25 Maret 2079
Pukul 12.30
Dua buah syarat yang tidak bisa kuabaikan jika aku ingin melanjutkan tugasku di kampus ini. Pertama, aku harus makan siang dahulu sebelum melanjutkannya. Kedua, Billy harus tetap di dekatku. Kedua syarat itu tidaklah berat dan tidak merepotkanku sama sekali, tapi ini membuatku seperti terhukum dengan sedikit beberapa paksaan.
Setelah keluar dari ruang rumah sakit kampus--tentu bertemu sepintas dengan Ms. JN itu--aku dan Billy sedikit berunding tentang hari ini. Aku masih memiliki satu kegiatan terakhir di lab fisika dan ini wajib aku datangi sampai nanti sore. Lalu, Billy juga memiliki urusan bisnis nanti sore hingga petang. Dikarenakan dia ingin aku tetap terawasi dan terjaga, dia memberikanku dua syarat tadi dan juga sebuah pendampingan spesial dari kekasihku untuk menggantikannya nanti sore. Dia yang akan menghubungi BJ sendiri dan memintanya untuk menjemputku nanti sore, tepat dia akan pergi. Tentu saja, dia tetap meninggalkan beberapa orang bawahannya untuk mengawasiku dari jauh.
Tidak ada alasan bagiku untuk menolak itu semua.
Aku menyetujuinya hingga aku dibawa ke sebuah ruang yang sangat privasi untuk makan siang. Ini seperti sebuah ruang pertemuan yang sangat tertutup di Gedung 3. Mungkin ruang ini digunakan oleh petinggi kampus dengan orang-orang penting untuk apapun itu. Dan anehnya, aku tidak tahu bagaimana Billy bisa memakai ruang ini tanpa membuat beberapa pekerja di kampus curiga dengan aksinya. Ini membuatku bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di universitasku ini.
"Kau sepertinya memiliki hak untuk memakai ruang semacam ini." Kataku setelah menghabiskan makan siangku.
Billy hanya melirikku karena dia belum selesai dengan makanannya. Sayang sekali, makanan tidak akan membuatku diam kali ini. Aku memang sengaja memakan makananku lebih cepat.
"Ada beberapa petinggi kampus yang bekerja di bawah tuan, Kelly. Setelah kejadian tadi, seorang petinggi memberikan kita akses khusus untuk menjaga hal ini."
Aku menebak kalau itu membuat Billy menjadi memiliki kuasa di rumah sakit kampus itu tadi. Itu sama saja dibilang bahwa dia memakai kuasa papa untukku. Jadi ini yang dinamakan penyamaran sempurna? Papa benar-benar membuat penyamaranku begitu bisa dilindungi dari segala aspek yang tidak kusangka. Bisa-bisanya sampai segitunya dan membuatku curiga tentang tujuan papa yang sebenarnya.
Ah... untungnya Billy memberitahuku.
"Dan apakah anak buahmu yang membuat ledakan di kotak anak seni itu?" pertanyaan liarku membuatnya terkejut.
Jawabannya, dia hanya menggangguk.
"Sialnya itu melukai Anna." Aku mencibir. Tindakan tadi menurutku sedikit ceroboh.
"Mereka tidak mengira bahwa Arianna berada di sana."
"Dan kalaupun Anna mengetahui hal ini, aku tidak tahu apa yang akan kukatakan padanya." Kataku sedikit kesal. "Untungnya tadi aku meminta dokter Marrie untuk menanganinya, bagaimana kalau tidak?"
Billy akhirnya selesai dengan makanannya. Dia menumpukan piring makanan itu di atas piringku dan menyingkirkannya dengan memberikannya kepada robot maid mini di kampus. Billy membersihkan mulutnya dengan kain tissue sebelum akhirnya dia meminum air putihnya. Sebuah jeda yang sangat mengganggu karena sangat berasa lama.
"Apakah harus disembunyikan?"
"Harus minta maaf."
