertanyaan agar mendapatkan informasi yang diinginkannya. Sangat mengerikan berbicara dengannya jika kau tak pandai-pandai memilih kata dan memahami maksud terselubungnya.

"Ya, sekarang dia sudah menjadi temanku." Jawabku.

Itu tidak mengejutkannya. Sepertinya dia berhasil menutupi ekspresinya sekarang. Jika aku membayangkan diriku sebagai jurnalis, aku pasti akan senang bahwa aku mendapatkan informasi berharga ini. Selain itu, aku pasti juga mendapatkan titik kelemahannya lebih banyak lagi.

Tapi hanya membayangkan saja takkan cukup. Itupun tidak bisa seratus persen akurat. Dan beginilah sulitnya berbicara dengannya. Aku harus banyak improvisasi.

"Ya begitulah kau, Rei. Kau sangat suka berteman dengan semua orang. Itu tidak mengejutkan."

Sialan! Jadi dia bisa menebakku yang menganalisis bagaimana ekspresinya sekarang.

"Selain itu, kau juga suka datang kemari karena ingin membujukku agar aku menuliskan kesan positif kepada tiap temanmu yang menjadi objekku."

Itulah mengapa aku menyebutkan bahwa dia tahu tujuanku kemari. Dia telah memutar pembicaraan ini untuk mendapatkan informasi dariku.

"Jadi, apakah kau akan melakukan permintaanku?"

"Seperti kataku, aku juga harus melakukan pekerjaanku. Selain itu, akan sangat sulit merubah perspektif mereka meskipun aku menulis hal baik tentang Kelly."

Jadi aku ditolak ya...

"Ya, aku yang terlalu egois untuk meminta tolong kali ini. Aku juga harus mengerti alasanmu yang entah memang kau yang sibuk atau kau memang memiliki masalah pribadi dengannya."

Gotcha! Aku mendapatkan ekspresi kejut darinya. Meskipun dia berhasil mengontrol dirinya kembali dengan cepat, ekspresi langka itu tidak akan kulewatan begitu saja.

Sedari tadi aku sudah berpikir untuk menggertaknya, tapi aku hanya bertaruh dengan apa yang kupertimbangkan tentangnya. Efeknya memang akan sangat buruk jika gertakanku gagal, tapi jika aku berhasil aku bisa secara tak langsung mempertanyakan kinerjanya.

Sangat disayangkan jika Ms. JN ternyata tidak profesional. Dia menulis hanya karena membenci korbannya. Menyedihkan!

Dan aku sangat beruntung bahwa tebakanku benar.

"Apakah kau mempertanyakan keprofesionalanku, Rei?" tanyanya sedikit sedih. "Itu cukup menyakitkan sebenarnya. Tapi, itu akan kuanggap sebagai sebuah masukan kepadaku. Tidak mungkin aku akan mengabaikan masukan dari klienku sendiri."

Ini terasa semakin menyenangkan meskipun sebenarnya makin sulit. Aku merasa makin diujung karena dia dapat melawannya dengan cukup baik. Tapi, bukan Saphira jika dia tidak sedikit mengancamku.

"Aku hanya berharap bahwa kau akan mempertimbangkan permintaan kecilku saja, Saphira."

Dia terbisu. Apakah dia sedang memikirkannya? Entah apapun yang dipikirkannya, aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana untuk saat ini. Aku tak memiliki apapun yang bisa memojokannya sejauh ini. Dan aku membutuhkan waktu untuk menemukan bukti-buktinya. Toh, aku juga tak terburu-buru.

Sepertinya aku harus menjemput Kei sekarang.

"Baiklah." Kata Saphira tiba-tiba.

Ini di luar perkiraanku. Jadi dia benar-benar mempertimbangkannya!

"Permintaan dari klienku bisa kupertimbangkan. Dan itu sebenarnya tidaklah mudah."

Jadi aku harus bertransaksi dengannya. Ya inilah jalan akhir yang dipilihnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku akhirnya.

"Aku ingin informasi lengkap yang kau dapatkan tentang Kelly Wijaya."

