Sejak melihat dan dengan hokinya bertemu dengannya kemarin, tidak banyak yang kupikirkan tentang dirinya. Aku hanya melihat beberapa hal yang mencolok darinya, khususnya luka bakar di lengannya. Dia tetap cantik, dengan luka itu seperti hiasan yang tak memperburuk kecantikannya.
Dia adalah seorang gadis yang selalu didambakan oleh semua lelaki. Dengan namanya yang besar, dia selalu dikenal oleh semua orang di khawasan Asia. Selain karena nama Reccon yang melekat, dia juga dirumorkan sebagai bagian keluarga inti Reccon. Yang memperkuat rumor tersebut adalah karena Anna membatasi dirinya untuk mencolok di media. Meskipun sebenarnya dia adalah seorang model, dia tidak menunjukan dirinya pada beberapa media. Menurutku, dia hanya tidak mau berfokus pada karier modeling-nya.
Mungkin dia ada kegiatan lain yang membuatnya nyaman. Dan rumor selalu melakukan cocologi di mana aku tidak suka untuk mengurusnya.
Tapi, rumor itu cukup bagus untuk informasi. Hanya saja, harus pintar-pintar menyaring informasi tersebut.
Lalu pada siang hari yang panas ini, di halaman depan rumah Benjamin, tidak ada yang menyangka bahwa Anna akan datang kemari. Dan apa katanya? Datang pertama kalinya? Dia pasti memiliki tempat langganannya sendiri sebelumnya.
Dan sekarang, dia datang ke arah kami, aku dan Brandon, lalu menyapa dengan sangat hangat kepada laki-laki di sampingku. Aku cukup percaya diri bahwa aku yang dia sapa, tapi ternyata aku salah. Aku tidak bisa melihat arah pandangannya saat menyapa karena kacamata hitamnya. Dan kurasa dia hanya menganggap Brandon ada.
Melihat tiga orang ini, aku ini bukanlah apa-apa.
"Hei, Anna." Balas Brandon dengan datar. Dia seperti sudah terbiasa dengan kehadiran Anna.
Terjadi kebisuan di antara mereka karena Brandon tidak mengatakan sesuatu setelahnya.
"Kalian saling kenal?" tanya Benjamin yang sekarang berdiri di dekat Anna. Sama sepertiku, tampak terkejut dengan hubungan Brandon dan Anna.
"Ya." Jawab Anna, namun...
"Tidak." Brandon menjawabnya juga dengan waktu yang bersamaan.
Apakah telah terjadi sesuatu di antara mereka?
Tiba-tiba aku merasakan sengatan listrik muncul di antara Anna dan Brandon. Ini membuatku beransumsi kalau mereka cukup dekat.
"Kami hanya jarang bertemu setelah beberapa waktu. Ya, cukup disayangkan." Anna mengatakannya dengan sedikit kecewa. Tapi anehnya, dia tetap menampilkan senyuman manis.
Aku tidak yakin kapan aku harus mulai masuk ke lingkaran mereka. Masalahnya, mereka terlihat cukup panas karena Brandon tidak menyambutnya dengan baik. Aku yakin bahwa dia melakukan dengan alasannya sendiri.
"Ya, dia bukan orang yang ramah." Benjamin melihat Brandon sekali lagi dan mengoreksinya. "Anna, sebaiknya kau masuk ke dalam rumah dahulu. Siang ini sangat panas, kau bisa pinsan jika lama-lama di sini."
"Benjamin, terima kasih tawarannya. Tapi kurasa, aku harus segera pergi. Dan aku ingin sekali bertemu dengan teman lamaku ini."
Anna menyebut Brandon sebagai teman lama. Sungguh mengejutkan!
"Baiklah, Anna. Jika kau merasa bahwa hawanya makin panas, langsung saja masuk ke rumah untuk mendinginkan kepalamu. Aku harus membawa dan memeriksa robotmu sebentar di bengkel."
"Ya, terima kasih."
Benjamin menatapku sedetik baru kemudian dia pergi bersama dengan robot kereta kecilnya. Dia menyadari apa yang dia lakukan, dan dia sengaja menyuruhku untuk menunggunya lebih lama lagi.
Di dalam hati, aku tahu bahwa dia tak hanya ke bengkel. Diarenya pasti kumat lagi.
"Rei, berapa lama kau sudah berlangganan dengannya?" tanya Brandon tiba-tiba. Aku terkejut karena dia langsung bertanya kepadaku dan mengabaikan Anna.
Bukankah itu cukup tidak sopan?
"Well, sejak pertama kali aku membelinya. Dia yang menjadi teknisinya selama ini."
Aku melirik sedikit ke Anna. Kacamata hitamnya membuatku tak tahu apa yang dipandangnya sekarang. Tapi, arah wajahnya itu sekarang menatapku.
"Aku tak ingin mengatakan hal buruk untuk orang itu. Tapi mengapa dia membuat kerusakan tambahan?"
