"Kau sudah siap?" tanyaku pada Kei.
Kami sekarang berada di tempat parkir di sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Jason lah yang menyuruh kami datang kemari untuk meminta maaf atas apa yang terjadi kemarin, dan dia juga sudah berkomunikasi dengan Brandon agar tidak banyak drama hari ini.
Ya, kuharap takkan ada drama hari ini (lagi).
Mobilku baru saja sampai ke area ini. Perizinan masuk ke area tempat tinggal memang biasanya sedikit sulit, apalagi area apartemen. Bahkan izin bertamu harus mendapatkan konfirmasi dahulu dari siapa yang akan kami kunjungi. Yang sangat mencurigakan, konfirmasinya tadi cukup lama. Apakah Jason benar-benar melakukan kerjanya?
Mesin mobil akhirnya kumatikan. Di saat itu juga, aku juga merasakan ketegangan Keiza di sampingku. Kurasa dia masih merasa takut untuk bertemu langsung dengan Brandon. Ya, laki-laki itu terlihat cukup menakutkan kalau sedang kesal seperti kemarin.
"Kemarilah." Ajakku pada Kei sambil menarik tubuhnya mendekatiku. Kupeluk tubuhnya.
"Terima kasih, Babe." bisiknya di telingaku sambil memeluk kuat tubuhku.
Aku cium pipinya setelah aku melepaskan pelukannya, lalu aku menatap kedua matanya.
"Dengar, aku akan selalu di sampingmu. Oke?"
"Iya." jawabnya sambil mengangguk.
Aku senang mendengarnya sudah merasa lebih yakin.
"Ayo."
Aku keluar dari mobilku terlebih dahulu baru Keiza. Dia mengambil sesuatu di bangku belakang. Kemudian kami berjalan bersama masuk ke area front office.
Apartemen Centro adalah salah satu apartemen populer di kalangan mahasiswa JFTU, bahkan hampir semua penghuninya adalah para mahasiswa. Letak yang bagus dan fasilitasnya yang sangat mendukung mahasiswa, menjadi tonjolan yang kuat untuk apartemen ini. Aku hanya tidak menyangka bahwa Brandon juga tinggal di tempat ini. Sisi misteriusnya dari orang-orang kampus sungguh mengejutkan.
Dikarenakan kehadiran kami telah dikonfirmasi, kami langsung disambut oleh sistem penyambut di sini. Tugasnya adalah memberikan petunjuk tentang lokasi kamar apartemen yang kami tuju dan juga beberapa lokasi umum yang boleh kami kunjungi. Ya, ini akan sangat membantu tanpa harus menelepon Jason untuk informasi lebih lanjut.
"Sistem ini masih bekerja ya? Aku mengunjungi temanku beberapa hari yang lalu tapi tak menunjukan hal ini." Kata Keiza.
"Itu sebenarnya tergantung penggunanya. Brandon sepertinya tetap mengaktifkan sistem ini. Kau juga bisa menoaktifkannya jika kau mau dan sistemnya takkan mengganggu perjalananmu."
Ya, sistem ini sangat bagus untuk memandu seseorang yang datang kemari untuk pertama kalinya. Tapi pastinya akan mengganggu bagi mereka yang sering-sering datang kemari.
Aku dan Kei akhirnya masuk ke dalam lift. Sistem sudah mengatur tujuan kami jadi aku tak perlu menekan tombol lantai 22.
"Rasanya seperti tamu yang ditunggu-tunggu." Kata Kei sedikit bergetar.
"Ya, dia tandanya mau mendengarkan." Aku memberikan sisi positifnya agar Kei tidak begitu pesimis.
Kami sama-sama kurang mengetahui bagaimana sifat Brandon. Meskipun aku mengenalnya, itupun sudah sangat lama dan kepribadiannya pasti sudah berubah. Sehingga cukup sulit untuk kami memprediksi cara apa yang sebaiknya dikatakan padanya. Dan kami mempersiapkan hal yang paling aman.
