Chereads / Blue Aloe / Chapter 10 - Bab 9

Chapter 10 - Bab 9

Apa aku cemburu? Itu adalah pertanyaan terbodoh yang kudengar hari ini meskipun pertanyaan itu muncul dari hatiku sendiri. Sangat konyol!

Aku hanya tidak begitu senang melihat Kelly dengan Rei, titik.

Alasannya? Ada beberapa. Bukan tentang sebuah hubungan percintaan yang murahan seperti di sinetron, tetapi lebih ke hubungan kami. Aku dan Rei memang sudah saling mengenal saat kami masih kecil. Dan dia adalah seorang teman baik bagiku waktu itu. Namun sekarang…

Ada banyak halangan di mana aku harus menolaknya untuk bergabung dengan kelompoknya. Ya, kelompoknya yang berisi terdiri dari anak-anak terpandang di Asia Tenggara karena nama keluarga mereka yang besar. Sebagian tujuannya adalah bersenang-senang dan mengumpulkan relasi atau hubungan pertemanan. Ini sangat menguntungkan jika berurusan dengan bisnis keluarga dan juga dalam lingkup sosial yang sangat menjamin. Berteman dengan orang-orang yang memiliki derajat yang sama denganku memang bukanlah hal yang buruk. Tapi setelah bersama Kelly, aku seperti ditarik dari lingkungan sosial tersebut dan mengikuti bagaimana kehidupan Kelly.

Janji yang harus kutepati adalah melindungi Kelly. Dengan membatasi lingkungan sosialku, itu bisa membantu untuk menjaganya. Dan itulah mengapa aku harus menolaknya. Aku tidak keberatan selama Kelly terjaga.

Tapi sepertinya, entah bagaimana, Rei dan Kelly bertemu. Mereka seperti sudah cepat akrab dengan satu sama lain, apalagi Kelly bisa menunjukan sisi polosnya itu. Dia seharusnya lebih berhati-hati dengan Rei. Bukan karena dia adalah orang yang jahat, bukan! Itu hanya karena lingkungan sosialnya yang begitu luas. Jikalau Kelly menyetujuinya untuk bergabung dengan kelompoknya, bukankah akan lebih sulit untuk menjaga rahasianya? Mungkin dari beberapa orang dari teman Rei mengetahui identitas aslinya dan membongkarnya?

Ah… aku terlalu overthinking. Ini selalu terjadi jika aku terlalu memikirkan Kelly. Dan aku cukup bangga dengan diriku sendiri karena akhirnya aku bisa lebih menghawatirkan Kelly daripada yang lainnya.

Kembali ke kelasku dan kuliah seperti biasanya. Dan sialnya, aku tidak bisa fokus. Aku masih memikirkan Kelly. Tiap detiknya yang berlalu, hanya dia yang selalu dipikiranku.

"Brandon. Haloo… Brandon."

Aku melirik ke asal suara. Dua orang perempuan lagi hari ini.

"Apa kau tidak apa-apa? Aku sudah memanggilmu berkali-kali." Katanya.

Aku melihat ke seluruh ruang kelas untuk melihat kondisi sekarang. Melihat sudah tidak ada dosen dan hanya tinggal beberapa orang saja di dalam kelas, aku langsung bangkit berdiri.

"Eh, kamu mau kemana?" tanya perempuan yang memanggilku tadi dan menghalangi jalanku. Teman perempuannya membantunya dengan berdiri di sampingnya dan ikut menghalangi juga.

"Ada perlu apa?" tanyaku.

Aku akan langsung pergi jika mereka mengatai tentang Kelly.

"Emang lo gak denger tadi?!" aku terkejut karena temannya langsung membentakku. "Tugas dari Pak Eko, dikumpulin sekarang."

Perempuan ini luarnya begitu kalem tapi mengapa sifatnya bisa segalak ini?

"Rea, sudah." Yang memanggilku menenangkan situasi. "Brandon, kita satu kelompok. Jadi kami ingin mengerjakan tugas ini sekarang juga."

"Oh, tugas itu ya…" padahal tidak tahu tugas apa dari Pak Ekonomi itu.

"Iya. Dan kami rencananya ingin mengerjakannya bersama di kantin di Gedung 3."

"Harus sekarang?"

"Lo tuli?" lagi-lagi si Rea…

"Brandon tidak bisa?"

"Sorry banget!" aku jadi tidak enak dengan yang kalem ini, dan sialnya aku tidak tahu siapa namanya. "Aku ada janji jam 5 ini dan gak bisa di-cancel."

