Chereads / Blue Aloe / Chapter 11 - Bab 10

Chapter 11 - Bab 10

Pukul 16.17 WIB

Jakarta Reccon Tower

*

Brandon JayaChandra, 16.17

Hey, Babe. Sorry banget ya karena aku tidak bisa datang jam 5 ini. Aku ada tugas kelompok dan deadline-nya malam ini. Aku tidak bisa meninggalkan teman kelompokku. Kau tidak perlu menungguku, berangkatlah saja. Dan aku di sini berjuang untuk cepat selesai juga. Love you…

BJ

*

Bukan kabar yang bagus darinya.

Sejujurnya, aku tidak merasa keberatan jika aku harus menunggunya sedikit lebih lama ataupun meninggalkannya sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku berpikir bahwa aku harus menantinya. Mama akan memahamiku, namun papa pasti akan menghukumku karena keterlambatanku dengan alasan seperti ini. Bagaimanapun, aku juga harus bertanggung jawab atas keluargaku sendiri.

BJ hari ini terlihat cukup mengerikan, bukan seperti dirinya yang seperti biasa. Aku berani bertaruh bahwa dia menjadi seperti itu karena kedatanganku di kelasnya. Aku memang sengaja datang ke kelasnya setelah urusan 'para dosen' itu, dan tujuan awalku adalah menjemputnya. Tidak kusangka bahwa dia sedang mengobrol dengan Rei Pramudirga, dan mereka terlihat seperti lebih akrab daripada hanya sebatas teman satu kelas. Dan aku mendengar sebuah nama yang asing di telingaku. Rin. Siapa dia? Sepertinya seorang gadis. Dan sepertinya BJ mengenalnya.

Aku memang penasaran namun aku tidak punya waktu untuk mencari anak itu. Tujuan awalku adalah untuk menjemput BJ—sekalian menyapa Rei. Ini pasti sangat mengejutkan mereka karena aku tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah percakapan serius mereka. Tapi, apa boleh buat? Aku sudah telanjur di tempat ini. Jika aku tetap menarik BJ dalam keadaan stealth, akan dikira ada hantu di kelas ini. Dan itu akan membuat orang yang melihatnya menjadi lebih penasaran dan mencari tahu. Itu hampir sama saja jika aku menampakan diriku. Orang yang melihat pasti sangat terkejut. Tapi aku sudah tahu bagaimana mengatasi hal tersebut.

Mood BJ makin suram saat aku memberitahunya bahwa aku akan pergi selama satu minggu. Dan dia juga tidak tertarik dengan apa yang kuceritakan tentang keluargaku. Aku akhirnya mengajaknya untuk datang ke JRT agar kami bisa membicarakan tentang apa yang membebaninya hari ini, dan kuharap juga bahwa pertemuan kami bisa menurunkan tingkat mood-nya yang jelek.

Itu rencana awalku, hingga akhirnya dia terhalang karena tugas kelompok. BJ pasti tidak bisa meninggalkan teman sekelompoknya untuk menemuiku. Aku juga harus lebih bersabar tentang itu. Dan kekesalanku malah mengarah ke dosennya. Aku tahu siapa dosennya yang memberikan tugas sialan itu.

Kubalas pesannya untuk menyemangatinya, dan berharap dia segera menyelesaikannya.

Aku menyandarkan tubuhku di sofa dan meratapi rasa frustasiku. Aku jelas tidak bisa datang ke sana tepat waktu, dan orang tuaku pasti menunggu. Bukan hal yang bagus untuk meninggalkan makan malam di sana, dan aku pasti sudah kena marah. Tetapi, aku ingin sekali menunggunya.

Sekarang sudah jam 16.20, di sana sudah gelap yaa… Apakah aku masih bisa sempat untuk makan malam di sana? Kurasa tidak. Memang tidak bisa. Dan aku harus memberitahu mama soal ini.

"Ms. Reccon." Tiba-tiba aku mendengar suara seorang perempuan yang tidak lain adalah asisten dari Paman Derma. Dia yang secara langsung melayaniku di tempat ini meski sebenarnya aku tidak menginginkannya. Dia cukup keras kepala karena pekerjaannya yang harus menyambut tamu dari bosnya, dan itu yang membuatnya begitu menyebalkan.