Billy sepertinya ingin menjaga hal ini tetap rahasia. Menurutku, dia ingin agar tidak ada masalah dengan keluargaku. Tujuannya memang terlihat baik, namun akan menjadi masalah besar jika dia terus menutupinya tapi akhirnya terbongkar. Itu sama saja membuatku menjadi tidak mengakui kesalahanku sendiri. Akibatnya bisa menjadi permasalahan di keluarga, dan hubunganku dengan Anna menjadi lebih buruk juga.
Aku tidak berniat membuat hubungan yang baik dengannya, tapi aku menyukai Anna karena sikapnya. Membuat hubungan lebih buruk dengannya bisa menjadi sebuah masalah kecil untukku.
"Aku tidak bisa membantumu bersuara kali ini, Billy. Temui ibunya dan Anna lalu katakan sebenarnya. Minta maaflah." Perintahku.
"Kau ingin aku mengatakannya langsung?"
"Apa kau ingin aku menjadi lebih memalukan karena sikapku yang kurang tegas?"
Billy terkejut dengan jawabanku. Itu juga mengejutkanku. Kami sama-sama terkejut dengan jawabanku yang spontan. Kurasa ini menjadi sesuatu yang berbeda dari biasanya. Memang. Itu memang benar karena Billy tertawa setelahnya. Itu membuatku menjadi malu.
"Aku berpikir bahwa Kelly akan menjawab seperti ini," dia mulai meniru gaya bicaraku, "Kau harus meminta maaf langsung kepada bibi, Billy. Tidak baik tidak mengakui kesalahanmu dan aku bisa dimarahi papa kalau begini."
Sejujurnya, aku juga tidak tahu mengapa aku bisa mengatakannya dengan cara yang berbeda. Jika aku melihat diriku, aku pasti mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Billy. Tapi sepertinya aku sudah mengalami sebuah peningkatan kedewasaan yang kuinginkan. Sepertinya, Kelly yang selalu dibilang polos ini benar-benar akan berubah.
"Aku harus segera ke lab." Kataku.
"Kau sedikit berbeda hari ini." Itu kata Billy. "Kelly tidak mungkin berhati-hati dalam mengatakan sesuatu, bukan?"
Aku mengabaikannya lalu bangkit berdiri. Billy sekarang sedikit menggodaku karena cara bicaraku yang berbeda dari biasanya. Aku tahu dia tidak berniat untuk merendahkanku, dia hanya merasa kagum saja. Mungkin juga, dia menyadari apa yang kurasakan akhir-akhir ini bisa membuatku menjadi berbeda.
Sebelum meninggalkan ruang ini, aku mengambil satu kotak makan siang dari robot mini maid. Robot ini sangat menggemaskan. Bentuknya yang seperti sebuah kapsul separo yang besar dan memiliki beberapa sekat dan ruang yang cukup untuk menyimpan beberapa alat di dalamnya. Ketika aku meminta kotak makan siang yang kupesan tadi, dia membuka bagian dari tubuhnya dengan membelah tubuhnya seperti membuka mulutnya lebar-lebar. Di sana tersimpan sebuah kotak makan siang yang terjaga kualitasnya. Aku mengambilnya dan kuucapkan terima kasih kepadanya. Lalu aku pergi dan Billy melakukan tugasnya.
Karena aku tidak mengetahui posisi dari ruang tadi, aku harus memakai fitur peta untuk memanduku sampai ke area lab fisika di Gedung 3. Dengan ini, aku bisa mengetahui posisiku sekarang dan jalur-jalur menuju ke lab fisika. Ternyata tempatnya tidak jauh, hanya beberapa langkah dan menaiki lift saja. Tentu saja, jalur yang kupilih ini pastinya jauh dari kerumunan orang.
