Chereads / Blue Aloe / Chapter 29 - 28 - Walls Could Talk

Chapter 29 - 28 - Walls Could Talk

29 Maret 2079

Di kediaman Benjamin Ghaffar

Pukul 10.00

"Yo!"

Aku mendapati BJ yang akhirnya sudah sampai. Dia memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah Benjamin yang luas, di antara ladang rerumputan itu. Hampir seperti lapangan bola yang sudah tak diurus kembali. Lalu aku menyapanya saat dia akhirnya sudah mendekatiku.

Sekarang aku berada di kediaman Benjamin Ghaffar, yang terkenal dengan keterampilannya dengan mesin-mesin dan pemogramannya, khusus untuk pemograman mesin-mesin itu. Dia adalah anak dari pemasok persenjataan mesin dan senjata api yang lumayan terkenal. Tapi tidak semua orang awam mengenalnya, karena dia seperti anak hilang di dalam padang rumput dengan semua rosokan ini. Itulah mengapa dia bisa memiliki tanah di bagian perbatasan Jakarta. Dan tak diragukan lagi jika aku bisa bertemannya, dia bisa membawaku ke tempat yang belum bisa kucapai sekarang.

BJ balik menyapaku dengan mengangguk sedikit dan melihat sekitarnya yang penuh dengan barang rosokan. Di halaman depan ini, Benjamin memang lebih suka menyimpan rosokan besi-besi bekasnya di sini, dan anehnya tak pernah terjadi pencurian atau semacamnya. Sehingga, tempat ini seperti tempat pembuangan sampah rosokan besi untuk mesin apapun yang rusak.

"Kau tahu Ghaffar, bukan? Kau pasti akan senang bertemu dengannya."

"Aku hanya pernah mendengar namanya... dan tempatnya seperti ini?"

Memang pada awalnya, orang-orang takkan percaya dengan tempat ini. Siapa sangka bahwa Benjamin sangat suka tidur bersama rongsokan ini semua.

"Kau akan terkejut saat masuk ke dalam rumahnya." Kataku. "Aku setuju kalau tempat ini tidak cocok untuk menerima tamu."

"Lalu, mengapa kau kemari dan mengajakku?"

"Ah..." sebenarnya aku sedang menunggu Benjamin yang sedang ke toilet, dan dia membiarkanku menunggu di bawah sinar matahari yang panas. Bahkan dia tak memberikanku sesuatu untuk mengangkat robot android Rin ke bengkelnya.

Aku bangkit berdiri dan membuka pintu belakang mobilku.

BJ melihatnya terkejut. Dia melihat tubuh Rin yang tergeletak tak berdaya di kursi penumpang belakang.

"Robot android." Kataku segera sebelum dia salah paham. "Rin pakai robot ini untuk keluar sewaktu-waktu. Tapi sekarang rusak karena kau."

Setelah menguasai dirinya, BJ membalas, "Jadi kau ingin aku bertanggung jawab atas apa yang kulakukan?"

"Tidak. Kelly memberitahuku bahwa kau suka mesin-mesin. Jadi kuajak kau kemari."

"Kelly?" dia terlihat terkejut aku menyebutkan namanya.

"Ya. Dia banyak bercerita tentangmu setelah dia tahu kalau kita adalah teman lama."

BJ terlihat tidak menyukainya. Apakah aku salah mengatakannya dengan jujur?

"Ah, ya."

Tidak lama kemudian, Benjamin akhirnya muncul. Berkatnya, kecanggunganku dengan BJ akhirnya berakhir. Terlebih dengan penampilannya yang nyentrik membuat BJ langsung teralihkan. Benjamin selalu senang memakai pakaian yang penuh warna, dan semuanya harus memiliki warna dasar putih. Entah desain atau gaya pakaiannya, dia selalu bangga memakainya. Warna-warna itu cukup kontras untuk warna kulitnya yang gelap, apalagi dengan kacamata kuningnya yang menyala seperti matahari.

