Chereads / Blue Aloe / Chapter 42 - 41 - The Feast IV

Chapter 42 - 41 - The Feast IV

Jelas itu hanya untuk gertakan saja. Seberapa beraninya Kelly membangkang kali ini, dan sangat jelas bahwa dia tidak ingin terlibat dengan masalah ini. Secepatnya dia pergi, secepatnya masalah ini akan menghilang karena tidak akan dibahas oleh siapapun. Tetapi, kakaknya yang datang lewat sebuah panggilan video ini membawa Kelly kembali ke dalam masalah dan menarik Kelly untuk menyelesaikan ini dengan baik-baik.

Menghadapinya ya... Kelly tidak begitu menginginkannya selama semuanya sudah dapat teratasi dengan baik.

Begitulah dirinya yang terbiasa hidup dalam perlindungan ekstra dari orang tuanya yang, bisa dibilang, sangat begitu luar biasa. Mereka yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka dan mampu mengurus Kelly dengan cukup baik. Bahkan, gadis ini tidak pernah mengalami permasalahan serius yang harus dihadapi dan terselesaikan. Berada di sebuah istana membuatnya dimanjakan dengan apapun yang pastinya bisa memahaminya. Berbeda dengan dunia ini yang tidak akan bisa memahaminya.

Kelly segera mengedipkan matanya setelah dia terlalu lama berpikir bagaimana dia harus mengurus masalah ini. Mungkin hanya masalah sekecil ini, tapi menurutnya lumayan menyedihkan.

"Kau salah." Kata Kelly akhirnya setelah menghirup udara dalam-dalam. "Show-nya tidak diadakan di Singapura. Itu diadakan di Hong Kong untuk tiga bulan ke depan. Mama hanya akan mengurus pembukaan persiapan dan pemilihan model-model."

"Oh, begitu?" Kaleo lalu melirik sedikit ke suatu tempat di mana Alicia sedang duduk sambil mengurusi pekerjaannya.

"Aku terlalu cepat untuk keluar, ternyata." Suaranya terdengar sangat sinis.

"Sayang sekali kau harus melewatkan show pertamaku." Suara Kelly jelas dibuat-buat agar terdengar sedih.

"Temui aku di Singapura." Kata Kaleo dengan sedikit nada perintahnya.

"Tidak mau!"

"Atau aku akan datang ke Jakarta."

"Setelah kupikir-pikir, akan kutemui kau besok." Kelly tersenyum untuk menutupi kecemasannya. Dia tahu bahwa kedatangan Kaleo ke Jakarta bukan pertanda baik baginya.

"Aku ingin melihat Anna juga, dia pasti sendirian di rumahnya yang besar."

"Kau tahu harus menemuiku di mana..."

"Kak Leo, aku ingin sekalian menjenguk sepupu malang kita. Dia menjadi korban karena ulah anak buah Billy."

Kelly terus beralasan dengan gayanya yang khas ketika mereka berdua memiliki keinginan yang berbeda. Mereka berdua memang tidak pernah bertengkar satu sama lain, bahkan mereka bisa saling memahami satu sama lain dan bisa saling mengalah jika dibutuhkan. Dan Kaleo yang sering mengalah kepada adik kecilnya yang manja ini.

"Ya, baiklah. Aku akan datang ke sana juga."

"Bagus! Bawakan sesuatu yang bagus untuk Anna, jangan lupa!"

Kaleo memang selalu menghindari untuk datang ke rumah kediaman dari keluarga ayahnya sendiri, yaitu Reccon. Kaleo tidak tumbuh dalam kehidupan dengan keluarga besar itu, dia malah tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka sejak dia lahir sampai sekarang. Itulah mengapa Kaleo tidak memiliki kedekatan yang terikat di antara dirinya dengan Reccon, meski sebenarnya dia cukup mengenal mereka.

Kelemahan ini diambil Kelly untuk menghindarkannya menjadi lebih terhubung dengan keluarganya. Ya, dia masih bagian dari keluarganya, sebagai anak orang tuanya dan sebagai adik termuda bagi semua kakak-kakaknya. Tetapi, Kelly selalu menginginkan hal yang lebih dari apa yang dia punya, yaitu sebuah kebebasan. Hubungannya dengan keluarganya memang sangat erat, tapi dia ingin menikmati hidupnya tanpa harus ada keluarganya di belakang tubuhnya untuk melindunginya.

"Ya, tentu saja."

"Sampai ketemu besok, Kak Leo!"