Aku teralihkan.
"Dia mengatakan bahwa dia ingin meng-upgrade robotnya luar dalam."
Brandon mengangguk. Apakah itu artinya dia juga setuju dengan penjelasanku?
"Kau mengajakku kemari hanya untuk melihat banyak robot. Itu tak masuk akal, Rei. Aku bukan teknisi."
Ini aneh sekali. Brandon jelas tidak ingin Anna mengurusi apa yang dilakukannya kemari, tapi di sini dia sangat terlihat bahwa dia memberitahu Anna secara tidak langsung.
Ini membuatku semakin curiga.
"Bukannya bagus kalau kubawa ke tempat yang menjadi hobimu?"
"Benar, BJ. Mengapa kau tidak senang berada di sini. Kita sering bertemu di beberapa seminar dan beberapa show dari beberapa robot dan mobil. Aku benar-benar ingin tertawa karena kau menutupi semuanya."
Lalu Anna melepaskan kacamatanya dan menatapku.
"Sekarang aku ingat. Maafkan aku. Kita baru saja bertemu kemarin, bukan? Rei Pramudirga."
"Benar, Anna." Aku tersenyum. Ini rasanya sangat canggung.
"Kalian bertemu kemarin?" tanya Brandon tiba-tiba.
Ini bukan waktu yang pas untuk mengobrolkan pertemuan pertamaku dengan Anna. Karena rasanya, aku seperti membuat beberapa petunjuk atas apa yang kulakukan setelah dari apartemennya.
"Ya. Tidak sengaja kami hampir bertabrakan. Rei terlihat terburu-buru kemarin."
"Maafkan aku." Aku sedikit khawatir. "Apakah kau baik-baik saja setelah itu?"
"Jangan khawatir, Rei. Aku tidak apa-apa." Anna tersenyum lebar. "Apa yang kau lakukan di sini, Rei."
"Aku ingin memperbaiki robot android milik kembaranku."
Ini membuat Anna tampak sedikit cemas. Garis di wajahnya terlihat sangat jelas.
"Oh, tidak. Kau pasti sudah datang terlebih dahulu, bukan?" Dia kemudian melihat ke arah dalam mobil di mana ada robot Rin di sana. "Aku tak mengerti mengapa Benjamin harus melakukan ini."
Sangat jelas bahwa ini bukanlah salahnya.
"Itu bukan salahmu, Anna. Jangan khawatir. Kurasa kau sudah mereservasi terlebih dahulu. Aku bisa menunggu lebih lama."
Anna menggelengkan kepalanya. Dia tidak setuju(?)
"Pelayan yang buruk dari Ghaffar bisa mencoret nama keluarganya. Kau tidak perlu mengalah jika kau diperlakukan seperti ini."
Jelas sekali bahwa Benjamin lebih menghormatimu, sehingga dia melayanimu dahulu sebelum aku. Dan anehnya, gadis ini mengatakan bahwa pelayanannya buruk.
Bukannya bagus kalau dia melayani seorang nona besar terlebih dahulu?
"Begitulah laki-laki, lebih suka melayani perempuan daripada sesama laki-laki." Oceh Brandon seperti anak kecil.
Aku terkejut kalau dia mengatakan hal itu di depan Anna Reccon.
"Haha... ya, BJ. Mungkin kau benar." Anna berhenti tertawa dan ekspresinya langsung berubah.
"Aku sangat meminta maaf karena hal ini membuat kalian harus menunggu lebih lama."
Entah mengapa, Anna mengatakannya seperti dia tidak menyukainya. Dia tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh Brandon. Dari intonasi bicaranya, dia lebih terdengar seperti mengutuk dirinya sendiri.
Tertawanya saja terdengar miris.
Tiba-tiba Anna melirikku dan tersenyum. Dia sepertinya sadar bahwa aku selalu memperhatikannya dan mempelajari tentangnya.
Ini membuatku makin percaya diri dan keringat dingin dalam waktu yang bersamaan.
"Anna, apakah kau memiliki waktu luang akhir pekan ini?" tanyaku tiba-tiba. Ini membuat Brandon langsung menyenggol lenganku dengan sikutnya.
Aku tahu ini mendadak memberitahunya, dan memang sangat gila. Tapi, aku tak bisa menahan diriku sendiri untuk bisa dekat dengannya. Berbicara dengannya sudah sebuah keuntungan besar bagiku, dan ini harus kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa hal yang telah kuprediksi tentangnya. Pertama, Anna pasti tahu siapa aku. Sahabatnya adalah penguasa dunia jurnalistik di kampus, dan dia pasti bisa mendapatkan informasi tentangku darinya. Aku yakin, Anna pasti bertanya tentang urusanku datang ke tempat Shapira kemarin, apalagi diriku yang tahu identitasnya. Lalu yang kedua, Anna ingin menjaga jarak namun dia juga ingin mengobrol dengan Brandon. Dibalik ketidaktahuanku tentang hubungan mereka, aku menduga bahwa mereka cukup dekat. Ada beberapa hal ganjil di antara mereka yang kurang kupahami, tapi mereka pasti lebih bisa mengerti. Entah terpaksa, dia akhirnya mau mengobrol denganku karena Brandon mengabaikannya. Dan pada akhirnya, inilah kesempatanku.