Apa ini? Aku tidak memahami jalan pikirnya. Aku memintanya untuk berhenti membuat orang-orang membenci Kelly, tapi dia malah meminta informasi tentang Kelly Wijaya.

"Aku tak mengerti. Kau ingin aku menjual temanku?"

"Aku sangat mengerti perbedaan antara teman yang hanya untuk urusan bisnis ataupun teman sejati yang berlandaskan emosional."

Lagi-lagi aku yang terpojok di sini. Sangat sulit memang berbicara dengannya jika aku tidak menyiapkan materi yang lebih matang, apalagi improvisasiku tidak bekerja dengan baik. Dia pasti bisa tersenyum menang karena aku yang merasa dirugikan di sini.

Tapi setidaknya ini juga memperkuat dugaanku sebelumnya.

"Selain itu, aku juga membutuhkannya untuk menulis hal menarik tentangnya, bukan? Itu akan sangat membantu, Rei."

Aku tak menyukai senyumannya kali ini. Dia begitu licik dan munafik untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya. Dengan memanfaatkan ketergesaanku, dia bisa mendapatkan semuanya.

Lain kali, aku harus lebih berhati-hati berhadapan dengannya. Dan tentunya, aku pasti bisa mengurus masalah ke depannya jika menjadi lebih buruk.

"Apakah hanya itu?"

Aku mulai menghidupkan ponselku sebelum Saphira akhirnya mengangguk. Tidak diperlukan waktu yang lama untuk mengirim apa yang dia inginkan.

"Terima kasih." Katanya lalu membuka layar hologram untuk melihat hasilnya.

"Kuharap kau benar-benar melakukan pekerjaanmu."

Saphira mengabaikanku sekarang. Dia lebih berfokus dengan layar hologram di depannya sambil membaca semua informasi yang bisa kudapatkan tentang Kelly Wijaya. Wajahnya sangat serius.

"Fiuh... kau memang memiliki informasi yang sangat banyak tentangnya. Kau memang hebat memata-matai calon korbanmu ya, Rei. Tapi, kau tidak memiliki data yang kuinginkan."

Sekarang apalagi yang dia katakan?

"Saranku, kau harus sedikit berhati-hati dengan Kelly. Anggap saja ini sebagai peringatan karena kau bermain-main dengannya."

Itu membuatku sadar akan sesuatu. Hal ini sudah terjadi dua kali padaku. Ekspresi dan balasan yang kuterima dari dua orang yang paling dekat dengan Kelly sangatlah mirip. Mereka berdua terkejut dengan niatan baikku, tapi di waktu yang sama mereka seperti meledekku. Ya, Satria dan Brandon seperti memberikanku sesuatu. Tapi itu tak sesederhana yang bisa kuperkirakan. Mungkinkah itu adalah sebuah peringatan?

"Apa maksudmu?" tanyaku

Selain itu, Saphira juga memberikan peringatan hal ini dalam kondisi dia tidak mengetahui apa-apa tentang Kelly. Dan dia menyebutkan bahwa informasi yang kuberikan bukanlah hal yang dia cari selama ini. Jadi, dia juga berada di posisi yang sama denganku. Dia juga mendapatkan peringatan karena bermain-main dengan Kelly.

Ini masuk akal sekarang. Dia pasti melibatkan emosinya saat membuat postingan yang sengaja dibuatnya untuk menyerang Kelly karena dia menerima peringatan itu. Di balik ketidakberdayaannya mendapatkan informasi lebih tentang Kelly, dia terus memancingnya agar mau menunjukan sisi asli darinya.

Hahaha... ternyata sosok Kelly lebih misterius daripada yang kuperkirakan. Dia memang orang yang sangat brilian! Bahkan dia mendapatkan tanggung jawab besar untuk mengembangkan projek besar yang didanai langsung oleh perusahaan besar. Pertanyaannya, bagaimana dia bisa mendapatkan koneksi yang kuat untuk perusahaan besar tersebut? Dia hanya terkenal dengan kepandaiannya, beasiswanya, dan dua jurusan yang diambilnya bersamaan. Ketiga hal itu tidaklah cukup jika dia tidak memiliki koneksi yang tepat. Bahkan pihak universitas tak sampai membesarkan namanya ke seluruh dunia.