Sebelum Kaleo bisa mengatakan selamat tinggal, Kelly sudah mematikan panggilannya terlebih dahulu. Ini membuat Kaleo sedikit kesal. Dia meremas pegangan kursinya dan membuatnya langsung rusak dan tidak berbentuk. Benda itu pasti sudah tidak berguna lagi, jadi Kaleo memaksakan untuk mematahkan pegangan kursi itu dan membiarkannya menggantung di kursinya. Apa yang dilakukannya memang tidak normal, apalagi barang-barang bisa begitu rusak hanya dengan genggamannya. Selain itu, sesuatu hal yang tak terbantahkan dari seorang Kaleo ini adalah perasaannya sendiri yang membuatnya merasa kesal.

Dia tidak membencinya, tapi dia membenci dirinya sendiri.

Kaleo kemudian bangkit berdiri untuk mengambil segelas wine. Setelah menuangkan minuman itu ke dalam gelasnya, dia berjalan menghampiri ibunya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Dari belakang, Kaleo memeluk ibunya sambil meletakan gelas itu di depan meja ibunya dan menembus layar hologram yang dipakai kerja.

Alicia terkejut karena pelukan tersebut dan gelas yang dibawa oleh putranya untuknya. Dia membalas pelukan itu dengan belaian di kedua tangan besar Kaleo.

"Ini akan menyenangkan jika kau ikut show-ku, Leo." Kata Alicia.

"Aku seorang dokter, Mom, bukan seorang model."

"Ya, sayang sekali. Aku tidak bisa mendapatkan izin untukmu datang ke show-ku, dan gagal melihat Kelly tampil pertama kali di acara ini. Tapi setidaknya aku bisa membawamu dalam acara kali ini."

Alicia dengan erat memeluk kepala putranya dan mencium pipinya. Rambut Kaleo terasa begitu halus di tangan Alicia, namun rambut itu terasa berantakan. Tidak seperti putranya yang biasanya, Alicia sedikit merasakan ada hal yang aneh dengan putranya ini.

"Apa kau ingin bermain-main setelah ini?" tanyanya.

"Tidak."

"Tidak ada teman ya..." Alicia membelai rambut putranya dengan halus. "Kau bisa bermain-main denga Kelly besok, bukan? Bersabarlah."

"Sepertinya dia sudah berfokus dengan hal lain sesuai apa yang diinginkannya kali ini." Jawab Kaleo.

Alicia baru menyadari bahwa Kaleo merasa cemburu dengan ini. Ini sangat lucu.

"Ada saatnya Kelly bisa mencintai orang lain, Leo. Dan kau juga."

"Sepertimu?"

Pertanyaan Kaleo ini terdengar seperti anak-anak yang masih polos. Dengan apapun segala keahlian yang dia punya saat ini, pasti ada hal yang tidak bisa dia mengerti saat ini. Bahkan perasaannya sendiri yang tidak bisa dia cerna dengan baik sehingga membuat dirinya begitu kesal. Namun, ini cukup membingungkan juga ketika Kaleo hanya merasa bahwa dia tidak ingin mengerti situasi ini.

Sebagai seorang ibu, Alicia dapat memahami hal ini semua terjadi pada putranya.

"Ya, tentu saja. Kita memiliki hak untuk memilih, bahkan memilih pasanganmu untuk berkeluarga."

Mengapa hal itu terdengar begitu memalukan bagi Kaleo? Kaleo tidak menyukainya.

"Semuanya sudah berubah, Leo." Jelas Alicia. "Pada waktunya, kau pasti akan mendapatkan pilihan tersebut."

"Kurasa aku tak memiliki pilihan untuk seperti itu. I'm not designed for it."

Itu tidak terdengar putus asa karena kemalangan Kaleo yang tidak memiliki siapa-siapa selain Alicia dan Kelly. Itu terdengar seperti itulah dirinya dibuat dan diatur, sebagai seorang pribadi yang hidup tanpa memiliki banyak pilihan.

Bagi Alicia, itu terdengar sangat menyedihkan. Bahkan untuk dirinya, itu seperti sebuah penghinaan dan sangat menusuk hatinya. Bukan karena kesengajaannya membawa Kaleo ke dunia yang seperti itu, dan bukan niatannya sendiri juga membawa Kelly ke sandiwara bodoh ini.