Lab fisika ini sebenarnya sangat besar, bahkan lab ini memiliki tempat seminar sendiri yang menjadi sebuah gerbang masuk ke lab-lab fisika yang sebenarnya. Tidak semua orang bisa masuk ke ruang ini, meski hanya sebuah pintu masuk. Hanya beberapa orang yang dikhususkan bisa masuk ke area ini, seperti petinggi kampus, mahasiswa fisika segala cabang ilmunya, dan beberapa mahasiswa yang aktif yang bisa bebas masuk keluar di sini. Namun, mereka akan terbatasi ketika masuk ke lab yang sebenarnya, di mana tempat itu menjadi tempat penelitian praktek sebenarnya. Lab fisika besar di Gedung 3 memiliki banyak lab berdasarkan percabangan ilmu fisika, termasuk cabang-cabang yang sangat difokuskan dari permintaan investor. Tidak seperti lab fisika di Gedung 1, lab itu kecil dan biasanya digunakan untuk projek tugas kuliah ataupun buat bermain anak-anak agar bisa terpilih masuk ke dalam lab besar.
Sistem keamanan membaca akun dan tubuhku dalam waktu yang sangat cepat sehingga aku dengan leluasa bisa masuk ke ruang depan lab fisika. Seperti biasa, tempat ini sedikit ramai karena beberapa mahasiswa sedang mempersiapkan sebuah pameran seminar temuan yang baru dikembangkan. Jika aku melihat tiap cahaya hologram yang dipancarkan di setiap titik di ruangan ini, mereka membuat sebuah alat khusus untuk menyelam ke dalam palung laut. Alat itu sebenarnya sudah ada sejak aku lahir, namun sepertinya pihak dari perusahaan menyembunyikan temuan mereka. Jadi alat itu seperti sebuah piringan baja ringan yang tidak akan hancur oleh tekanan air dan tidak akan dimakan oleh mahluk laut di sana. Piringan itu berfungsi seperti sebuah radar untuk mengamati aktivitas di dalam laut sana. Selain itu, benda itu juga bisa mengamati bagaimana kondisi dasar laut di dalam sana, sehingga bisa memprediksikan bencana alam. Benda itu seperti sebuah mainan, kau bisa memainkannya dari rumah meski rumahmu di pegunungan selama sinyal gelombangnya tidak hancur karena gelombang tekanan di bawah sana.
Selama orang-orang sedang disibukan dengan persiapan itu, dan posisiku sedang dalam posisi yang aman, aku menggunakan sebuah fitur sealth. Fitur ini bisa membuatmu menjadi tidak terlihat di pandangan manusia, tapi masih dapat diteksi oleh kamera keamanan karena suhu tubuh dan segala aspek lainnya. Ketika fitur ini dihidupkan, biasanya sistem keamanan biasa pasti langsung dapat mendeteksinya dan akan menghancurkan penyamaran itu sesegera mungkin. Itu akan terjadi jika fitur itu adalah fitur sealth yang sering dipakai oleh orang awam pada umumnya, punyaku adalah ini seperti sebuah fitur milik mata-mata hebat di dunia. Karena posisiku, aku bisa mendapatkan beberapa fitur yang sangat bagus yang dibuat oleh beberapa perusahaan besar—dan beberapa organisasi besar dunia, termasuk perusahaan keluargaku. Akan sulit menyadari keberadaanku jika aku menghidupkan fitur ini.
Memang sedikit berbahaya apalagi aku menggunakan akun penyamaranku. Beberapa orang yang selalu mengawasi dunia pasti bisa mendeteksi hal ini dengan mudah. Tapi aku masih bisa mengatasinya dengan memanipulasi beberapa data yang terkirim. Sebut saja, aku membajak data laporan mereka. Itu tidaklah sulit bagiku, bagaimanapun mahasiswa TI juga harus bisa jaga diri dari ini.
Fitur ini berfungsi seperti cermin. Dia memanipulasi cahaya hologram di sekitar untuk mendapatkan data agar bisa memantulkan gambar sesuai dengan tempatnya. Selain itu, fitur ini juga bisa memanipulasi gelombang sinyal yang dipancarkan, bahkan seperti kosong. Itulah yang akan mengganggu sistem keamanan di sini sehingga tidak bisa mendeteksi pengguna fitur ini. Tapi, tetap saja ini masih memiliki kelemahan. Jika manusia memiliki indra yang cukup kuat, dia pasti bisa merasakan sedikit keberadaan dari seseorang yang menggunakan fitur ini.