Sepertinya perempuan kale mini hampir mirip dengan Kelly, begitu polos. Dan dia hanya meng-'oh'-kan apa yang kukatakan.

"Hah?! Lo gila! Deadline-nya malam ini!"

"Apa?!" Pak Eko sialan!

Aku melihat ke jam tanganku untuk melihat jam sekarang ini, 16.15 WIB.

"Oke." Aku berbicara akhirnya. "Kita kerjakan sekarang dan harus cepat!"

Aku tidak bisa menjamin bahwa aku bisa menyelesaikannya kurang dari dua jam. Dan aku yakin juga bahwa Kelly tidak akan bisa menungguku selama itu. Aku mengiriminya pesan bahwa aku tidak bisa datang karena tugas ini, tapi aku juga berusaha untuk mengerjakan tugas sialan ini secepat aku bisa. Dan ternyata tugas ini tidak semudah yang aku pikirkan. Seharusnya aku menyadari bahwa tugas kelompok yang diberikan dadakan dan sangat terbatas waktunya ini memang disengaja untuk dikerjakan malam ini hingga waktu pengumpulannya.

Sialan! Mengapa waktunya tidak tepat?! Sialan! Sialan!

Kelly akan pergi selama seminggu penuh. Pemandangan akhir dari Kelly yang kulihat sebelum ini hanyalah melihatnya berjalan menghampiri Rei. Itu konyol! Sangat konyol! Bagaimana bisa aku—

"Kau terlihat sangat buru-buru." Itu kata Renata. Dia adalah gadis yang kalem tadi.

"Sorry." Aku lebih meminta maaf karena itu. Di antara kami bertiga, hanya aku yang mengerjakan tugas ini lebih cepat dan membebankan mereka.

"Tidak apa-apa, jangan meminta maaf." Renata tersenyum dengan ekspresi tidak enaknya. "Jika memang janjimu sepenting itu, kau bisa pergi duluan."

"Tidak perlu." Jawabku dengan frustasi. Tugas ini memang tidak akan mudah dikerjakan. Dan waktu yang sudah berlalu ini, kuyakin bahwa Kelly sudah berangkat sekarang.

Tidak mungkin aku menghalanginya, bukan? Dan keegoisanku hanya karena ingin menemuinya sekarang juga membuat teman kelompokku ini menjadi terbebani. Aku seharusnya bisa lebih menguasai diriku sendiri dengan masalah ini. Toh, Kelly tidak pergi selamanya. Aku masih bisa—harus bisa bersabar sampai hari itu tiba. Aku akan baik-baik saja,

Akhirnya selesai. Dengan semua kerja keras kami bertiga. Kami semua terlihat begitu berantakan sekarang. Dan aku yakin bahwa mereka juga sudah sangat lelah, apalagi kami semua melewatkan makan malam.

Kondisi kantin saat ini memang sepi. Masih ada beberapa mahasiswa yang masih berfokus pada beberapa layar hologram dan hardware semacam laptop yang di bawa ke tempat ini. Selain itu, petugas kantin yang ada sudah bersiap-siap untuk menutup kantin, termasuk beberapa robot-robot kecil yang mengepel lantai di area kantin ini. Semua kantin seharusnya tutup jam sembilan.

Rea dan Renata langsung pulang setelah semuanya selesai. Mereka pulang bersama dan kebetulan tinggal di apartemen yang sama. Dan mereka melambaikan tangan mereka untuk mengucapkan selamat tinggal, termasuk dengan tugas ini.

Setelah aku berada di dalam mobilku, aku baru bisa membuka ponselku. Aku hanya berharap bahwa Kelly bisa mengerti situasiku. Dan aku yakin bahwa dia sudah sampai sekarang. Dia pasti sangat senang bertemu dengan keluarganya dan menghabiskan waktu bersama yang sangat lama. Kelly memang jarang pulang dan bertemu dengan orang tuanya setelah dia kuliah. Dia lebih sering menghabiskan waktunya denganku selama ini.

Namun, aku sangat terkejut melihat ini…

*

Kelly Wijaya, 16.17

Baiklah, aku akan menunggu. SEMANGAT!

Kelly Wijaya, 17.30

Kapan kau selesai, BJ? Aku sudah bilang ke mama bahwa aku akan melewatkan makan malam hari ini.

Kelly Wijaya, 17.38

Mama dan papa tidak masalah jika aku sedikit terlambat.

Kelly Reccon, 18.04

Kantor sekarang tutup, tapi aku masih bisa mengakses tempat ini. Apa kau sudah makan malam?

