Chereads / Blue Aloe / Chapter 34 - 33 - Dried Flower

Chapter 34 - 33 - Dried Flower

"Kau bisa kan, BJ?"

Suara pelan dari seberang panggilan mulai menjawab, "Ya."

Kelly akhirnya menutup panggilannya. Setelah selesai berberes-beres, dia langsung menjalankan rencananya. Waktu yang dipunyainya tak banyak, dan kesempatannya untuk pergi tanpa ketahuan sangatlah kecil sekali. Tapi, dia mampu memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dia akan mengatasi apapun yang menghalanginya. Apapun itu, dia pasti bisa.

Hanya saja... Hanya satu yang tak bisa dia hindari.

Sekarang sudah pukul dua pagi. Harusnya, ini menjadi waktu yang tepat untuk segera menginjakan kaki dari tempat ini. Kelly tak ingin waktu berharga ini menjadi sia-sia karena dia tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Dan penghalang yang tak bisa dihindarinya sedang terlelap dalam tiga jam ke depan.

Itu cukup untuk membawanya ke sebuah dermaga atau bandara terdekat dan menghapus jejaknya.

Sesuai dengan rencananya, pertama-tama Kelly harus mengaktifkan sistem yang terhubung langsung ke helikopternya. Sebagai hadiah pengganti, ini sangat merepotkannya. Selain menjadi tanggungan untuk merawatnya, dia juga harus menggunakan benda ini kemanapun orang tuanya suruh. Ini membuatnya tidak memiliki alasan lain untuk menolak perintah mereka.

Mungkin ini yang disebut sebagai anak muda yang mulai memberontak. Kelly sudah mampu memikirkan apa yang diinginkan daripada apa yang sebenarnya harus dikhawatirkan. Meskipun itu semu, Kelly belum menyadari bahwa masalah akan terus membuntutinya ke mana saja.

Bahkan sampai ke kematiannya.

Kelly mulai menapakan kakinya dengan cepat namun tanpa bersuara. Dia sudah berlatih agar gerakannya ini tidak mudah terdeteksi oleh apapun. Meskipun deteksi alami dari orang tua dan saudaranya bisa menangkap pergerakannya, tapi deteksi itu melemah jika mereka sedang tertidur. Dan itulah mengapa, pagi-pagi buta ini sangatlah sempurna untuknya kabur dari tempat ini.

Semua sisi ruangan cukup gelap namun tak membutakannya. Cahaya-cahaya lampu kecil penghias dari perabotan hanya menyala sebagian dan tak sampai menerangi lantai yang harus dilalui Kelly. Kegelapan ini selalu wajib di resort ini, mengingat bahwa tempat yang terpencil dan terisolasi dari apapun. Apalagi, tempat ini seharusnya memang tidak ada di muka bumi ini.

Kelly berbelok ke arah ruang makan dan dapur agar dia bisa keluar dari pintu belakang. Pintu depan sudah dijaga oleh dua kamar yang berisikan orang tua dan kakak laki-lakinya sehingga dia sangat menghindari jalur berbahaya tersebut. Langkah kecilnya sampai di ruang makan yang bermandikan suara ombak lautan malam.

Pintu keluar sudah di depan mata. Cahaya bulan di malam hari menembus pintu kaca tersebut sehingga Kelly bisa melihatnya dengan sangat jelas. Namun, dia tak mampu bergerak untuk meraih ganggangnya dan membukanya. Dia membatu seperti sedang melihat hantu. Sebab hal itu langsung membuat tubuhnya merinding akibat tekanan dominasi yang kuat berasal dari ruang makan. Keberadaan itu baru bisa dirasakan Kelly saat dia sudah dekat dengan pintu keluar. Kelly memang tidak melihatnya, tapi berkat sinar bulan, Kelly menyadari siluet dari wujud itu. Selain itu, dia juga baru bisa mendeteksinya.

Dia telah gagal. Penghalang terbesarnya ternyata sudah menunggunya di kepala meja makan.

"Bukannya waktu untuk pergi dari tempat ini adalah 18 jam lagi, Kelly? Apa yang membawamu terburu-buru untuk pergi?"

Suara itu terdengar berat dan dingin yang membuat Kelly langsung merasa lemas.

"..." Kelly tak mampu menjawab.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Calvin melanjutkan.

"Duduklah."

Kelly langsung menurut. Dia duduk di kursi makan paling jauh dari papanya. Dia tidak cukup beruntung karena tempatnya cukup gelap sehingga dia tidak bisa melihat wajah papanya dengan jelas, karena gelap itu membuatnya berimajinasi yang semakin mengerikan. Hingga akhirnya dia hanya mampu terduduk dan menundukan wajahnya saja, tak ingin dilihat maupun melihat. Kelly berharap bahwa dia sedang buta agar tak bisa mendeteksi aura papanya yang mengerikan.

"Setidaknya berikan aku jawabannya, Kelly. Apa kau ingin aku menduga dari rencanamu ini?"

"Kelly ingin..." sangat berat bahwa dia sangat ingin pergi dari tempat ini. "bertemu dengan BJ."

Jawaban ini membuat Calvin kecewa. Dia berharap bahwa Kelly memiliki alasan kuat yang mengharuskannya pergi dari tempat ini.

Kelly tahu bahwa itu bukan jawaban yang tepat. Dia tidak berani lagi untuk terbuka dengan papanya lagi.