Toh siapa yang menyadari keberadaanku? Semua orang sedang sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dan aku juga tidak sedang mengawasi seseorang yang bisa menyadarkannya akan keberadaanku. Aku kemari hanya ingin masuk ke lab fisika bidang astronomis.
Projekku ini berhubungan dengan astronomis. Di sana tugasku adalah mengawasi dan membantu dari seorang mahasiswa yang mendapatkan projek ini. Yang paling menyenangkan adalah karena aku bisa menikmati sebuah ruang hampa dengan bebas. Tapi tetap saja aku sedikit dibatasi dengan aturan-aturan yang ada, meski aku memakai nama projek besar ini. Projek ini sebenarnya mengembangkan sebuah teori ruang dan waktu.
Setelah aku berada di dekat lab itu, dan aku juga berada di posisi yang aman dari manusia dan kamera pengawas, aku mematikan fitur ini. Tepat di depan pintu lab, aku berdiri sebentar menunggu pintu dibukakan untukku. Sebenarnya, pintu ini bisa terbuka otomatis dengan cepat seperti pintu-pintu yang lain. Tapi ada seseorang yang merubah sistem kerja pintu ini menjadi lebih lambat. Siapa kah dia?
Ketika pintu akhirnya terbuka, aku disambut dengan lampu di lab yang menyala secara bertahap. Dan tepat setelah memasuki lab, aku bisa melihat satu-satunya orang yang berada di sana sedang menatap layat komputernya yang menyala. Layar komputer itu menunjukan sebuah data statis yang nyatanya itu hanyalah sebuah video buatan saja. Dia tidak benar-benar mengamati statis tersebut, dia sedang menyadarkan dirinya.
"Cih, Kelly." Dia akhirnya tersadar bahwa aku yang masuk. Setiap orang yang masuk kemari pasti menanyakan tentang masalah pintu itu, tapi hanya aku yang diam.
Lalu dia kembali ke aktivitasnya yang sebelumnya, yaitu tidur. Kursi labnya yang dibawa khusus untuknya dapat menjadi sebuah tempat tidur yang cukup nyaman untuknya, dengan sandaran kursi yang bisa diatur seperti kursi mobil. Melihatnya seperti ini, kesannya dia tinggal di lab ini. Sejujurnya, dia sering tinggal di lab ini meski dia memiliki apartemen yang mewah. Dan aku menebak bahwa dia sudah di tempat ini lebih dari dua minggu.
"Hai, Satria." Sapaku dan seperti biasa diabaikan karena dia sudah pulas. Dia adalah satu-satunya orang yang kuketahui bisa tertidur pulas seketika.
Satria itu sama sepertiku, seorang mahasiswa beasiswa super. Dia berasal keluarga yang bisa dibilang tidak mampu memberikan biaya kuliah, dan suatu keajaiban dia bisa mendapatkan biaya yang sangat besar selama perkuliahannya, sampai biaya hidupnya lengkap dengan tempat tinggal. Perusahaan yang memberikan dana kepada dirinya adalah Bryant Corporation. Sebuah perusahaan yang tidak main-main, bahkan bisa dibilang lebih besar dari perusahaan keluargaku. Itu membuat Satria memiliki keberuntungan besar karena benar-benar diperhatikan oleh perusahaan besar itu.
Yang membuat pihak perusahaan tertarik dengannya adalah sebuah artikel ilmiah yang dia buat untuk sebuah kompetisi nasional. Artikelnya itu tidak menang di kompetisi tersebut dikarenakan dibilang kurang logis. Jika diperhatikan, artikel buatannya memang kurang bisa memberikan bukti-bukti kuat tentang teori konsep ruang dan waktu yang berbeda. Hal ini lah yang diamati oleh perusahaan besar ini, sehingga dia menariknya dan memintanya untuk membuat bukti-bukti dari teorinya dengan berkuliah di JFTU. Dengan begitu, dia mendapatkan material yang dibutuhkan untuk mengembangkan temuannya. Hanya saja, Satria bukan orang yang seperti itu.