"Oh," Anna terkejut dengan pertanyaanku. "Aku tak yakin."
Dia bahkan tak menjawabnya. Kurasa dia ingin tahu.
"Aku tahu ini mendadak dan kita baru saja bertemu. Sebenarnya, aku mengadakan pesta akhir pekan ini. Jika kau mau, kau boleh datang."
Aku harus mengundangnya, bukan? Ya, aku akan membuat yang lain akan merasa cemburu karena aku bisa membawa Anna Reccon datang ke pestaku.
Yang pasti, aku tahu bahwa ini tidaklah sesederhana itu. Aku masih tak tahu apa jawabannya, dan kesempatan untuk ditolak itu lebih besar. Dan anggap saja bahwa ini sebagai basa-basi saja jika memang dia menolaknya.
Toh, aku bisa lebih dekat dengannya.
Tak ada yang sia-sia di sini.
"Maafkan aku, Rei. Kurasa aku tak bisa. Aku baru teringat bahwa aku memiliki urusan akhir pekan ini. Pamanku akan datang dan membantuku untuk mengurus operasi plastik."
Aku tidak senang mendengarnya, itu karena Anna terlihat tidak senang dengan undanganku. Aku menangkapnya bahwa dia tidak menyukai pesta yang kuadakan. Ya, pasti bukan tempat yang pantas untuknya berkunjung. Menyebutkan urusannya juga cukup menjelaskan bahwa dia tidak menyukai undanganku.
Kurasa aku tahu mengapa Brandon menyenggolku tadi. Dia memberikan peringatan.
"Sayang sekali. Tapi kurasa kau bisa datang karena Brandon juga akan datang."
Ini membuat Anna sedikit tertarik.
Maafkan aku, Teman. Aku memakaimu untuk menariknya.
"Tidak kusangka seorang BJ akan datang ke sebuah pesta. Kau cukup menyedihkan saat berpesta, BJ."
Kurasa, ini takkan bisa membuatnya merubah pikirannya. Cukup sulit juga, tapi namanya juga baru saja kenal dengannya.
"Apakah kalian sudah selesai? Maaf mengganggu, tapi aku sudah selesai di sini."
Sekarang Brandon yang berbicara. Dia sudah merasa tidak nyaman di sini.
"BJ, kau harus habiskan waktumu untuk bersenang-senang. Aku yang akan pergi untuk menemui Benjamin sekarang." Kata Anna.
Saat aku ingin menawarkan diriku untuk mengantarkannya, sebuah robot muncul di balik tubuh Anna. Sialan! Aku lupa dengan keberadaan Gama di sini. Dia pasti memberitahu tuannya tentang apapun yang dibicarakan di sini.
"Bye, BJ, Rei." Anna akhirnya pergi bersama Gama.
"Kau tak memberitahuku kalau kau mengenalnya." Kataku pada Brandon. Ini wajib ditanyakan padanya.
"Aku tak mengenalnya." Jawabnya dingin.
"Kalian seperti sudah mengenal. Sangat jelas bahwa dia tertarik padamu."
Aku melihat Brandon memutar kedua bola matanya.
"Jika memang tidak, mengapa dia terus-terusan menggodamu?"
"Mana kutahu. Dia yang punya niatan, aku tak punya urusan untuk itu."
Ini membuatku makin curiga!
"Kau tahu, sangat beruntung bisa mengenalinya dan bisa dekat dengannya. Kau pasti dihujat lagi jika ketahuan oleh netizen karena membuat mereka cemburu."
"Apakah kau ingin aku datang untuk membicarakan tentangnya di tempat ini?"
Jelas dia kesal denganku, tapi aku tak bisa berhenti. Aku akui, Brandon memang gampang digoda dan dibuat kesal seperti ini karena terlihat lucu.
"Kita bisa berbicara apapun selagi menunggu Benjamin. Oh ayolah, aku tak begitu paham soal mesin. Dan terlebih... gadis cantik tadi sangat pantas untuk diobrolkan oleh para lelaki."
"Bukannya kau punya pacar?"
"Bukan berarti kau tidak bisa membicarakan perempuan lain."
"Kau akan merusak pestamu besok jika kau membicarakan perempuan lain."
"Itu tergantung dari apa yang dibicarakan tentangnya, Brandon. Tidak semuanya bisa dianggap sebagai perusak."
Aku ingin sekali mengatakan apa yang sebenarnya kuinginkan. Tapi, aku tak bisa mengatakannya padanya di tempat ini. Aku tak tahu siapa lagi yang akan mengawasi di tempat ini.
.
Bab 29
Walls Could Talk II