Menurutku, dia hanya super cerdas. Dan itu sangat mengerikan.

"Aku akan jujur padamu satu hal ini, Rei. Sebenarnya aku mendapatkan banyak peringatan yang tidak lepas darinya. Kelly dapat menemukan lokasi di mana aku biasanya mengumpulkan informasi dua hari yang lalu, kemudian Anna Reccon mengingatkanku kemarin tentangnya. Dan sekarang kau mengingatkanku akan dirinya. Ini sepertinya akan banyak orang yang akan mengingatkanku akan dirinya."

Saphira Young sampai berbicara terbuka seperti itu tandanya dia berada di posisi yang tidak bagus. Peringatan itu menganggunya dan membuatnya semakin merasa terancam. Apalagi dia menyebutkan nama sahabatnya yang memiliki nama besar.

Jika memang dia benar merasa terancam dengan setiap penjalasannya, kurasa ini tidak akan sesederhana itu. Ternyata aku cukup arogan setelah selama ini bisa mendapatkannya dengan mudah.

"Aku cukup sedih mendengar keadaanmu yang kurang baik ini. Tapi menurutku, kau cukup paranoid akan hal yang kebetulan."

"Terima kasih, Rei. Ya, dengan ini kita impas. Anggap saja ini bayaran lebih atas permintaanmu agar kau tak merasa begitu dirugikan."

Pemikiran yang bagus. Tentu saja aku tahu kalau dia sengaja membuatku mengetahui apa yang terjadi dengannya sekarang. Hanya saja aku tak tahu apa tujuannya memberitahuku ini semua.

"Kurahap kita bisa saling berbagi lagi lain waktu. Dan maafkan aku karena aku harus segera pergi."

Aku bangkit berdiri. Tidak lupa aku meminum air putihnya sampai habis baru aku meninggalkan tempat itu. Saphira memanduku sampai dia membukakan pintu apartemennya.

"Ah,"

Aku menemukan seseorang yang tak terduga datang kemari. Tapi seharusnya itu sangat wajar jika dia datang ke tempat Saphira sekarang.

Dan aku hampir menabraknya.

"Maafkan aku. Arianna, bukan?" kataku.

"Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf." Katanya.

Ini pertama kalinya aku bertemu Anna Reccon secara langsung. Aku hanya pernah melihatnya beberapa kali di kampus. Dan, dia seperti memiliki jarak pasti di antara dirinya dan orang-orang asing di sekitarnya.

Mungkin seperti sebuah palang yang jelas terpasang di sekitarnya karena namanya yang besar, berbunyi: 'Kelas tertinggi'.

Sebuah kesenjangan sosial yang sangat kurasakan antara diriku dan dirinya. Bahkan aku tak merasa pantas berteman dengannya. Pasti akan sangat sulit untuk mengajaknya berbicara.

Tapi aku cukup terkejut bahwa dia seramah ini.

"Kau tahu namaku?"

Pertanyaan bodoh. Satu JFTU tahu namanya dan siapa dirinya yang sebenarnya.

Aku hanya memberikan senyumanku.

"Anna, please."

Lihat, dia bahkan lebih ramah.

"Oh, aku Rei Pramudirga."

"Anna! Ayo masuk!" Saphira sangat mengganggu kali ini. Dia seperti tidak senang aku bertemu dengan Anna.

"Bye, Rei." Dia memberikan lambaian kecil lalu masuk ke dalam apartemen Saphira.

Pintu di depanku ditutup seperti dibanting. Itu tidak sopan sama sekali. Tapi aku merasa tidak keberatan. Sebab, aku menukan sesuatu yang menarik di lengan kiri Anna yang dilambaikan tadi. Sangat jelas bahwa itu adalah luka bakar yang sudah mengering.

Sepertinya, Saphira kali ini memang merasa paranoid saja.

.

Bab 24

The Pretenders II