Kelly Reccon, 18.30

Makan malam kali ini makanannya tidak enak. Asisten Paman Derma membelikanku makan malam dari sebuah restoran mewah, katanya, tapi aku sangat tidak menyukainya! Kuharap kau makan enak sekarang.

Kelly Reccon, 18.43

Aku benci mengakui ini, tapi orang-orang itu berada di sekitarku sekarang. Kapan kau selesai, BJ?

Kelly Reccon, 19.11

Aku tidak berhasil mengusir orang-orang itu. Mereka benar-benar hanya mematuhi papaku. Maaf, BJ. Kau mungkin akan merasa kurang nyaman dengan mereka.

Kelly Reccon, 19.19

Bahkan Billy juga mengusahakan bahwa orang-orang itu untuk membiarkanku memiliki ruang. Mereka benar-benar menyebalkan!

Kelly Reccon, 19.51

Aku baru saja bertelepon dengan mama. Mama sangat khawatir mengapa aku tidak sampai di sana. LoL. Tapi tidak apa-apa, aku sudah menjelaskan semuanya kepada mama.

Kelly Reccon, 20.10

BJ, beritahu aku kalau kamu sudah selesai ya… Aku menunggumu.

*

Sial! Pesan terakhirnya kuterima empat puluh lima menit yang lalu. Aku tidak menyangka bahwa dia benar-benar menungguku sampai sekarang ini.

Dan tiba-tiba, satu pesan masuk lagi.

*

Kelly Reccon, 20.55

Aku di rooftop JRT.

*

Tanpa berpikir panjang, aku langsung melemparkan poselku ke kursi sebelah dan langsung menghidupkan mesin mobil. Segera aku keluar dari area JFTU, area jalur lambat, dan masuk ke jalur cepat. JRT berada di Jakarta Pusat, cukup jauh dari tempat ini. Berkat adanya jalur cepat khusus yang ada, aku bisa memakainya dan hanya memakan waktu lima belas menit untuk sampai ke area JRT. Ini akan memakan lumayan banyak tagihan jalur yang kugunakan, tapi itu tidak masalah. Hanya sekali ini!

JRT memiliki area tersendiri, termasuk area perumahan dan fasilitas umum. Area khusus ini memang milik property Reccon, di mana tempat ini bisa dibilang sangat besar dan luas, bahkan benar-benar memanfaatkan ruang dengan sepenuhnya. Dari jarak yang jauh, area ini akan terlihat seperti sebuah tower listrik yang sangat besar. Kenyataannya, memang seperti itu. Banyak gedung-gedung tinggi di sana, dan banyak jalur-jalur khusus mengelilingi area tersebut. Sebagai puncak sebuah menara, di sanalah letak jantung dari area JRT. Sebuah kantor modern yang bercahaya di tengah-tengah area, dengan sebuah antena besar di atasnya. Antena yang cukup besar untuk menampung sistem komunikasi di Jakarta dan sekitarnya. Ada area rooftop di sana yang menjadi tempat pendaratan alat transportasi udara, di sanalah Kelly berada.

Aku mengemudikan mobilku menuju ke tempat itu. Memang, aku tidak bisa langsung berada di rooftop dengan menggunakan mobil ini. Dibutuhkan mobil terbang untuk sampai di sana, dan itupun jika diperbolehkan. Jadi, aku harus memarkirkan mobilku di dasar dari kantor itu. Tidak benar-benar di lantai ground. Mobilku bisa mencapai lantai 20 namun dengan pajak yang tinggi. Jalur ini memang biasanya digunakan khusus untuk petinggi Reccon Corp., dan tidak semua orang bisa memakainya. Jika terpaksa harus memakainya dengan alasan apapun, harus dikenakan biaya yang lumayan tinggi.

Sesampainya di tempat parkir di lantai 20, aku langsung turun dan juga disambut oleh beberapa drone. Drone itu semua berterbangan di sekitarku sambil mengarahkan sinar leser merah ke seluruh tubuhku. Aku tidak akan terkejut jika hal ini terjadi, kedatanganku ke lantai 20 memang tiba-tiba dan tanpa persetujuan dari sistem keamaan kantor.

Salah satu drone mendekatiku dan melayang di hadapanku.

"All JRT system is under control of Kelly Reccon." Aku mendengar suara dari drone itu. Seketika cahaya merah di tubuhku menghilang dan drone itu sudah menghilang.

"Follow me."