Setelah sampai di lantai tujuan, peta menunjukan jalur lobi yang harus kami lewati dan lokasi kamar apartemen Brandon. Seperti apartemen pada umumnya, lobinya tidak banyak bercabang dan tidak terlalu panjang. Jadi aku bisa sangat mudah menemukan langsung kamar apartemen miliknya.
Anehnya, dari kejauhan aku bisa melihat pintunya telah terbuka. Saat aku semakin mendekat, aku mendengar suara di dalam ruangan tersebut yang semakin memanas.
"Apa kau juga berpikir seperti itu, Son?! Jelas kau sudah tahu seperti apa Kelly!"
"BJ, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi kau dipojokan terus jika kau terus menjaga hubunganmu."
"Kau lebih menyalahkan Kelly daripada si Keiza itu, Jason. Kita tahu siapa yang salah dalam kasus ini, yang membuatku makin terpojok!"
Sialan... jadi situasinya tidak mendukung. Ini juga membuat Keiza makin pesimis.
"Kau juga yang membawa mereka kemari, Jason. Kau tahu bahwa aku kapok berhubungan dengan mereka."
"Tap-tapi, J-"
"Ya, BJ. Itu salah Keiza." Putusku sambil menerobos masuk tanpa izin. Toh pintunya terbuka sedikit.
Aku juga memegangi tangan Keiza di belakangku agar dia tidak berlari karena mendengar ini semuanya.
"Reii..." Jason terlihat sangat bersyukur melihatku di sini sekarang. Dia terlihat hampir menangis.
Sepertinya dia menahan Brandon agar tak pergi.
Jadi begitu ya...
"Aku takkan menyalahkan Kelly karena masalah itu, termasuk Keiza dan Jason. Itulah kami kemari untuk meminta maaf." Kataku sambil perlahan berjalan masuk dan menarik Keiza masuk.
Dalam kondisi beruang yang sedang mengamuk ini, hanya aku yang berani berdiri tegap dihadapannya.
"Kita bisa bicara baik-baik soal ini kan, BJ?"
Aku sebenarnya berniat menyindir. Orang yang pernah dekat dengannya setelah dia pindah memanggilnya BJ dan terdengar begitu akrab dengannya. Dan aku yang menjadi teman masa kecilnya seperti orang yang baru mengenalnya.
Aku tahu bahwa Brandon tak ingin bertemu denganku ataupun Keiza. Ini juga keegoisan kami untuk menyelesaikan masalahnya secepat mungkin. Tapi, kasus dari Ms. JN memang berada di luar kontrolku, jadi kasus ini menjadi sedikit terasa seperti drama.
"Bagaimana?" tanyaku lagi karena dia tak menjawab. Dia hanya diam dan memandangku dengan kesal.
"Lakukan sesukamu!" katanya lalu membalikan badannya. Dia duduk di salah satu sofanya dan menunggu.
Kugenggam lebih erat tangan Kei dan menariknya untuk duduk. Aku mengerti bahwa Kei sedang berjuang melepaskan tanganku seperti anak kecil yang ingin kabur dari tempat ini. Tapi, dia harus melawan ketakutannya sekarang.
Aku dan Kei akhirnya duduk di kursi makan yang diputar agar menghadap ke Brandon. Sedangkan Jason duduk di atas lantai, tepatnya di atas karpet. Itu membuatnya terlihat seperti seorang pelayan pribadi dari pemilik rumah.
"Aku dan Kei baru saja makan siang, dan kebetulan membawakan oleh-oleh untukmu." Kataku sambil menyenggol Keiza untuk memberikan bingkisan makanan yang kami pesan di restoran di mana kami makan siang tadi.
Di ujung mataku, aku melihat Jason yang menatapku sambil berharap. Aku hanya memberikan lirikan dingin dan cepat kepadanya,
Ya, tak ada jatah untumu, Jason sialan!