Bisa dibilang bahwa Satria memiliki idealismenya sendiri, di mana dia sangat ingin tinggal di sebuah pulau terpencil tanpa harus mengikuti perkembangan di dunia. Dia merasa bahwa hidupnya tidak akan mengikuti hal-hal mengerikan semacam teknologi yang lama-lama makin membuatnya gila. Memang aneh dia, tapi patut bisa dihargai. Orang secerdas dia pasti memiliki alasan tersendiri untuk memilih jalan hidupnya bagaimana, dan itulah dirinya. Orang yang sangat sederhana dan ingin hidup damai. Melihatnya, mengingatkan kepada kedua orang tuaku yang terkadang mengeluhkan ingin hidup damai di tempat yang sangat terpencil. Dan aku bisa memahaminya mengapa dia ingin hidup seperti itu.
Tapi sialnya, dia sudah ditawan oleh perusahaan besar itu untuk melakukan tugas penting.
Tapi bukan berarti dia tidak bisa menjalankan kehidupan yang diinginkan. Nyatanya, sekarang dia bersikap seenak diri dengan tinggal di lab.
Ah, aku hampir lupa. Dia tentunya tahu siapa aku sebenarnya. Keberadaanku sedikit membuatnya menjadi sedikit terkekang.
Kuletakan kotak makan siang yang kubawa tadi tepat di atas perutnya. Kotak makan yang hangat pasti bisa membangunkannya.
"Salmon teriyaki." Kataku.
Satria tidak akan bisa menolak makanan apalagi menunya adalah ikan.
Aku menuju ke mesin minuman yang sengaja aku set di lab ini. Mesin minuman ini dapat membuat minuman seperti air putih, minuman berenergi, teh, dan kopi. Dikarenakan Satria sangat sering minum kopi, aku mengambilkannya air putih. Dengan ini—asik makan siang—dia akan mulai bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya siang ini.
Aku duduk di kursiku di mana letaknya tepat di sampingnya, dan aku di sini melakukan tugasku. Satria lalu menghilang setelah dia makan, sepertinya dia ingin merokok sebentar di luar.
Di sini, aku memiliki projek sampingan seperti membuat baju astronot. Baju ini masih tahap pengembangan, dan masih sering mengalami kegagalan saat dicoba di ruang hampa. Projek ini juga memiliki banyak kekurangan, bahkan kekurangan orang sukarelawan untuk mengetesnya di ruang hampa. Sebenarnya, ada banyak sukarelawan yang terdaftar di lab ini. Tapi aku tidak menemukan sukarelawan yang tepat untuk uji coba pakaian ini.
Bukan untuk merendahkan, tapi keadaan fisik manusia sekarang kurang kuat untuk uji coba pakaian ini. Selain itu, ada sebagian dari mereka juga tidak menjawab panggilanku.
Memang menyedihkan.
Tiba-tiba Satria muncul dengan terengah-engah dan berkeringat. Aku terkejut karena dia datangnya dengan berlari. Sepertinya ada yang sedang mengejarnya sampai dia seperti ini. Dia pasti dalam panik sekali apalagi kondisi pintunya yang lama.
Aku bisa mendeteksi seseorang sedang mendekat ke arah lab sekarang.
"Kau tidak apa-apa?" tanyaku.
Dia mengatur nafasnya agar lebih stabil dahulu baru menjawabku dengan tenang, "Ya." Kemudian dia kembali duduk di kursinya dan melupakan apa yang telah terjadi dengannya. Sebaiknya aku tidak mempertanyakannya lebih jauh, itu yang kupikirkan sebelumnya. Tetapi, hal ini pun terjadi. Sebuah alarm berbunyi yang menandakan ada seseorang berada di luar. Orang tersebut harusnya memiliki kepentingan dengan lab ataupun orang yang ada di dalam. Jawabannya sudah jelas bahwa orang itu memiliki urusan dengan Satria.
Aku mengambil alih untuk bertanya kepada orang tersebut karena Satria tidak mau—tentu saja. Kuharap dia bukan penagih hutang.