"Kau bisa menemuinya besok setelah training ini selesai, Kelly. Apa yang membuatmu terburu-buru?"

Tidak ada kesempatan yang ketiga, Kelly tahu itu. Dia takkan berani untuk menguji kesabaran papanya. Dunia bisa saja hancur jika berani melakukannya.

"Kelly... ingin terbebas." Jawabnya akhirnya. Dia masih tak bisa mengungkapkannya lebih.

"Kau tahu bahwa aku tak mengizinkanmu terbebas seperti yang kau inginkan." Lagi-lagi Calvin membalasnya dengan begitu dingin. "Lebih tepatnya, kau tak bisa."

Itu sangat curang, kata Kelly dalam hati. Orang tuanya selalu tegas dan ketat. Mereka benar-benar melarang Kelly untuk banyak hal, termasuk keluar dari rumah. Sudah selama 17 tahun dia terkurung di dalam rumah tanpa tahu kehidupan di luar sana dan harus menghadapi berbagai latihan dan tes. Dia rasanya ingin keluar dan bernafas. Mencoba untuk hidup layaknya bagaimana manusia hidup.

Bahkan dia pernah mendengar bahwa semua saudaranya mengalami kehidupan yang normal. Mereka bersekolah di sekolah reguler, berteman, dan bersenang-senang bersama mereka.

Mengapa hanya Kelly, yang sebagai anak termuda, harus terkurung seperti hewan peliharaan?

Dan berkat ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dia berhasil meminta orang tuanya untuk membiarkannya bersekolah di luar rumah. Dia pasti akan melakukan apapun agar bisa keluar. Akhirnya, mereka mengizinkannya dengan memberikan batasan-batasan yang merepotkan. Semuanya berjumlah 18 aturan yang wajib dia lakukan di luar sana, termasuk menyembunyikan identitas aslinya.

Itu masih tidak adil untuknya. Hanya dirinya yang harus menyembunyikan identitasnya sedangkan yang lainnya tidak. Dia bisa menjadi dirinya sendiri jika dia keluar bersama salah satu anggota keluarganya.

Apakah semua keluarganya mengerti tekanan yang dirasakan olehnya? Sayangnya, mereka sangat memahaminya, terlebih orang tuanya sendiri, apalagi Calvin Reccon.

Semuanya sudah tampak jelas bahwa sikap pemberontak Kelly makin liar semakin dia menahannya lebih jauh. Dan Kelly pasti akan semakin tak terkendali lagi.

Tapi, ini bukan suatu hal yang harus disalahkan padanya.

Kesunyian di antara mereka berdua sudah berjalan selama beberapa detik tapi sangat terasa bahwa waktu berjalan sangat lambat. Tak ada yang berbicara setelah Calvin mengatakannya. Dan akhirnya, Calvin mulai bertindak. Dia memberikan Kelly sebuah kartu hitam dengan meluncurkannya di atas meja dan sampai berhenti di hadapan Kelly.

Tentu saja, Kelly tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Kartu hitam itu bukanlah kartu sembarangan. Kartu itu adalah sebuah benda yang paling mahal di dunia ini. Hanya ada beberapa orang saja yang pastinya memiliki ini untuk mendapatkan segala akses tanpa batas. Hanya benda kecil ini, Kelly bisa membeli sebuah negara paling besar di dunia ini.

"24 jam, Kelly. Gunakan benda itu sesukamu."

Kelly masih terdiam karena dia tak mempercayainya.

"Kau meminta kebebasan. Kuberikan kau kebebasan dengan batasan waktu. Tapi kau harus kembali setelah itu."

Daripada dibilang keinginannya terkabul, Kelly lebih merasa mendapatkan ancaman baru. Bukan Calvin jika dia bisa sangat berbaik hati. Setiap apa yang diberikan, pasti ada balasan yang harus setimpal.

Separah itukah menginginkan kebebasan?

"Terima kasih, Papa." Kelly langsung memutuskannya untuk menggunakannya. Dia tidak ingin mengabaikan kesempatan ini.

Tanpa mengucapkan selamat tinggal ataupun salam yang wajib dia lakukan pada orang tuanya, Kelly langsung pergi. Dia masih tidak ingin mendekati papanya itu. Dia masih takut meski sekarang dia sudah terbebas.

Kelly sudah menghidupkan mesin helikopternya saat dia berlari menuju ke area helipad, dan dia hanya melompat masuk dan mengendarai benda itu meninggalkan pulau kecil itu.

Sebagai seorang ayah, Calvin pasti melihat kepergian putrinya yang terburu-buru lewat jendela. Saat helikopter itu sudah menghilang dari pandangannya, dia menutup korden dari jendela tersebut dan masuk ke dalam kamar. Dia menyadari ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Aku tahu kau tak tidur, Al." Katanya setelah dia menutup pintu kamar. Dia melihat tubuh istrinya yang masih terbalutkan selimut tertidur memunggunginya.

Wanita itu ternyata sedari tadi menguping pembicaraan antara suami dan anaknya. Dan dia juga tak berniat untuk menutupinya dari Calvin.

"It is hard, isn't it? Mengurus seorang anak." Itu terdengar sangat menyindir daripada keluhan seorang ibu. Pada nyatanya, Alicia tidak keberatan dengan apa yang terjadi sekarang.

Calvin sudah merayap masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Dia mencium pundak istrinya.

"Apa kau menghukumku sekarang, Al? Dengan mengorbankan anakmu sendiri?"

.

Bab 33

Dried Flower