Aku senang ketika aku mendapatkan sebuah ruang untuk menunggu Paman Derma selesai rapat sore ini. Ruangannya begitu nyaman, seperti ruang keluarga yang hangat. Bahkan aku sangat termanjakan dengan desain ruang yang begitu elegan. Terlebih dengan jendela kaca yang langsung menunjukan pemandangan area JRT. Sofa dan meja kopi yang menemaniku di ruangan ini juga sangat nyaman. Bahkan aku bisa tiduran di tempat ini semauku jika tidak ada orang di sini. Tetapi sayangnya, aku tidak mengira bahwa orang-orang ini ada di sini. Mereka ada RPG (Reccon Primary Guard) unit 02, dan mereka bekerja langsung dibawah perintah papa.

Ruangan ini sudah dijaga oleh mereka. Mulai dari sistem keamanan secara virtual ataupun realitas. Jumlah mereka memang bisa dihitung dengan jari, totalnya tujuh orang yang terbagi dari beberapa bagian. Dan mereka yang secara khuus sekarang berdiri di tiap ujung ruang berjumlah dua orang. Mereka adalah yang terbaik untuk menjaga secara fisik bosnya. Ini yang membuatku terganggu selama ini—selain PA-nya Paman Derma. Masih ada lagi empat lagi yang berjaga di luar ruangan ini, dan ada satu yang menjaga lewat komputer.

Uniknya, mereka dikirim kemari untuk mengantarkanku. Sepertinya papa tidak ingin diganggu selama perjalanannya dengan keberadaan mereka. Sehingga dia mengalihkan tugas mereka dari mengawal mama menjadi mengawalku. Enak sekali menjadi papa yang selalu bisa saja lepas dari RPG sesuka hatinya. Dan aku tidak berani melawan mereka secara langsung. Tidak seperti mama yang selalu tegas dan menghajar para penjaga ini sampai koma—ini sangat jarang terjadi apalagi saat kondisi mama benar-benar buruk.

"Apakah Anda ingin tehnya lagi?"

Aku akan disajikan teh lagi agar aku kenyang karena kembung. Jika bukan karena es krim yang disajikan untuk membuang waktuku di tempat ini, aku pasti langsung mengusirnya dari tempat ini.

Aku menegakan posisi dudukku dan menatap perempuan itu. Dia cukup cantik, seperti perempuan pada umumnya. Tubuhnya kecil namun tinggi, rambut yang diikat sangat rapi, matanya yang bulat dan juga pakaian kantornya yang sangat pas di tubuhnya. Melihat ketidaksetaraan pada kondisi fisik tubuhnya, aku yakin dia sudah beberapa kali melakukan operasi tubuh untuk membentuk body goal-nya.

"Tidak. Aku hanya mau dua mangkok es krim yang sama seperti ini." Kataku.

"Baik, mohon ditunggu sebentar." Katanya. Aku merasa bahwa dia mirip seorang pelayan di restoran mahal. "Bapak Dermawan akan selesai dalam waktu dua puluh menit lagi. Saya akan mengantarkan beliau untuk menemani Anda."

"Ya, terima kasih."

"Kalau begitu, saya permisi dahulu."

Akhirnya dia menghilang dari pandanganku.

Setelah aku akhirnya memberitahukan ke orang tuaku bahwa aku tidak bisa datang untuk makan malam, aku mencoba untuk megirim pesan ke BJ juga. Aku hanya ingin tahu kapan dia akan selesai. Lalu aku kembali ke mode frustasiku dan bersandar pada sofa. Tidak lama dari itu aku mendapat balasan dari mama lewat pesan singkat.

Paman Derma datang di waktu yang tepat. Aku sudah memposisikan diriku sendiri dengan anggun untuk menyambutnya datang. Sebenarnya aku hanya duduk dan tersenyum kepadanya. Dia hanya ingin menyapaku hari ini, dan juga sekalian meminta maaf atas apa yang terjadi kemarin.

"Paman, Kelly juga minta maaf karena membuang bunga dari Paman." Aku mengakuinya dengan sengaja. "Kelly menyuruh bawahan Billy untuk membuang semua hadiah dari siapapun yang mengirimkannya ke apartemen Kelly."

Itu menjelaskan mengapa apartemenku selalu bersih dari hadiah-hadiah konyol. Aku tahu bahwa Paman Derma ingin meminta maaf kepadaku lewat rangkaian bunga yang indah, dan aku tahu juga bagaimana sifat Paman Derma. Ini memang keteledoranku karena tidak memberikan instruksi yang jelas kepada anak buahku sendiri.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti."