"Maafkan aku, Rei. Aku semalam makan pecel lele yang dibawakan L, dan berakhir seperti ini sekarang." Katanya sambil mengelus-elus perutnya.

Dia tidak gemuk, tapi proposional untuk standar tubuh yang harus dimiliki oleh laki-laki. Dan dia adalah salah satu manusia yang melakukan operasi plastik dan implan pada tubuhnya untuk membentuk tubuhnya yang berotot.

"Ya, tak masalah." Aku melirik ke arah BJ sedikit yang mengagumi sosok Benjamin. Aku terkejut kalau dia langsung menyukai penampilan laki-laki ini. "Aku membawa temanku kemari."

Itu membuat Benjamin baru menyadari keberadaan BJ dan menatapnya.

"Brandon?" dia melirikku. "Kurasa kau takkan mau ke tempat seperti ini."

"Apa maksudmu?" tanya BJ seperti orang bodoh.

Ya, itu dikarenakan postingan Ms. JN yang membuat citranya menjadi buruk. Rumor-rumor itu berefek sangat besar untuk si korban, apalagi Ms. JN banyak memiliki pengikut setia yang sangat percaya dengannya.

"Benjamin Ghaffar." Kataku mengenalkannya. "Ben, ini Brandon JayaChandra."

"Ya, kau cukup terkenal di kampus." Kata Benjamin sambil membenarkan posisi kacamatanya.

Sial, aku diabaikan di sini.

"Apakah aku tidak diperbolehkan kemari?"

"Rei memberitahuku bahwa kau adalah temannya. Aku selalu percaya padanya untuk membawa teman-temannya yang tidak main-main... tapi ternyata JayaChandra."

Sepertinya mereka lebih mengenal satu sama lain daripada yang kuketahui. Jadi, sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka? Rasanya aku sangat penasaran dan hampir saja aku tidak bisa menahan diriku. Aku teringat bahwa aku memiliki tugas penting kemari.

"Ben, aku datang kemari untuk meminta tolong membenarkan kerusakan di dalam robot Rin."

"Ya, Rei. Aku tahu."

Benjamin mengambil langkah ke mobilku untuk melihat kondisi robot android Rin. Namun, saat dia mendekatkan dirinya, dia mendorong tubuh BJ sehingga membuat BJ terlihat kesal. Well, itu tidak sopan namanya.

Aku tak tahu bahwa Benjamin akan bisa membenci BJ seperti ini, selain karena postingan Ms. JN.

Benjamin kemudian menyentuh kaki robot Rin yang membuat layar hologram tiba-tiba saja muncul di depan wajahnya. Dikarenakan berada di ruang terbuka, layar hologram tersebut bisa muncul dari pemancar yang dipasang secara khusus. Dalam kasus Benjamin, pemancar itu dipasang pada kacamatanya.

Setelah memeriksa kondisi robot Rin, dia kembali mengambil langkah dariku dan BJ.

"Hanya sistemnya saja yang rusak, untuk perangkat kerasnya masih bagus-bagus saja." Kata Benjamin.

"Apakah kau bisa memperbaikinya secepatnya?" Aku sedikit meragukan waktunya. Apalagi Rin dengan egoisnya meminta robotnya dapat diselesaikan dalam waktu satu hari.

"Tiga hari minimal. Dan aku harus meng-upgrade beberapa sistem di dalamnya."

"Apa kerusakannya?" tanya BJ tiba-tiba. Tidak kusangka bahwa dia akan bertanya kemudian.

"Aku sudah menjawab bahwa sistemnya yang rusak, khususnya bagian penyaluran ekspresi. Perintah yang dikirim tidak bisa dibaca oleh sistem sehingga membuat kerusakan yang fatal dan merembet sampai ke bagian otaknya."

Yang dimaksud oleh Benjamin dengan otak adalah otak dari sistem, bukan otak manusia. Bagaimanapun, sebuah sistem pasti memiliki sesuatu yang dinamai otak untuk mengontrol dan mengatur semuanya agar berjalan sesuai dengan fungsinya.

