"Terima kasih dokter Hans."
Tidak seperti biasa dokter Hans yang selalu menutup panggilan rutin ini, tapi dokter itu tidak mengakhiri pertemuan ini. Aku bingung sendiri karena tidak tahu harus melakukan apa, karena dia biasanya yang mengakhirinya. Dan jika aku lakukan, kurasa aku akan seperti orang yang tidak tahu sopan santun.
Tapi aku ingin menutupnya segera.
"Apa ini kabar yang tidak bagus untukmu, Rin?" Dia bertanya kemudian.
Pasti dia memikirkannya. Tentang sesuatu yang tidak bisa kutahan akhir-akhir ini. Ya, yaitu ekspresiku sendiri.
Dokter Hans memberitahuku tentang kondisiku yang makin membaik dalam minggu ini. Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkannya sebagai 'membaik', karena dia tidak pernah memberitahuku tentang penjelasan yang lengkap tentang kondisi tubuhku. Nama semua penyakit yang kualami saja tidak pernah disebutkannya. Ya intinya, dia memberikanku hasil yang tak kumengerti.
Isyarat membaiknya tubuhku ini juga dikaitkan dengan satu-satunya obat yang kumengerti. Aku meminumnya dengan dosis lebih bertepatan saat dokter hans memberitahuku kalau kondisiku membaik. Dan benda terlarang itu... aku tak yakin kalau sifatnya menyembuhkan. Bahkan orang biasa seperti Rei juga rutin meminumnya.
"Bukan begitu, dokter Hans." Jawabku. "Aku hanya sedikit bingung. Tapi bukan berarti aku tidak senang mendengarnya."
Itu terdengar hopeless daripada perkiraanku. Mungkin memang diriku sekarang sudah lelah.
"Itu kabar bagus di tengah-tengah robotku sedang rusak."
"Kulihat, kau tidak sesenang itu, Rin."
"Itu karena aku masih harus terjebak dan tak bisa mengikuti pesta. Kabar baik itu bukan sebuah jaminan kalau aku bisa keluar rumah dengan tubuhku sendiri."
"Ah... Begitu rupanya. Kuharap kau bisa lebih bersabar ya, Rin. Aku belum bisa mengizinkanmu keluar sebelum aku bisa memeriksamu lebih lanjut. Aku sudah mengatur jadwal untuk memeriksamu langsung bulan depan."
"Baik, dokter Hans."
"Dan aku juga memiliki kabar bagus untukmu."
Aku tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Kabar baik darinya tidak selalu bagus di pendengaranku.
"Aku berhasil mendapatkan sebuah prototype B's 7901. Aku cukup berjuang untuk mendapatkan izin percobaan beta demi dirimu, Rin. Aku tahu kau pasti bosan dengan robot androidmu itu, tapi kali ini sedikit berbeda. Akan kukirimkan datanya padamu."
Aku mendapatkan pesan sebuah buku elektronik tentang sebuah benda yang dimaksudkan oleh dokter Hans. Dan tipenya masih prototype, alias langka dan belum diproduksi masal. Lalu apa ini? Beta? Aku diminta untuk menguji coba benda ini.
Aku bisa melihat semua informasi tentang benda itu, bahkan di halaman depan diberi sebuah fun fact yang konyol. B's 7901, yang artinya lebah yang dibuat tahun 2079 bulan Januari kemarin. Sebuah penamaan yang buruk.
"Ini sangat kebetulan karena robot androidmu sedang diperbaiki, kau bisa menggunakan benda ini untuk keluar."
"Terlihat menarik." Kataku. "Aku tak tahu kalau aku harus menandatangani kontrak sekarang."
"Dari pihak Zech Tech, yang memproduksinya, meminta seseorang yang terlibat langsung. Maafkan aku karena tidak memberitahumu lebih dulu."
Sejujurnya, aku bisa membaca polanya. Mulai dari robotku dan benda ini. Dan dia, dokter hans yang menjadi licik ini, pasti membuat plotnya agar aku tidak punya pilihan lain untuk menolak. Hakku di sini secara halus sekali dihilangkan dengan sebuah situasi kali ini.