Paman Derma adalah salah satu orang kepercayaan papa untuk mengurus perusahaan di cabang Jakarta. Meski menjadi satu-satunya petinggi yang bukan dari Reccon, dia berani mengambil resiko tersebut dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Bahkan, papa sangat menghormati paman ini. Paman Derma memang lebih muda secara umur dari papa, tapi fisiknya terlihat lebih tua daripada papa. Jika dilihat-lihat, Paman Derma sudah seperti paman papa.

"Tapi sepertinya, aku masih bisa memberikanmu sebuah kejutan."

Paman Derma merogoh kantong saku di jasnya dan mengambil sesuatu di sana. Kemudian dia menunjukan apa yang dia dapat di dalam sana. Aku sangat terkejut melihatnya, karena benda itu sangatlah khusus. Sebuah kunci dengan tiga garis, berwarna perak dan dengan balutan batu kaca yang mengalirkan cahaya. Oh Tuhan, itu kunci sebuah kendaraan.

Ini memang terdengar biasa-biasa saja. Namun, bentuk kunci yang seperti itu biasanya dibuat oleh Machination of UE. Itu sebuah perusahaan berbasis pemerintah besar di Eropa dan berpusat di Jerman. Perusahaan itu juga yang telah membuat mobilku yang hancur dua tahun yang lalu. Ini bukan sembarangan benda.

Ini nyatanya sebuah kutukan! Ya! Aku sangat yakin itu. Papa tidak akan bermurah hati membelikanku kunci ini yang ternyata pasanganannya adalah sebuah helikopter. Aku diam-diam melakukan pencarian di poselku untuk mencari pasangan dari kunci ini, dan aku mendapatkan informasi bahwa itu akan membuka kendali mesin di helikopter. Oh sial! Aku diberikan beban tanggung jawab lagi untuk menjaga benda ini. Padahal aku belum mampu untuk memperbaiki mobilnya.

Aku memang seorang putri, namun aku juga memiliki batas keuanganku. Aku belum bekerja di mana aku tidak memiliki penghasilan. Orang tuaku memang memberikanku uang saku, namun hanya diberi setahun sekali dengan jumlah yang minim. Itu akan lebih parah jika aku tidak mendapatkan beasiswa apapun. Oleh sebab itu aku sangat yakin bahwa aku membutuhkan seluruh uang sakuku selama dua tahun untuk membetulkan mobil sialan itu.

Masalahnya, tidak mungkin aku bisa membiarkan uangku tidak tersentuh sama sekali. Itu sangat mustahil. Dan orang tuaku juga tidak akan mau membantuku, karena memang mobilnya rusak karena salahku.

Aku ingin menangisi hidupku.

"Kau ingin melihat pasangannya?" tanya Paman Derma.

"Tidak, Paman. Tidak perlu. Kelly sudah mengertahuinya."

Paman Derma tidak akan bingung mengapa aku bisa mengetahuinya. Dia pasti sudah mengetahui alasannya.

"Baiklah, kuncinya akan kuletakan di atas meja. Tadi pagi tuan datang kemari dan memberikan kunci ini padaku. Katanya titip untuk anak tercintanya."

Aku tersenyum miris mendengarnya.

"Terima kasih, Paman."

"Kau harus berangkat sekarang, bukan?"

"Paman…" aku akhirnya menceritakan semuanya kepada Paman Derma tentang apa yang membuatku harus menunggu lebih lama lagi. Itu termasuk dua hal, menunggu es krimku dan juga menunggu pacarku.

Paman Derma hanya mengiyakan dan mengizinkanku untuk menunggu di tempat ini. Kantor akan tutup sebentar lagi dan aku diharuskan untuk mengganti akunku agar aku bisa mengakses tempat ini lebih mudah. Es krimku akhirnya juga datang yang pada akhirnya harus disimpan di dalam penutup kaca yang beruap-uap. Tempat itu memang dibuat khusus untuk menyimpan es krim agar dapat menjaga suhu es krimnya. Kemudian, Paman Derma mengajakku makan malam bersamanya, namun aku menolaknya dan lebih memilih untuk makan sendiri saja sambil menunggu. Jawabanku ini ternyata salah karena PA-nya Paman Derma langsung mengajukan diri untuk menyiapkan makan malam untukku.

Seriously?!

Aku tidak bisa menghabiskan makanan dari nona asisten itu karena makanannya tidak enak. Menurut pengakuannya, dia membelinya di sebuah restoran yang berkelas. Tapi restoran seperti itu pasti juga tidak cocok dengan lidahku. Dan itu sangat mengecewakan.