Drone yang berhadapanku tadi menjadi penuntunku masuk ke area kantor pusat ini. Pergerakannya cukup cepat sehingga aku harus mengikutinya dengan berlari. Hingga pada akhirnya benda itu berhenti di depan lift yang terbuka. Aku langsung masuk dan pintu lift tertutup. Benda ini akan membawaku ke tempat Kelly berada.

Saat pintu lift terbuka, cahaya leser merah mengarah ke tubuhku sekali lagi. Kali ini lebih banyak daripada yang tadi. Ada cahaya yang lebih terang juga mengarahkan ke tubuhku. Ini membuatku tidak bisa melihat apa yang ada di depanku.

"I said, JRT system is under my control!" Aku mendengar suara Kelly yang begitu tegas dan keras. Ini cukup lantang apalagi dia berada di ruangan terbuka.

Semua cahaya tersebut menghilang. Aku membutuhkan waktu sampai kedua mataku ini terbiasa dengan perbedaan cahaya yang cepat sehingga membuatku sedikit pusing. Setelah aku bisa melihat lebih baik, aku melihat Kelly berdiri di tengah-tengah rooftop.

Kuambil langkahku untuk mendekatinya, terus dan terus hingga aku bisa melihatnya lebih jelas. Di saat kedua mata kami bertemu, Kelly langsung berlari ke arahku. Dia melompat ke arahku dan aku harus menangkapnya.

Kurasakan bahwa Kelly berkeringat, nafas yang tersengal-sengal, dan detak jantung yang begitu cepat.

Sebenarnya, apa yang terjadi di sini?

Aku memang masih dalam kondisi yang berdebar-debar karena adrenalin gila sejak dari JFTU. Dengan ditambahkan kondisi Kelly yang seperti ini dan kami sedang berpelukan, rasanya begitu memuaskan. Entah dengan semua yang kulakukan ataupun dengannya juga, kuyakin bahwa dia juga memiliki rasa yang sama. Kepuasan yang melegakan.

Kelly merenggangkan pelukannya, membuat wajahnya dan wajahku bertemu.

"Maafkan aku, BJ." Katanya tiba-tiba setelah dia menjauhkan wajahnya dariku dan menunduk di pundakku. "Aku tidak menyambutmu dengan baik."

"Dasar bodoh." Aku tidak bisa menahannya. "Mengapa kau menungguku?"

"Kau terlihat bad mood seharian ini. Apalagi setelah mendengarku bahwa aku akan pergi selama seminggu. Bakal menjadi ide buruk kalau aku tidak menunggumu."

"Dasar." Aku memeluk tubuhnya sekarang, membelai kepalanya dan menciumnya. "Kau tidak perlu menungguku. Kau hanya pergi sebentar."

"Bukannya kau senang dan puas sekarang? Jantungmu seperti melompat kegirangan sekarang."

"Kau juga sama." Balasku.

Kelly akhirnya melepaskan pelukannya dan berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Itu membuatku akhirnya bisa melihat wajahnya dengan jelas di bawah remang-remang cahaya. Dia begitu cantik, dengan setiap pahatan di wajahnya, kulit yang begitu halus, kedua mata yang menawan. Namun, kali ini dia terlihat pucat. Warna pink bibirnya terlihat hampir sama dengan warna kulitnya yang pucat. Sepertinya semua keringat, detak jantung yang cepat, dan nafas yang tersengal-sengal bukanlah karena dia berlari ke arahku. Itu tidak masuk akal! Kelly memiliki fisik yang sangat kuat, bahkan lebih kuat dariku. Tidak mungkin hanya berlari sejauh enam puluh meter bisa membuatnya seperti ini.

"Aku tidak apa-apa." Katanya tiba-tiba. Sepertinya dia paham apa yang aku lihat.

"Hanya sedikit hukuman."

Hukuman macam apa yang membuatnya bisa seperti itu?

"Kau tidak perlu khawatir akan hal itu, BJ." Dia akhirnya tersenyum tapi itu tidak bisa menutupi wajah pucatnya.

"Kau perlu istirahat."

"Tidak. Kendaraanku sudah siap."

Ohya, aku tidak menyadari mengapa dia berada di sini. Aku melihat ke belakang tubuhnya, sebuah mesin terbang yang besar berada di sana, tepat di atas helipad.

"Papa memberikanku hadiah dan menyuruhku untuk langsung mencobanya."

Seriusan?!

"Jadi ini adalah penerbangan perdanaku."

"Ka-kau bisa mengendarainya?"

Kelly menatapku dengan bingung. Apakah orang-orang sepertinya akan berekspresi seperti itu jika aku menanyakan hal itu?