Sudah berapa lama aku sudah mengalah tentang hal ini. Dan sejak dulu juga aku tidak bisa menolak setiap apapun yang ditawarkan padaku.
"Baiklah, dokter Hans. Kapan benda itu datang?"
"Secepatnya, Rin. Dan jangan terlalu kesal untuk bersabar. Kau tahu kalau emosionalmu bisa memengaruhi kondisi tubuhmu."
Aku menandatangani kontrak itu akhirnya dan langsung mengirimkannya ke dokter Hans. Ini sangat mudah karena aku hanya menyetujuinya, itu tandanya sudah tertanda tangan olehku.
"Aku tak ingin menunggu lebih dari tiga hari." Kataku.
"Meski dibutuhkan seharian untuk manusia memutari bumi dengan pesawat, benda seperti ini akan datang lebih cepat. Aku sudah mengurus segala sesuatunya, jadi mungkin akan sampai di hari Selasa."
Kuharap begitu.
"Baiklah, Rin. Aku akan mengakhiri pertemuan kita hari ini. Kau harus beristirahat setelah ini agar bisa menikmati pesta nanti, bukan? Selamat tinggal dan selamat bersenang-senang!"
Akhirnya dokter Hans telah menghilang. Aku cukup senang dengan kabar yang barusaja diberikan padaku, meskipun sebenarnya aku juga merasa kesal. Tapi setidaknya, aku akan mendapatkan sesuatu yang setidaknya bisa menghiburku selama robot androidku diperbaiki. Melihat buku panduan yang sudah diberikan, aku tertarik dengan fungsi-fungsi unik dari benda itu.
Aku harus bersabar sebentar. Kesenangan itu akan datang!
Sebelum makan siang, aku harus minum obat dahulu. Aku akan diam-diam menikmati makan siangku yang singkat ini untuk menikmati hari ini seorang diri saja. Hanya ada satu tempat yang bisa menjadi tempat di mana tidak ada siapapun yang bisa menggangguku.
Aku cukup senang karena pesta kali ini menyibukan Rei dan Kei sehingga mereka tak muncul di rumah dalam. Tapi itu bukan jaminan kalau aku akan aman saja di sini. Tidak. Memang rencana awalku adalah pergi ke duniaku sendiri.
Ya. Dunia virtual pribadiku sendiri. Di sana hanya ada Itta yang menjaga tempat itu untukku. Tidak ada siapapun yang akan menggangguku di sana... dan aku bisa melakukan segala sesuatu yang kuinginkan.
Ironis.
Meski aku tahu bahwa dunia itu tidaklah nyata, tapi aku bisa melakukan semuanya. Jika diartikan, sangat menyedihkan untuk dimengerti. Tapi itulah aku.
Orang yang tak berbakat dalam apapun, hanya bisa menggunakan dan menikmati sesuatu saja bisa melakukan sesuatu yang mustahil kulakukan di dunia nyata. Aku bisa keluar dari rumah istanaku di dunia itu, menghirup udara palsu yang dibuat dari data-data. Bahkan penciumanku juga dibuat-buat. Semuanya... tidak ada yang nyata.
Bahkan saat aku sudah berhasil log in ke dalam dunia ini, pijakan kakiku yang kuat terasa begitu tidak nyata. Lantai keramik emas yang berkilau-kilau, dinding-dinding penuh dengan perhiasan dan lukisan, cermin besar, dan kasur yang serasa seperti sebuah awan. Itu tidak nyata!
Tapi semuanya tampak indah dan menyenangkan. Semuanya seperti memberikan kehidupan baru yang tak pernah kurasakan di dunia nyata. Dunia palsu ini memberikan fantasi untuk pada siapapun yang sudah kehilangan harapannya sendiri di dunia nyata.
Seperti diriku.
Keiza benar. Aku memang menyedihkan.