Melihat gelas wine yang menggantung di antara jari-jari Kaleo, Alicia mengambilnya dan menyecapnya sedikit. Kemudian dia meletakan gelas itu di depan mejanya yang penuh dengan layar hologram. Dan tentu saja, gelas itu tidak akan mengganggu semua presentasi dan laporan yang dia baca untuk persiapan acara besarnya. Semua cahaya hologram tersebut menembus gelas kristal yang memantulkan bayangan Kaleo yang mencium ibunya.

***

"Ini tidak seharunya begini, bukan? Bagaimana bisa ini begitu menyebalkan!"

Kedatangan ke Bandara Changi ternyata membawa petaka bagi ketiga wanita ini. Rasanya begitu sialnya mereka untuk mendatangi sebuah pre-opening dari sebuah show yang besar demi membawa seorang dewi untuk ikut dalam acara utamanya.

Sangat disayangkan bahwa nama Keiza benar-benar dicoret dari nama daftar model, sehingga Keiza tidak mendapatkan pemberitahuan atau undangan apapun tentang pre-opening acara ini. Berkat managernya dan ibunya yang bisa tahu semua informasi ini, mereka bertiga bisa datang ke Singapura dengan tiket eksklusif untuk menghadiri pre-opening acara tersebut.

Jangan diragukan lagi, ibu Keiza adalah salah satu ibu sosialita yang memiliki banyak akses kemanapun di Asia Tenggara, bahkan dia ingin memperluas kelompok sosialnya hingga ke Asia Barat, atau bagian timur tengah dunia ini. Dengan akses yang dia miliki, yaitu salah seorang terpandang di Singapura, bisa membawanya begitu mudah untuk mendekati satu-satunya yang mengadakan acara ini, yang tak lain lagi adalah Alicia Bryant.

Tak mudah mengetahui nama ini, dan tak mudah untuk mendapatkan informasi ini. Tidak banyak orang mengetahui dari seorang desainer terkenal, yaitu Alicia Bryant sejak ibu Keiza ini masih kecil, adalah pemilik resmi dari AnB Collection yang begitu populer. Koleksi busana dan aksesoris yang dibuat untuk berbagai kalangan, apalagi para elit yang tidak sedikit menyukai karya-karyanya yang dijual begitu murah daripada brand terkenal lainnya. Dan ya... desainer ini pastinya seorang wanita yang sangat bijaksana.

Ketiga wanita muda ini mendapatkan masalah saat mereka akhirnya mendapatkan sebuah taxi. Mereka seharusnya dijemput oleh seorang supir dari Ketua Chang, teman sang ibu, namun supir itu tak bisa datang karena mengalami keclakaan dadakan. Dan Ketua Chang sedang ada rapat penting yang membuatnya tidak tahu akan kejadian ini.

"Tenanglah, Ma. Kita bisa mendapatkan taxi." Kata Keiza menenangkan. Dia tidak merasa ragu jika managernya melihat ini, tidak sama sekali, tapi dia merasa malu jika orang lain melihat tingkah ibunya.

Tapi sebenarnya itu cukup normal untuk semua kalangan ibu-ibu Asia di sini. Apalagi ibu Keiza ini sebenarnya juga pelit.

Tiba-tiba seseorang menghampiri mereka sebelum benar-benar menaiki taxi. Dia mengaku sebagai supir pengganti untuk menjemput ketiga wanita itu.

"Ah, syukurlah! Aku tidak perlu mengeluarkan uang lebih!"

Saat mereka hendak meninggalkan taxi tersebut, sepasang pria dan wanita mendatangi mereka.

"Permisi, apakah kalian tidak jadi menaiki taxi ini?" tanyanya dengan bahasa inggris aksen British yang tajam.

Pria itu menggunakan masker untuk menutupi bagian sebagian wajahnya dan topi hitam. Pakaiannya juga serba tertutup dengan hoodie gelap dan celana jins hitam. Jelas pria ini seperti anak muda dari entah berantah yang ingin mendapatkan taxi segera.

"Ya, silahkan naik." Kata Keiza dengan lembut, dan tanpa sengaja dia membuat eye contact dengan pria itu dengan sekejap. Dia merasa sedikit malu, terlebih dia menyadari warna mata pria tersebut.

"Terima kasih." Kata pria itu. Dia membukakan pintu taxi untuk si wanita.

"Terima kasih." Kata wanita itu sebelum menaiki taxi.

Wanita itu juga terlihat cukup misterius bagi Keiza, dengan mantel coklat berudu dan kacamata hitamnya.

Dan mereka berdua pun menaiki taxi dan menghilang.

.

.

Bab 41

The Feast IV