"Ini Brandon. Makanannya enak kok, dijamin." Kata Keiza dengan suara yang sedikit bergetar.
Keiza hanya berani meletakan benda itu di atas meja kopi yang letaknya paling dekat dengannya. Itu bukan namanya memberi.
"Dan aku sangat meminta maaf atas kejadian kemarin, Brandon. Aku melakukannya karena ada alasan khusus. Aku bersumpah bahwa aku tidak menjebakmu ataupun menyebarkan berita itu ke Ms. JN." Kata Keiza sambil menundukan kepalanya.
Brandon seperti acuh tak acuh dengan itu. Dia bermain-main dengan layar hologram di depannya untuk membuatnya terlihat sibuk. Ya, dia takkan mendengar penjelasan apapun dari kami.
Kugenggam lagi tangan Kei agar dia mau bertahan sedikit lagi.
"Apa kau tahu kondisi Rin saat ini?" aku bertanya.
Brandon tetap mengabaikannya. Bagus sekali.
"Dia memang sudah bisa berjalan sejak lima tahun yang lalu, dan aku kira dia benar-benar sudah sembuh. Tapi dia sakit lagi setelahnya dan didiagnosis mengalami penyakit komplikasi."
Aku menyebutkan semua penyakit yang diderita Rin, mulai yang terdengar remeh sampai yang terparah. Aku juga menjelaskan bagaimana penyakitnya dan akibatnya seperti apa saja. Dan aku takkan berhenti berkata sampai aku bisa menyentuh hari nuraninya.
Jika memang dia iblis, dia benar-benar akan mengabaikan hal ini.
"Dan itulah mengapa dia ingin sekali bertemu denganmu, Brandon. Dia tidak bisa keluar dari kamarnya sendiri dengan sembarangan. Dab kita sama-sama tahu bagaimana sifat Rin, dia tak banyak berubah, kan?"
"Bahkan itu terdengar tak begitu masuk akal bagiku." Brandon masih fokus dengan layar hologramnya. "Memasukan orang asing sepertiku ke sebuah ruangan yang steril. Bukankah aku akan membawakan penyakit tambahan untuknya?"
"Ada ruang khusus untuk men-steril-kan setiap orang yang masuk ke rumah dalam. Kau pasti tak merasakannya, karena itu terjadi saat kau mengganti alas kakimu." Jawabku.
Aku memberikan lirikan kepada Kei untuk memastikan kondisinya sekarang. Ya, dia sepertinya sudah sedikit lebih yakin sekarang. Arah pembicaraan sudah sedikit kondusif seperti yang sudah kami rencanakan.
"Aku tak mungkin membawa orang sembarangan masuk ke dalam sana. Kau sudah mendapatkan izin masuk dari Rin dan dokter pribadinya. Dan Rin memintaku untuk membawamu ke ruangannya."
"Dengan mengunciku di dalamnya?" tanya Brandon dingin.
"Maafkan aku. Aku yang berlebihan."
Kondisinya sudah semakin membaik sekarang.
"Dan itu yang sebenarnya terjadi, Brandon. Ini hanya kesalahan yang sepele dari Keiza. Namun, untuk posting Ms. JN, itu bukan dari kami."
"Ya, aku tahu." Jawab datar dari Brandon.
Itu bagus. Tapi di sisi lain juga sedikit mencurigakan.
.
Bab 22
Ginger Bread and String V (End)
.
[BONUS]
Bio Data BJ (untuk saat ini)
Nama Lengkap: Brandon JayaChandra
Nama Alias: BJ, J
Tanggal Lahir: 6 November 2069
Tinggi Badan: 180 cm
Berat Badan: 75 kg
Race: Human - Asia
Hobi: Sport, otomotif
Hal tidak disukai: Jamur
Speciality: Machinery intelligence
Hubungan: Tuan dan Nyonya JayaChandra (orang tua), Kelly Reccon (Pacar)