"Ada keperluan apa?"
"Aku adalah salah satu sukarelawan dari lab ini. Saya ada janji dengan Satria hari ini."
Aku melirik ke arah Satria yang langsung menjawabku dengan mengangkat kedua bahunya. Itu tandanya bahwa laki-laki ini memiliki tujuan sendiri untuk masuk ke lab. Dan semua orang pasti tahu apa jawabannya.
"Kurasa kau salah jadwal. Satria berkata bahwa dia tidak memiliki janji dengan orang lain."
"Aku tahu dia di sana. Ayolah, man! Kau tidak akan membuatku melapor ke rektor bahwa kau membuat lab ini menjadi tempat tinggalmu."
Pihak kampus memang melarang mahasiswa untuk menginap, apalagi di lab, kecuali ada sebuah projek penting yang harus dikerjakan—dan itupun harus meminta izin langsung kepada rektor. Yang menggelikan, Satria mendapatkan teguran berkali-kali tapi pihak kampus tidak berani mengeluarkannya. Ingat siapa yang berdiri di belakangnya?
"Dia mengancammu." Kataku dengan sedikit geli.
"Ya, aku diancam karena aku tidur di lab saja." Jelas dia bersarkas. Dia memang tidak menghiraukan hal ini.
Tapi aku memiliki ide lain.
"Kau seorang volunteer, bukan?"
"Iya. Aku terdaftar resmi. Namaku Rei." Jawabnya dengan sedikit senang.
"Ya, kau boleh masuk." Kataku.
Satria langsung melototiku karena mengizinkannya masuk. Aku bangkir berdiri sambil mengedipkan sebelah mataku ke arahnya menandakan bahwa aku tidak bermain-main untuk memasukannya ke dalam lab. Ada hal yang ingin kupastikan tentangnya, dan jika cocok, dia akan menjadi kelinci percobaan yang bagus.
Laki-laki bernama Rei itu masuk ke dalam lab. Dia merasa dirinya menang karena akhirnya dapat masuk ke dalam lab. Dari tiap langkah kakinya dan pergerakan tubuhnya, aku bisa melihat sesuatu di dalam tubuhnya. Inilah yang kucari selama ini.
Aku mengisyaratkan dirinya untuk mendekatiku. Dia melakukannya dengan patuh dan berdiri di depanku. Kuperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah sambil diam-diam mengambil data pribadi tentang tubuhnya. Setelah semua data terkumpul dengan baik, aku baru menyapanya,
"Rei Pramudirga."
"Kau tahu aku?" dia tampak terkejut karena aku menyebutkan nama panjangnya.
"Sistem keamanan akan mendeteksi datamu dan menunjukan padaku apakah kau benar-benar volunteer atau bukan." Jawabku singkat. "Akan kupanggil Rei saja ya."
Dia menjawabku dengan mengangguk kecil sambil tersenyum.
"Kau masuk atas izinku, jadi keberadaanmu di sini adalah tanggung jawabku. Karena hal itu, aku tidak ingin kau bertindak sesuka hatimu untuk menikmati ruang hampa—" Sial, aku ingin menarik kata-kataku barusan. Aku seharusnya tidak mengatakannya dengan blak-blakan. "—maksudku, hanya menggunakan fasilitas di sini tanpa pengawasan. Dan kau sekarang harus mengikuti aturanku."
Seperti dugaanku, dia tidak akan merasa berat hati. Sepertinya dia sudah mempersiapkan diri akan resiko memasuki lab. Lalu aku menghidupkan sebuah layar hologram yang menunjukan sebuah data tentang kondisi tubuhnya. Tentu saja, ini akan membuatnya sangat terkejut. Kedua matanya menjadi lebih tajam menatapku.
"Maafkan aku karena lancang. Aku memerlukannya karena banyak yang suka memalsukan informasi tubuh mereka." Kataku. Ini benar-benar pernah terjadi dan sering. Itulah mengapa aku sering menolak sukarelawan yang kupanggil.