Daripada aku memikirkannya dan membuatku makin merasa kasihan pada pribadi dan tubuh ini, aku ingin melakukan hal lain yang acak. Hmm... mungkin melukis! Aku tidak pandai menggambar tapi aku suka mendesain, hmm... tidaklah buruk jika aku bisa menjadi seorang artist hanya karena dunia ini.
Bagi yang tak bisa menggambar sepertiku pasti bisa menjadi sangat jago dalam hitungan menit saat mencoba untuk menggambar.
"Anda masih memiliki satu lukisan tersimpan yang belum selesai, apakah mau dilanjutkan?" itu dari Itta. Fungsinya hampir seperti sistem pengingat sesuatu.
"Ya."
Sebuah kanvas besar muncul di depanku. Benda itu sudah diberi berbagai warna dan sudah dibentuk setengah jadi. Aku baru menyentuhnya terakhir empat hari yang lalu, dan sialnya aku lupa untuk menyelesaikannya. Dan di saat seperti inilah aku juga selalu ingat dan ingin melukis.
Aku sudah bilang kalau aku tidak pandai menggambar, apalagi melukis. Tetapi hasil setengah jadi ini seperti sudah seperti hasil dari seorang yang ahli. Ini membuat overproud dan aku menyukainya-hasil lukisanku. Sistem di dunia virtualku membantuku untuk melakukan semua ini. Dengan segala terbatasan dari diriku sendiri, sistem ini seperti sebuah kelebihan tanpa batas. Sistem melukis memiliki berbagai data yang ditangkap dari aktivitas melukis dengan digitalisasi. Kesannya seperti mencuri, tapi sangat membantu. Bahkan termasuk pewarnaannya, sistem memberikanku berbagai pilihan dalam pewarnaan.
Aku memakai warna coklat sebagai dasar. Coklat yang muda, yang begitu tipis tampak di atas kanvas putih itu. Jika semakin ditumpuk, akan seperti sebuah kotoran. Ya, ini aku. Aku menggambarkan sesuatu yang tidak akan disukai oleh orang lain, khususnya Keiza. Dia pasti akan berteriak jika dia melihat ini.
Lukisan ini sudah kuberi nama, penuh dengan pikiranku yang makin lama kosong, yaitu Bunga Kering. Warna coklat yang menunjukan bunga itu mengering, tapi tidak membusuk. Sangat dan masih pantas untuk disimpan di dalam lukisan, dan bahkan masih memiliki makna yang tersimpan juga.
Seperti kataku, aku lebih merasa hidup saat masuk ke dunia ini. Melukis bunga kering ini semakin membuatku lebih hidup lagi karena menyadari bahwa aku semakin mengering pula.
Aku percaya bahwa hidup seperti itu. Seperti bunga yang harusnya kulukis mekar dan bahagia dengan embun dan sinar mentari yang hangat. Tapi, kurasa aku tidak akan mendapatkannya.
Tidak lama lagi...
Karena bagaimanapun, bahkan semuanya sudah tahu, kalau aku tidak memiliki banyak waktu lagi.
Apa itu kabar baik? Keadaanku membaik? Kukira aku akan segera mati.
Oh, menyedihkan! Aku baru saja melihat Brandon. Dan baru dua kali ini saja. Dan aku tak ingin kalau itu hanya sebentar saja. Aku ingin menikmatinya bersamanya selagi bisa.
Jika bukan karena ketidakbecusannya Rei, aku pasti bisa bersamanya lebih lama lagi.
~Blue Aloe~
"Rin! Rin! Bangun Rin! Ayo bangun!"
Aku dipaksa log out dari dunia virtual dan membuatku pusing. Pemaksaan ini memang ada, dan wajib dimiliki untuk tujuan mendesak dan dalam keadaan bahaya. Dan perasaanku sedang tidak enak akan hal ini.
"Apa yang terjadi?!" aku sedikit panik di tengah-tengah kepeningan kepalaku. Pandanganku belum membaik untuk melihat sekitar dan wajah Kei di dekatku.
"Rin... kau harus segera bersiap-siap. Kau tahu, Brandon sudah datang kemari dan ingin menemuimu!"
.
Bab 37
Dried Flower V
[End]