Aku menyuruh Billy untuk mengurus miss PA tersebut agar tidak menggangguku setelah ini. Sebab, ada es krim yang harus kunikmati seorang diri. Aku juga terus mengawasi pesan masuk dari BJ yang terakhir tadi jam 16.17.

Ini memang membuatku khawatir. Tapi aku memiliki solusinya. Hanya dengan menerobos sistem keamanan JFTU aku bisa meretas sistem pengawasan mereka lewat CCTV di seluruh JFTU. Sehingga aku bisa melihat BJ yang ada di mana, sedang apa, dan dengan siapa saja.

BJ ternyata ada di kantin di Gedung 3. Tempat itu bukan tempat yang buruk, tapi makanan mereka yang buruk. BJ sedang sangat fokus dengan layar hologram di depannya dan bekerja sangat keras. Melihat ekspresi di wajahnya sekarang, aku bisa memahami bahwa dia benar-benar berusaha untuk menyelesaikan tugasnya dengan lebih cepat. Lalu, ada dua orang permpuan di dekatnya yang juga sama melihat layar hologram di depan mereka. Mereka adalah Rea dan Renata. Aku mengetahuinya karena aku mencari informasi mereka lewat sistem pencarian. Itu tidaklah sulit untuk mencari informasi orang awam seperti mereka. Dan… mereka benar-benar sangat serius.

Memang aku harus lebih sabar untuk menunggunya.

"Apakah kalian tidak mengikutiku sampai ke dalam?" tanyaku dengan kesal kepada dua orang RPG itu. Mereka berani-beraninya mengikutiku sampai ke dalam toilet. Mereka sudah gila.

"F*ck off!" aku sampai mengeluarkan kata-kata kasar untuk mereka.

Billy akhirnya datang dan bernegosiasi dengan dua orang itu. Selagi mereka sibuk, aku memanfaatkannya untuk langsung masuk ke dalam bilik toilet dan menghidupkan lagu. Well, aku tidak ingin orang-orang mendengar suaraku saat buang air kecil.

Setelah selesai, aku kembali ke ruang di mana aku menunggu tadi. BJ juga tidak membalas semua pesan yang aku kirimkan selama ini. Di layar pengawas, dia juga masih sangat serius dengan tugasnya.

Tiba-tiba sebuah layar hologram muncul di depanku dan menunjukan bahwa orang tuaku memanggilku dengan fitur video call.

Oh, sial!

Ada mama di sana dengan senyumannya menyambut kemunculanku.

"Hello, Kelly." Suara mama begitu tenang. Ini membuatku makin takut. "Mengapa kau tidak berangkat, Sayang?"

"Kelly ingin menunggu BJ, Ma." Jawabku.

"Mengapa kau menunggunya selama itu? Apa yang dilakukannya sekarang?"

"BJ sedang mengerjakan tugas kelompok di kampus sekarang dan deadlinenya malam ini. Mama tahu, bukan? BJ tidak mungkin meninggalkan teman kelompoknya begitu saja. Dan Kelly ingin sekali melihatnya sebelum menghilang selama seminggu."

Yang mengejutkan, mama langsung tertawa mendengar itu.

"Kau hanya ingin menunggunya dengan alasan itu? Kelly, kau benar-benar yaa…" mama tertawa lagi.

"Aku sama sekali tidak keberatan atas keterlambatanmu datang kemari dan melewatkan makan malam bersama. Tapi, kau tahu bahwa besok kau harus sudah berada di tempat ini pagi-pagi. Apa kau yakin bahwa kau bisa datang kemari di waktu yang tepat?"

"Kelly yakin bahwa aku bisa sampai sebelum jam empat pagi di sana.���

"Kalau begitu, kau tidak boleh terlambat. Jam empat tepat kau harus sudah sampai di sini."

Aku belum melewati masa-masa yang paling mengerikan dari panggilan ini. Dan aku sudah bersiap untuk itu.

"Ngomong-ngomong, aku tidak bisa menahan papamu sekarang." Mama tiba-tiba saja menghilang dan layar langsung berganti ke papa.

"Hallo, Kelly." Lagi-lagi suara yang tenang dan datar. Aku tidak bisa memprediksi keadaannya. "Sepertinya kau sangat menikmati hidupmu di luar sana sampai kau lupa dengan tanggung jawabmu di sini."

"Maafkan Kelly, Papa."

"Entah alasan apa yang kau buat untuk ini, kau melanggar kesepakatan kita. Kau berjanji padaku untuk sampai sebelum waktunya makan malam di sini, tapi kau melanggarnya dan masih berada di Jakarta meski waktu makan malam di sini sudah selesai. Apa kau ingin membuang-buang waktumu, Kelly? Kau tahu harus apa besok, dan kau butuh istirahat yang cukup."