"Apa yang membuat itu bisa merembet?" BJ terus bertanya.

Apakah dia juga memahami hal ini?

Dan sepertinya ini membuat Benjamin sedikit menyukainya.

"Banyak faktor. Virus, yang membuat kerusakannya menyebar dengan cepat. Atau dengan perawatan sistemnya yang tidak berkala. Atau mungkin," perasaanku tidak enak untuk apa yang akan kudengar "kecerobohan manusia itu sendiri yang membuat kerusakannya menyebar."

Aku takkan menutupi bahwa ini salahnya Rin sendiri karena dia tidak memberitahuku lebih awal kalau robotnya sudah rusak. Alhasil, saat kesadarannya dipaksa keluar dari robotnya, sistemnya sudah sangat rusak dan tidak mau membaca data yang diberikan. Dan yang membuatku begitu kesal, ini tidak terjadi sekali atau dua kali. Ini sering terjadi tiap bulannya.

"Apa kau tidak memberitahu Rin untuk terus melakukan perawatan sistem?" kini BJ bertanya padaku.

"Sudah."

"Tentu saja, jawaban Rei selalu sudah. Yang aneh di sini adalah Rin, bukan dirinya." Kata Benjamin lalu dia menepuk tangannya dua kali. Itu adalah sebuah tanda di mana dia memberikan perintah pada robotnya.

Dia memanggil dua macam robot yang sedang berjalan perlahan dari dalam rumah kemari. Mereka merupakan robot android berwujud manusia dan berwujud seperti kereta kecil. Yang wujud manusia itu, aku mengetahuinya sebagai personal asistennya. Hampir sama seperti Otto, tapi dia memiliki wujud dalam bentuk robot android. Benjamin menyebutnya sebagai Gama, sebuah asisten pribadi AI yang terlihat sudah tua dengan pakaian ala pelayannya. Lalu robot kereta yang satunya itu bentuknya seperti kereta tarik mainan anak kecil. Hanya saja dia bisa berjalan sendiri, dan fungsinya untuk membawa robot atau mesin rusak ke bengkelnya.

Saat Gama dan robot kereta melakukan tugasnya untuk mengangkut robot Rin, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke area halaman depan Benjamin. Ah, aku lupa bilang bahwa halaman depan ini adalah ruang terbuka untuk siang hari yang di mana siapa saja boleh masuk tanpa izin.

Benjamin sepertinya tahu siapa yang datang. Jadi dia memberikan perintah kedua robotnya untuk berhenti mengangkut Rin, dan berjalan ke arah ke mobil tersebut.

Tunggu, dulu. Mengapa aku yang disuruh menunggu di sini.

Seorang perempuan akhirnya keluar dari mobil tersebut. Dia mengenakan kacamata hitam di mana aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun, dari bentuk tubuhnya, aku seperti pernah melihatnya.

"Benjamin Ghaffar, bukan?" tanya perempuan itu. Dan suara itu...

"Ya, Anna. Sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu."

"Senang bertemu denganmu juga, Benjamin. Maafkan aku karena memberitahumu mendadak."

"Tidak masalah, Anna. Kau adalah pelanggan terbaikku."

Anna tertawa mendengarnya.

"Aku pertama kalinya datang kemari, Benjamin. Tapi terima kasih."

"Jadi, mana robotnya yang rusak?"

"Ada di bagasi..."

Benjamin akhirnya bekerja dengan robot-robotnya untuk Anna Reccon. Dasar. Dia memang lebih suka mendahulukan perempuan daripada yang paling membutuhkan bantuannya. Apalagi sekarang yang muncul adalah Anna Reccon.

Jujur saja, aku senang bahwa aku bisa melihatnya di sini tanpa gangguan Saphira Young. Tapi akan sama saja kalau ada Benjamin. Dia pasti akan mengambil apapun untuk mendapatkan perhatian lebih dari Anna, dan aku tidak kebagian apapun.

