Chereads / Blue Aloe / Chapter 39 - 38 - The Feast

Chapter 39 - 38 - The Feast

Tap... tap... tap...

Sebuah pintu yang selalu tertutup. Takkan ada orang yang bisa membukanya selain aku. Bahkan para pelayan dan penjaga tidak boleh masuk. Desas-desus pun mulai terdengar di seluruh penjuru.

"Harta karun kerajaan? Simpanan? Atau...."

Biarlah. Para NPC ini sangat suka berbicara sendiri. Bahkan kehidupan mereka yang sudah diatur oleh sistem tetap saja sejulid manusia yang asli. Dasar pembuatan mereka memang berdasarkan data-data akal manusia. Tinggal menunggu waktu saja sampai mereka sadar bahwa mereka tidak nyata.

Tapi, mereka harus tetap ada!

"Lukisan Bunga Kering sudah diselesaikan, apakah Anda ingin mencoba hal lain?"

Itu Itta. Dia selalu berada di belakangku dan menemaniku saat aku menyelesaikan lukisan virtualku.

Apa lagi yang harus disiapkanny? Menyiapkan teh? Aku tak bisa minum di dunia ini.

"Tidak." Jawabku. "Aku berencana untuk keluar."

Mengapa aku memberitahunya? Aku tinggal mengucapkan selamat tinggal dan pergi saja.

Itta tetap tersenyum. Dia tidak akan tahu bagaimana perasaanku jadi dia takkan banyak bicara, apalagi bertanya. Dia hanya bisa tersenyum kepadaku dan melakukan pekerjaannya.

"Itta-"

Terputus.

Sialan.

Sambungannya langsung terputus. Ada beberapa fitur yang bisa membuatku bisa langsung ditarik untuk offline segera, dan itupun jika ada keadaan yang darurat. Kalaupun tidak, perangkat kerasnya dimatikan secara paksa atau tiba-tiba rusak. Dan sialnya, bukan kedua faktor itu mengapa aku bisa langsung offline dengan dipaksa. Seseorang telah sengaja menarikku kembali dalam kesadaranku masih sangat melekat di dunia virtual.

Efek sampingnya membuatku pusing.

Keiza yang melakukannya. Kepanikan sesaatku memudar setelah aku mengetahui alasannya menarikku paksa. Itu berubah menjadi kekesalan yang tidak terlalu besar. Kata Brandon meredakan amarah sesaatku.

Aku tidak bergerak dari tempat tidur. Itu mengecewakan Kei.

"Ayolah, Rin. Apa kau tak senang?"

Aku memutar kedua mataku.

"Kau tahu rasanya saat ditarik paksa untuk log out? Rasanya sangat pusing! Jika tidak ada yang lebih emergency, aku butuh istirahat."

"Oh, Rin. Maafkan aku. Kedatangan Brandon sangat tiba-tiba dan aku langsung kemari."

Brandon tiba-tiba saja kemari. Itu terdengar aneh. Brandon memberitahuku bahwa dia harus kembali ke Kalimantan untuk acara keluarganya. Dan kudengar kalau itu sangat penting untuk dihadirinya. Tapi mengapa tiba-tiba dia merubah haluannya?

Atau jangan-jangan...

"Aku akan bersiap." Kataku pada Kei. "Kau turun saja, aku bisa bersiap-siap sendiri."

"Kau yakin? Brandon sudah memakai baju yang sangat bagus. Dia sepertinya sudah siap untuk berpesta."

Itu mengingatkanku akan waktu. Melihat Keiza yang sudah terlihat sangat cantik, dengan gaun putih dan krem yang dipadukan, rambut yang sudah ditata rapi, dan wajah yang sudah dirias penuh, itu memberitahuku kalau sebentar lagi pesta akan dimulai. Saat aku melihat jam, jam itu menunjukan angka empat lebih sepuluh menit. Ternyata dua jam lagi pesta akan dimulai.

Aku melihat Keiza kembali. Dia sangat ingin membantuku untuk bersiap-siap. Tentunya, dia ingin aku ikut bersenang-senang.

Aku mengabulkannya untuk kali ini. Semua ini berkat kedatangan Brandon yang tak bisa kuabaikan begitu saja. Karena itu, aku tidak ingin terlihat kacau atau menyedihkan. Brandon pernah melihatku seperti itu, dan aku sudah berjanji padanya untuk tetap kuat dan tidak menunjukan kelemahanku ini padanya.

Keiza membantuku dengan merias sedikit wajahku dan menata rambutku. Untuk pakaianku, aku memilih gaunku sendiri di antara semua pakaian yang dibelikan oleh Keiza. Dia menggunakan alat make up berbahan cair seperti gel atau cream yang tidak akan membuat debu kamarku. Karena keahliannya, aku seperti disihir olehnya menjadi sosok seorang anak remaja yang begitu cantik. Aku selalu suka hasil riasannya, karena dia dapat membuat wajah pucatku menjadi lebih berwarna. Kemudian, dia juga menata rambutku yang pendek. Meski hanya pendek sebahu, Keiza dapat mengepang dan mengikat sebagian. Itu takkan pernah tampak buruk.

"Baiklah, putri kecil. Sekarang kau sudah siap!"

Ada sebuah fakta yang tak boleh dilupakan: aku ini adalah boneka barbienya Keiza.

"Aku hanya berkencan di dalam kamarku sambil menonton pesta dari sini."

"Jangan sedih, aku akan mengantarkan beberapa cemilan pesta untukmu."

"Bukan itu masalahnya. Aku seperti sedang menonton bioskop..."

"Dan berkencan dengan pangeranmu." Keiza menambahkannya sendiri.

Kedua mata Keiza sangat bersinar begitu saja. Seluruh wajahnya juga tiba-tiba saja memerah. Dia seperti sedang takjub akan sesuatu... dan dia sedang menatapku.