Aku tetap diam untuk membiarkan papa melanjutkannya.

"Sepertinya kau sudah berjanji dengan mamamu untuk sampai jam empat di sini, dan tidak ada alasan lagi untuk terlambat. Melihat waktunya, kau harus datang paling lambat dua jam dari sekarang. Jika tidak, kau harus berhadapan langsung denganku."

Ini sangat mengerikan. Papa memang sangat menakutkan jika sudah begini. Hanya karena BJ saja yang bisa membuatku menjadi sedikit pembangkang kali ini, dan aku juga rela melakukannya.

"Baik, Papa. Kelly akan menepati janji Kelly."

"Bagus." Papa tanpa basa-basi langsung membalasnya. "Dan untuk sekarang, ada hal khusus yang harus kau lakukan sekarang selama dua jam ini. Kau bisa memberhentikannya kapanpun asalkan kau berangkat dan meninggalkan tempat itu, Kelly. Semakin lama kau berada di tempat itu, semakin sulit kau akan menghadapinya. Kau boleh menggunakan seluruh kekuatanmu, tidak ada batasan asalkan kau tidak memakan korban jiwa. Dan tugasmu adalah mengontrol seluruh sistem di JRT dengan kendalimu. Semua sistem akan berjalan secara manual saat seluruh kendali berada di tanganmu. Tidak ada bantuan dari Jack ataupun dari orang-orang di sana. Pastikan kau menjalankan tugasmu dengan baik, dan jagalah kekasih tersayangmu aman di tempat ini. Dan, good luck."

Layar di depanku langsung menghilang. Papa menghubungiku kali ini hanya untuk menghukumku dengan tugas itu. Dan jujur saja, itu sangatlah sulit. Mengatur sebuah sistem besar seperti di JRT adalah hal yang mustahil dilakukan satu orang. Bahkan diperlukannya pembentukan tim khusus untuk membangun dan mengontrol sistem ini. Dan apakah aku bisa?

Aku tidak bisa menjamin hal itu. Apalagi papa menyebutkan tentang keselamatan BJ. Aku yakin bahwa hal ini jauh sekali dari kata mudah.

Segera aku memanggil Billy dan memintanya untuk mengambil tasku. Di sana ada sebuah benda yang sangat kubutuhkan untuk membantuku menjalankan tugas ini. Setelah itu, aku menyuruh semua orang untuk meninggalkan ruangan ini termasuk orang-orang RPG. Kali ini mereka menurut karena papa mengizinkan aku berkuasa di JRT untuk sementara ini. Itu bagus, tapi juga mengerikan di waktu yang sama.

Aku sangat mengerti apa maksud papa untuk mengendalikan sistem di sini. Dan sayangnya aku tidak diharuskan untuk memerlukan perangkat keras apapun agar bisa membantuku, dan diinginkan oleh papa adalah menggunakan otakku.

Selama ini aku memang mampu untuk mengontrol segala sistem di sekitarku hanya menggunakan pikiranku sendiri. Termasuk milikku sendiri. Aku mampu menelepon seseorang dan berkomunikasi dengan mereka tanpa harus menghidupkan posel ataupun membuka layar hologramku. Aku hanya membutuhkan otakku untuk mengaksesnya lebih mudah. Itulah mengapa aku bisa diam-diam berkomunikasi dengan bawahanku, mencari informasi yang kuinginkan saat diajak berbicara, dan juga melakukan apapun dengan sekitarku. Ini memang hampir mirip dengan telepati, namun ini lebih mengontrol sistem digital dengan otakku. Untuk orang awam, mereka masih memerlukan media seperti ponsel untuk melakukannya.

Ada syarat yang membuatku bisa mengatur sistem disekitarku. Itu jika aku mampu menembus sistem pertahanannya dengan menggunakan akunku. Memang biasanya aku menggunakan nama Kelly Wijaya untuk mengatur apapun, namun kali ini aku memiliki pengaruh penuh dengan menggunakan Kelly Reccon. Aku memiliki banyak akses untuk membongkar, memanipulasi, dan mengatur ulang sistem-sistem itu tanpa harus takut sistem keamanan pusat menyerangku.

Ini memang kekuatan yang luar biasa, tapi ini juga sangat berbahaya. Aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku setelah ini.