Ya, namanya laki-laki pasti juga mencari muka untuk Anna Reccon. Selain masih single, dia juga memiliki warisan kekuasaan besar yang pastinya diinginkan banyak orang.

Apakah Benjamin salah satunya? Menurut yang kudengar, perusahaan ayah Benjamin bekerja sama dengan Reccon Corp. Jadi, kita tahu apa tujuannya yang sebenarnya.

"Rei," BJ mengalihkanku dari Anna dan Benjamin. "dari smart phone-ku, ini mendeteksi bahwa perangkat kerasnya ada yang mengalami kerusakan. Mungkin kebakaran kabel."

"Hah?!" Aku terkejut.

BJ sekarang telah membuka layar hologram yang terpancar dari jam tangannya. Dia juga membuka sebuah blue print dari desain robot android milik Rin. Lalu dia menunjukan sebuah titik merah pada bagian wajah dan lengan kiri dari robot android Rin.

"Kerusakan karena sistem dan kerusakan akibat dari luar itu biasanya menampilkan efek yang berbeda. Dan untuk taraf robot andoid yang berkualitas, kurasa perangkat kerasnya takkan rusak meski dipukul dengan kayu."

"Apa maksudmu?"

"Sengaja dirusak." Kata BJ sedikit berbisik. "Ada beberapa kerusakan di wajah yang diakibatkan karena sistem, tapi ada juga kerusakan minim di bagian dada dan yang paling kelihatan di sini, di bagian lengan kirinya."

"Apakah maksudmu ada yang ingin menyelakai Rin?"

"Kurasa kau kejauhan memikirkannya, Rei." BJ melihat ke arah Benjamin sebentar lalu menatapku. "Kerusakan ini tak terlihat sebelum robot-robot itu menyentuhnya."

Sialan! Dia menyinggung Benjamin. Aku langsung menutup mulutnya karena aku tidak ingin dia membicarakan apapun tentang niat tersembunyi Benjamin di sini. Bagaimanapun, tempat terbuka ini tetap diawasi penuh oleh sistem keamanan Ghaffar.

"Jangan konyol. Apakah kau menemukan hal yang tak mungkin terjadi sekarang?"

BJ melepaskan tanganku. Dia menganggukan kepalanya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya dan Benjamin, itu membingungkan saat mereka kutemukan untuk pertama kalinya. Lalu, BJ dengan beraninya menyebutkan hal yang seharusnya tidak disebutkan di markas orang tersebut. Dan apalagi... ah, niat tersembunyi dari Benjamin. Aku sudah menyadari niat tersembunyi dari Benjamin sejak pertama kali mengenalnya. Dan aku secara sadar juga bahwa aku sedang dimanfaatkannya untuk sesuatu yang entah apa itu. Tapi posisiku di sini bukanlah untuk menolak semua itu. Kami di sini dalam simbiosis mutualisme, dan itu tidak dilepaskan kalau kami juga seperti parasit untuk satu sama lain.

Dalam bisnis, yang ada hanyalah istilah menguntungkan dan merugikan. Tapi, setiap keuntungan yang didapatkan pasti memiliki kerugiannya sendiri. Bagaimanapun, kerugian selalu ditekan untuk urusan bisnis.

"Selamat siang," tiba-tiba kudengar suara Anna yang sudah dekat dengan aku dan BJ. "Aku tidak menyangka bahwa kau berada di sini juga."

Anna tersenyum dengan sangat manis sekali. Terlebih, aku juga tidak menyangka bahwa dia masih ingat denganku.

"Sepertinya, Kelly tidak berada di sini sekarang. Lalu apa yang kau lakukan di tempat ini, BJ?"

Anna Reccon tidak berbicara denganku. Dia berbicara dengan Brandon JayaChandra.

Oh, man! Sepertinya Brandon memang sosok yang lebih daripada apa yang kuketahui.

.

Bab 28

Walls Could Talk I