Ya, pasti mereka bisa. Tentu saja. Kekayaan mereka berada di atas—sangat di atas. Kendaraan semacam helikopter seperti itu sangatlah mudah dikendarai apalagi dibeli. Tentu saja. Perjalanan menuju ke Himalaya University dan Institute of Atlantic pasti menggunakan kendaraan pribadi yang tak lain adalah sebuah kendaraan yang bisa terbang.

Haha… aku memang sangat terkejut. Papaku tidak akan pernah membelikanku sebuah helikopter pribadi.

"Ini seperti kutukan, BJ." Kata Kelly sambil cemberut. "Papa memberikanku mobil sebelumnya, dan sekarang ada di apartemen."

Ya, benda itu selalu tertutup dengan penutup mobil selama ini. Kelly tidak memberitahuku alasannya mengapa dia tidak menggunakan mobil itu.

"Aku sengaja tidak menggunakannya karena mobil itu rusak."

Apa?!

"Aku secara tidak langsung menghancurkannya. Dan aku tidak bisa memperbaikinya."

"Kau bisa membawanya ke bengkel mobil ataupun ke pabriknya langsung!"

Ini sungguh menggelikan! Apakah orang-orang seperti Kelly bisa bertindak seperti anak kecil seperti INI? Tidak masuk akal.

"Itu biayanya pasti sangat mahal. Apalagi mobil itu sebenarnya belum liris ke publik sampai sekarang."

Aku berasa ingin menusuk jantungku sekarang juga. Percakapan ini memang berada di luar cangkauanku.

"Apakah ada masalah dengan itu?"

"Pabriknya ada di Jerman, BJ. Aku harus membawa mobil itu menggunakan pesawat besar—" Kelly kali ini sangat berlebihan karena kedua tangannya dibuka lebar-lebar untuk menggambarkan pesawat besar "—dan aku tidak mampu menyewa pesawat itu. Karena tahu bahwa aku tidak memakai mobil itu lagi, papa membebaniku dengan sebuah helikopter."

Daripada membeli helikopter, bukankah lebih baik menyewa orang bengkel dari Jerman untuk memperbaikinya? Atau mungkin lebih baik uangnya digunakan untuk menyewa pesawat yang sangat besar untuk membawa mobil itu ke bengkel. Itu solusi yang masuk akal di otakku sekarang. Dan jikalau memang mobil itu belum diliris ke publik, apakah dia mau menunggu waktu liris resminya? Aku yakin bahwa mobilnya sudah berkarat saat dia akan memperbaikinya.

"Aku akan benar-benar habis jika aku merusak benda ini."

Kelly mengatakannya dengan sangat mengerikan, seperti seolah-olah benda mahal ini adalah sebuah musibah untuknya. Bagaimanapun, aku tidak bisa memahaminya cara kerja dari keluarganya kali ini.

"Set the control to the main." Aku mendengar Kelly berbisik seperti itu. Dan suara itu diikuti oleh suara baling-baling dari helikopter yang sedang dihidupkan.

Billy muncul entah dari mana, dia tiba-tiba saja berada di belakang Kelly dan membawa sebuah jaket. Aku takut bahwa dia melihat kami tadi, dan itu tidak bagus. Itu sangat memalukan!

Kelly memakai jaket itu dan juga memakai sebuah headphone. Dia merapikan rambutnya sedikit dan mengikatnya ekor kuda di belakang kepalanya. Setelah itu, dia melihatku.

"Selamat tinggal, BJ. Sampai ketemu minggu depan." Katanya dengan suara yang manis.

"Bye, Kelly." Aku melambaikan tanganku.

Kelly meninggalkan sebuah senyuman dengan wajah yang pucat ke arahku, lalau dia berbalik dan berjalan ke arah helikopter tersebut. Billy tentu saja mengikutinya dari belakang.

"Kelly Reccon is ready to depart in 60 seconds."

Aku masih bisa mendengar suara Kelly yang terus-terusan memberikan perintah. Aku tidak tahu dia memberikan perintah kepada siapa, tapi sepertinya itu cukup penting. Cara dia berbicaranya sangat tegas dan cepat, seperti cara berbicara orang-orang militer.

Melihatnya sendirian menaiki helikopter tersebut yang langsung lepas landas saat pintu tertutup, seperti tidak ada waktu lagi untuknya. Apakah aku benar-benar menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu? Sampai dihukum entah dengan apa itu? Billy yang tadi berada di dekat area helipad sekarang mendekatiku. Dia berpapasan denganku.

"Ikuti aku."

Bab 9

The White Plan II