Aku mencoba untuk memasuki area sistem utama di JRT. Mereka membiarkan aku masuk dan duduk di singgasana untuk mengatur mereka semua. Lalu, aku mempelajari cara kerja mereka. Ada sangat banyak data di sana—mungkin milyaran—yang harus kupelajari dan harus kuhafalkan. Jika aku kelewatan satu saja, itu bisa merusak sistemnya sehingga tidak bisa berjalan dengan baik. Cara kerjanya itu sama seperti otak kita mengatur setiap organ dan anggota tubuh kita. Dan jika ada satu kesalahan, bukankah sangat fatal? Bahkan satu syaraf yang rusak di otak dan tidak dapat sembuh bisa menurunkan kinerja otak apalagi sistem ini.

Setelah terbiasa dengan sistem di sini, aku mencoba untuk mengintip BJ. Dia belum selesai. Pesan terakhir yang kukirimkan padanya sudah tiga menit yang lalu dan terkesan seperti kata-kata terakhir. Mau bagaimana lagi? Aku tidak akan sempat untuk menghubunginya lagi jika aku sudah memegang semua sistem di sini.

Pukul 20.50 dia meninggalkan kantin. Ini waktunya!

Aku segera bangkit berdiri dan langsung menuju ke sebuah lift yang akan mengantarkanku ke rooftop. Aku ingin menghemat waktuku di saat aku bertemu dengannya, dan aku bisa langsung berangkat setelah aku puas melihatnya. Selain itu, aku juga akan menghemat tenagaku jika aku menggunakan mesin-mesin yang ada di sini. Benda-benda itu akan membantuku untuk meminimalisir tenaga fisik yang kukeluarkan. Dan setelah itu, aku memberitahunya.

Apakah dia datang? Tentu saja! Dia langsung bergegas mengendarai mobilnya untuk datang kemari.

Di rooftop ini, posisinya memang sangat indah. Aku bisa melihat seluruh area JRT dengan segala hiasan lampu malam di kehidupan kota. Angin malam juga berhembus begitu kencang dan dingin. Tubuhku hampir terasa menggigil karenanya setelah menghapus keringatku dan menerbangkannya menjauh. Tempat ini begitu istimewa jika aku berhasil bertemu dengannya.

"Hai Kelly." Tiba-tiba aku mendengar suara di kepalaku. Suara ini adalah—

"Aku diminta untuk ikut bermain di sini. Dan… kau cukup impressive. Kau bisa mempelajarinya dengan hanya beberapa menit saja. Padahal aku mempelajarinya sampai bertahun-tahun dan baru bisa membangun sistem ini di semua properti Reccon."

Sialan!

"Dan ini akan menjadi pertandingan kita, bukan? Kita akan saling merebut kendali di sana. Jangan sampai mengganggu warga sipil ya…"

Aku akan mati di tempat.

Kepalaku langsung terasa sangat sakit saat serangan itu masuk. Itu seperti virus komputer yang akan mengganggu sistem-sistem di sini dan akan memblokir beberapa data ataupun merubah fungsinya. Dan orang yang mengirimkan surat cinta itu bukanlah orang sembarangan. Dialah orang yang berkontribusi sebesar 40% untuk membangun ulang sistem-sistem Reccon dan mengembangkannya lebih jauh. Dialah yang merevolusi sistem digital, membuat sebuah era di mana digital sangat dihandalkan untuk segala aspek kehidupan. Ini seperti sebuah candaan bahwa keluarga sendiri terasa ingin membunuhku. Termasuk kakakku sendiri.

Virus itu menyerang sistem keamanannya, sehingga membuat beberapa mesin pengawas yang bertugas menjadi bergerak dengan semaunya. Mereka bisa-bisa menyerang orang-orang sipil jika hal itu bisa terjadi. Aku tidak bisa mengatasi hal ini, sialan! Bahkan virus itu makin berkembang biak dan mempengaruhi seluruh kendali sistem keamanan di tempat ini. Kecepatannya memang sangat luar biasa, aku sudah tidak mampu bertahan dari serangan seperti ini. Kepalaku sudah sangat berdenyut-denyut dan rasanya seperti akan meledak, itupun otakku terasa hampir mustahil untuk beregenasi dari luka yang aku terima akibat serangan ini.

Hingga pada akhirnya aku hanya bisa mengeluarkan darah dari kedua mata, hidung, dan kedua telingaku. Lukanya sudah separah ini dan aku sudah tidak bisa mengatasinya lagi. Aku tersungkur tidak berada di atas lantai kotor sambil memandangi langit.

Bab 10

The White Plan III