Aku langsung mengalihkan pandanganku setelah menyadarinya.

"Tidak begitu, Rin. Oh Tuhan! Kau sangat cantik saat tersenyum seperti itu. Kau terlihat sangat bahagia!"

Itu berlebihan. Aku masih kesal dengannya karena tadi pagi.

"Sudahlah, kau bersiap saja di bawah."

"Akan kubiarkan kalian bersenang-senang..."

Aku juga membiarkannya bersenang-senang dengan kembaranku.

Pesta kali ini memang dibuat sengaja untuk Keiza, calon model internasional dan sosialita. Dia memiliki banyak teman sosialita yang begitu mengagungkan popuritas dan kemewahan. Ada perayaan kecilpun, dia wajib mengadakan pesta dan mengundang semua koneksi yang dia punya. Dan untungnya aku berhasil menahannya tentang sebuah pertunangan yang diidam-idamkan.

Itu membuat Keiza begitu bahagia. Jika dia bisa begitu bahagia dengan lelaki yang sangat dicintainya, aku pasti juga bisa bahagia dengan lelaki yang sangat kucintai dengan keterbatasanku. Meskipun terbatas, aku ingin merasakan kebahagiaan seperti Keiza.

Aku duduk di sofaku sambil menatap ke arah jendela yang membatasi diriku dengan halaman taman belakang. Area itu sudah penuh dengan berbagai hiasan dan atribut pesta yang akan berlangsung. Belum ada orang yang datang, hanya masih ada panitia tim kecil Rei yang masih berkeliling di sekitar untuk memastikan beberapa hal. Mereka semuanya tampak sangat sibuk, tapi mereka juga terlihat begitu bersemangat.

"Pesta yang menarik."

Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara. Aku langsung menengok ke asal suara untuk memastikan siapa. Ya, meski aku tahu siapa itu.

Aku tersenyum lebar. Sudah tidak bisa lagi berpikir untuk berbicara. Yang bisa kulakukan hanyalah tertegun dengan kehadirannya.

Keiza benar. Aku sedang menunggu pangeranku, dan dia sekarang berada di sini denganku.

"Mau duduk?" itulah yang sempat kukatakan. Aku harus mengatakan sesuatu agar tidak terlihat aneh di depan matanya.

Brandon tersenyum sambil mengangguk. Dia mengambil langkahnya masuk dan duduk di sampingku untuk melihat pesta di balik jendela kamarku.

Bagaimana aku mengatakan ini? Sebenarnya, dia terlihat sangat tampan. Aku tidak bisa mendeskripsikannya lagi lebih spesifik, karena dia terlihat begitu menawan di mataku. Sang pangeran ini benar-benar menata setiap bagian yang menghiasi tubuhnya, seperti rambut dan pakaiannya. Dan semuanya tampak sempurna dengan dirinya.

Yah, memang harus beginilah pangeranku. Dia tahu harus berpenampilan seperti apa untuk sebuah pesta.

"Aku dengar kau yang merancang dekorasinya." Katanya tiba-tiba.

"Ya. Aku tahu sekali tipe yang disukai Kei, jadi aku harus bertindak untuknya. Dia suka kesal kalau dekorasinya tidak sesuai dengan isi hatinya."

"Kau benar-benar bagus dalam melakukannya. Aku menyukai dekorasinya. Sederhana tapi terlihat berkelas."

Aku diam-diam tersenyum mendengarnya.

"Bolehkah aku memintamu untuk membuat rancangan dekorasi pesta seperti ini? Maksudku, tidak seperti pesta ini, namun untuk pesta lain yang sedikit lebih mewah?"

Aku tentu saja terkejut. Dia seperti memberikanku sebuah pekerjaan yang serius.

"Untuk pesta apa?" tanyaku dengan lugu. Jujur saja, ini terjadi saja tanpa kusadari.

"Untuk pesta pertunangan sepupuku. Dia sangat ingin aku yang mencarikan perancang dekorasi pesta yang handal untuk pestanya."

Untuk sekelas Brandon, aku tak yakin bisa memuaskannya. Maksudku, namanya sudah begitu besar di seluruh bagian negara ini, dan tidak mungkin aku memberikan sebuah kesan sederhana yang kubuat seperti pestanya Keiza. Dan lagi, aku tidak terbiasa mendesain sebuah pesta yang besar seperti itu. Bahkan aku kurang tahu apa saja yang pantas untuk memeriahkan dan memberikan sambutan pada tamu-tamu berkelasnya.

Benar-benar di level yang berbeda.

"Aku hanya amatur, Brandon. Aku tak yakin dengan itu." Kataku.

Brandon tidak terlihat kecewa. Ugh... jadi itu hanya basa-basinya saja.

Aku sudah kejauhan memikirkannya.

"Aku tidak mengenal beberapa EO yang benar-benar bagus, sebenarnya. Ini memang sangat menyusahkan. Jadi aku hanya meminta beberapa orang yang kukenal saja. Dan ya, jawaban mereka sama."

Oh, dia memberikan alasannya! Tapi mengapa dia hanya mencari sebatas lingkungan sosialnya saja? Dia bisa menghubungi EO besar dan ternama di Asia.

Ini masih menjadi pertanyaan.

"Mungkin itu hal yang berat, Brandon. Kurasa pesta pertunangan sepupumu itu tidak main-main seperti pesta kecil ini."

Brandon tampak tak begitu peduli dengan kata-kataku. Sepertinya dia tidak menyukainya, antara topiknya atau berbicara denganku, atau kedua-duanya sekaligus. Ini membuatku sangat sedih.

"Hey, apakah itu tandanya pestanya dimulai?!?

.

.

Bab 38

The Feast I