"Tidak bisa!"
Seraya meja di depan akan benar-benar dipukul dengan sangat keras untuk menunjukan betapa kesal dan seriusnya tentang masalah ini, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa kali ini.
Matt, kepala keamanan dalam penerbangan di bandara tersebut, sudah sangat kesal dengan apa yang terjadi pada pagi itu. Tapi, dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya begitu saja di depan seorang gadis yang sudah membuat onar kepadanya. Gadis itu begitu muda, begitu cantik dan menawan, dan juga terlihat begitu berani menghadapi seluruh pasukan penjaga di bandara ini sendirian. Ketegasan dan keberanian gadis inilah yang membuat dia harus mengurus dan menghadapinya sendirian.
"Nona, Anda telah mengacaukan jadwa penerbangan yang ada di sini, bagaimana bisa saya membiarkan Anda untuk keluar begitu saja. Sebelum petugas resmi datang untuk menindaklanjuti kesalahan Anda, harap bekerja sama dengan menunggu di tempat ini."
"Maaf, Tuan Matt. Saya tidak punya waktu untuk menunggu orang-orang yang Anda sebutkan. Saya harus pergi dari tempat ini sekarang!" Bahkan gadis itu terdengar lebih keras kepala.
Matt melihatnya seperti seorang anak dari orang yang benar-benar kaya. Bagaimana tidak? Dia datang sendirian dengan sebuah helikopter ke bandara tersebut, memaksa untuk mendapatkan izin mendaratkan helikopternya di sana dalam waktu yang sangat singkat, dan mengganggu jadwa penerbangan di bandara tersebut. Lalu melihat sifat arogan dari gadis itu, Matt sudah dapat menduga bahwa dia adalah anak yang begitu manja. Anak-anak dari golongan sendok emas memang bisa berbuat sesuka mereka dengan mengandalkan uang dan kekuasaan yang dimiliki orang tuanya, sayangnya bukan miliknya.
"Sudah saya bilang, saya tidak bisa membiarkan Anda pergi begitu saja. Anda harus menunggu-"
"Seseorang telah menunggu saya di luar, Anda seharus-"
"Nona, saya bisa menuntut Anda atas tuntutan mengganggu kinerja orang-orang di sini dengan alasan pribadi Anda dan ketidaktaatan Anda atas peraturan di sini. Jadi saya mohon, duduk manislah di sini sampai..."
"Apa yang terjadi?"
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Kepala bandara yang dipaksa harus hadir untuk menangani tingkah konyol seorang gadis kaya entah dari mana.
"Pak, inilah gadis yang berulah kali ini." Jelas Matt.
Sepertinya kasus seperti ini tidak terjadi hanya sekali ini saja. Dasar petugas-petugas ini memang suka menyudutkan anak-anak ini.
"Tuan Sam." Kata gadis itu setelah bangkit berdiri. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan kepala bandara.
Tingkah gadis itu membingungkan Matt, dia tak tahu kalau gadis itu bisa terlihat seakrab itu dengan bosnya.
"Ah, Ms. Reccon!" Sang bos ikut menyalaminya. "Mengapa Anda berada di sini?"
"Bawahan Anda menghalangi saya untuk pergi dari bandara ini, Tuan."
Hal ini membuat Sam langsung melirik ke arah bawahannya yang langsung menegang.
"Ms. Reccon, saya memintanya untuk menyediakan tempat nyaman untuk Anda menunggu saya datang."
"Anda membuat saya menunggu, Tuan?"
"Tidak begitu, Ms. Reccon. Ada hal yang harus disampaikan kepada Anda."
Bukan jawaban yang ingin didengar, Sam telah mengambil langkah yang salah.
"Maafkan saya jika saya membuata Anda menunggu, Ms. Reccon. Hanya saja, Mr. Reccon menghubungi saya perihal kedatangan Anda."
Itu cukup membuat gadis itu terdiam sementara.
"Dan Mr. Reccon telah menunggu Anda di kantor saya."
Dan itu juga sudah cukup membuat gadis itu menjadi penurut seketika.
Sam membukakan jalan untuk gadis itu agar bisa pindah ke ruang kantornya, sementara dia dapat bernafas dengan sangat lega. Dia memperhatikan bawahannya, Matt, dengan tatapan yang sudah pasrah dengan apa yang terjadi.
"Lain kali, jangan biarkan dia berada di sini. Bawa langsung ke kantorku."
"Siap, Pak." Jawab Matt langsung dengan patuh.
Di sisi lain, di dalam hati terdalam Matt, dia sebenarnya tidak begitu paham dengan apa yang terjadi antara bosnya dan gadis itu. Mereka seperti telah mengenal satu sama lain, terlebih dengan sebutan nama yang begitu terhormat, Ms. Reccon. Matt tidaklah bodoh, dia tahu siapa itu dan dia juga sudah sering menemui orang dengan nama-nama yang begitu mendunia. Dan kasus ini tidak pertama kalinya terjadi padanya, dia sering menemukan anak-anak seperti gadis itu bertingkah sesuka mereka seperti apapun di tempat ini adalah miliknya, sehingga mereka tidak mengenal aturan. Hanya dengan menyebutkan nama orang tuannya, siapa tadi? Mr. Reccon, ya! Itu bisa langsung melunakan anak seperti itu.
Di dalam hatinya, dia dapat berseringai lebar karena anak itu mendapatkan ganjarannya dengan dipanggil orang tuanya. Namun, dia sudah tidak menyukainya karena didikan mereka yang salah.
Semoga saja anak itu mendapatkan pelajarannya kali ini.
***
Sesampainya di ruangan Sam, sudah terdapat dua laki-laki berjas hitam berdiri di dekat meja dan menatap pintu masuk. Kelly yang masuk langsung menyadari mengapa kedua laki-laki ini berada di sana. Ini adalah sebuah masalah yang harus dihadapinya sendiri dengan pihak keamanan khusus Reccon, para RPG. Dan mereka berdua adalah bawahan papa Kelly sendiri yang mengawasi pergerakan BJ, bukan untuk mengawasi Kelly. Tujuan dari kedatangan mereka sudah menunjukan bahwa BJ berada di tempat ini.
Kelly sangat memahami bahwa kedua orang ini sedang kebingungan.
Sam tidak masuk ke dalam ruangannya sendiri. Orang lain sengaja menghalangi jalannya dan menyuruhnya untuk pergi sementara. Dengan deteksinya, Kelly bisa melihatnya dengan jelas.
"Apakah papa yang memberikan perintah?" tanya Kelly sambil dia berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan tersebut. Dia duduk di sana kemudian.
"Bukan, yang menyuruh kami bersiaga adalah Mr. Bryant."
Kelly terkejut mendengarnya, namun dia bisa menutupi ekspresinya dengan baik.
"Dan Mr. Bryant ingin berbicara dengan Anda."
Salah satu dari dua laki-laki itu membuka sebuah benda yang langsung menunjukan sebuah layar hologram. Benda tersebut diletakan di atas meja kopi di depan Kelly. Muncullah seorang laki-laki di sana sambil tersenyum lebar kepada Kelly. Melihatnya, Kelly sedikit merasa lebih lega karena tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya
"Kau tahu bahwa kau jangan mengacaukan pekerjaan mereka."
"Kau adalah seorang putri, Kelly. Kau tetap menjadi prioritas utama mereka."
Kelly tersenyum malu. Dia tahu bahwa kakaknya menggodanya lagi.
"Ngomong-ngomong, apakah kau takut kalau yang menghubungimu adalah Kevin?"
"Tidak!" Sangat jelas bahwa Kelly berbohong.
"Bukankah lebih baik Kevin daripada mom yang tiba-tiba menghubungimu, bukan?"
Kelly sangat tidak menyukai senyuman dari kakaknya yang sangat jelas berniat untuk menggodanya lebih jauh. Dia punya rasa malu, apalagi dia dilihat oleh dua orang RPG yang sebenarnya tidak memperdulikan tingkahnya.
"Mama tidak akan menghubungiku karena seperti ini."
"Hahaha... sudah kubilang, setelah kau kuliah, mama tidak akan begitu mencampuri urusanmu, Kelly. Dan sekarang... kau cukup hebat bisa mendapatkan benda itu sekarang. Coba perlihatkan!"
Kelly yang mengerti langsung mengambil sesuatu dari dalam kantong bajunya. Benda itu adalah sebuah kartu hitam yang paling berharga yang ada di muka bumi ini, sebuah kartu yang ternyata memiliki pengaruh luar biasa terhadap semua kehidupan manusia di bumi saat itu.
"Sudah kubilang bahwa kau akan menjadi penerus Reccon selanjutnya."
"Tidak! Kak Leo, itu tidak mungkin! Kita memiliki Kak Kevin yang lebih pantas menajadi penerus Reccon."
"Lalu mengapa orang itu memberikan benda itu kepadamu?"
Kelly menjawabnya asal meski dia tahu apa niatan dari papanya. "Ya mungkin Kelly akan bermain-main menggunakan kartu ini."
"Kurasa kau adalah yang resmi."
"Kak Leo!" Kelly terdengar kesal dan agak merengek.
"Aku tidak salah. Usaha apapun yang dilakukan Kevin pasti akan sia-sia jika akhirnya semuanya diberikan padamu."
"Maka aku akan memberikannya kepada Kak Kevin."
"Hahaha... ya aku yakin kau akan melakukannya."
"Jadi, mengapa kau memanggilku?"
"Aku hanya ingin melihat kartu itu di tanganmu, dan terlebih dan paling utama adalah aku ingin melihat adik kesayanganku ini sampai di Jakarta dengan selamat."
"Aku baik-baik saja." Kelly tersipu.
"Aku agak kecewa karena kau tidak ingin menungguku sedikit lebih lama."
"Kita memiliki tujuan yang berbeda, Kak Leo, kau tidak perlu menghabiskan energi di pesawatmu untukku."
Di balik layar dari Kaleo yang sedang melakukan panggilan dengan Kelly lewat video, dia sedang duduk di atas sebuah kursi dan dinding pesawat lengkap dengan jendelanya. Kesan mewah pesawat pribadi Kaleo ini terpancar sudah dalam layar hologram itu. Itulah mengapa Kelly bisa langsung memahami di mana posisi kakaknya sekarang ini.
"Siapa bilang? Kau tidak tahu, bukan? Aku sedang terbang menuju Changi Airport."
Kelly terdiam.
"Aku tentu saja mengantarkan mom ke Singapura untuk show pakaiannya di Singapura. Dan kudengar kau juga ikut show-nya."
Kelly masih terdiam.
"Ini adalah show pertamamu, bukan? Bagaimana bisa aku melewatkan adik tercantikku ini melakukan show pertamanya dengan pakaian yang dibuat oleh mom."
Dan ya, Alicia Reccon selama itu bersama Kaleo di sana. Duduk di kursinya sendiri sambil mengurusi persiapannya nanti di Singapura.
.
.
Bab 40
The Feast III