"Apakah tidak bisa minta izin?" sisi manis darinya akhirnya menghilang. Orang bisa saja bersikap seperti ini jika ada maunya.
"Sayangnya, aku tidak ingin melakukannya." Kataku yang membuatnya makin kesal.
Aku langsung menangkap kedua lengannya dan meremasnya. Seperti dugaanku, otot-otot tubuhnya cukup kuat untuk menahan remasanku yang sedikit kuat. Dia mengelak dan menjaga di antara kami, sepertinya aku sudah berlebihan.
"Itu hanya pemeriksaan langsung." Kataku. "Ada sebuah manian baru yang ingin kuuji coba, dan aku ingin memastikan kondisi tubuh dari sukarelawanku."
"Sorry?" Kukira dia sedikit lebih pintar.
"Kau bilang kau adalah sukarelawan bukan? Kau datang kemari sebagai sukarelawan."
Pancinganku berhasil membuatnya terlihat begitu kesal. Dia melototi diriku seakan dia akan menghancurkanku jika aku berbuat seenaknya seperti ini lagi. Itu membuatku menjadi lega.
"Kau lebih baik seperti ini. Tunjukanlah bahwa kau tidak senang dengan ini daripada kau harus menutupinya dengan terus-terusan bersikap manis di depanku. Itu sangat bagus untuk kesehatan mentalmu. Dan aku juga tidak menyukai sikapmu yang barusan." Aku menekan-nekan mejaku untuk memberikan sebuah perintah. Sebuah lemari yang tersembunyi muncul di balik sebuah dinding untuk menggantikan rak-rak peralatan kecil. Di sana muncul beberapa baju astronot buatanku. "Satria memiliki tubuh yang kurang kuat untuk menggunakannya, dan juga semua sukarelawan yang pernah kutemui. Dan kau adalah sukarelawan yang tepat. Kuyakin dari hasil tubuhmu sekarang adalah bahwa kau benar-benar berolah raga dalam waktu-waktu tertentu namun rutin. Selain itu, kau juga benar-benar menjaga pola makan serta gaya hidupmu untuk menjaga tubuh yang ideal seperti ini. Kau memiliki kondisi tubuh yang sangat bagus untuk mengetes baju itu."
Aku sedikit memukul meja satria dengan sedikit keras sehingga membuat suara yang lumayan membuat orang yang tertidur bisa terbangun. Kulirik Satria yang sudah mulai bangkit dari kursinya. Jika dia tidak diawasi sewaktu-waktu, dia memang bisa kembali tidur seperti itu.
"Satria akan mengawasi kondisi tubuh kita." Kataku.
Kuambil sepasang baju astronot di lemari dan kuberikan satu kepada Rei. Dia tidak bisa menolak jika dia benar-benar ingin menikmati ruang hampa. Kemudian kuminta dia untuk mengganti pakaiannya luarnya saja dengan baju astronot buatanku. Aku masuk ke dalam ruang peralatan berat untuk mengganti pakaianku. Dari dalam sini, aku bisa mendeteksi apa yang Rei bicarakan ke Satria. Rei benar-benar kesal dengan perlakukanku dan dia juga tidak ingin menjadi kelinci percobaanku. Tapi Satria berhasil membujuknya untuk mau menjadi kelinci percobaanku. Bukannya itu bagus? Satria bisa diandalkan dalam ini.
Setelah aku keluar, Rei langsung menuju ke ruang peralatan berat. Aku tersenyum kepada Satria sebagai ucapan terima kasihku untuk meyakinkan Rei. Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika Rei benar-benar tidak ingin dan pergi begitu saja. Dan pada akhirnya, aku harus melakukan projek ini tanpa kelinci percobaan. Hasil dari projek ini tidak akan maksimal.
Kulepaskan gulungan rambutku lalu aku merubah gaya rambutku dengan mengikatnya kepang satu. Setelah itu, aku mengambil dua buah helm yang berfungsi sebagai pemasok oksigen dan juga dapat melindungi kepala di ruang hampa. Terbentur dinding pembatas bisa sangat berbahaya jika tidak memakai pengaman. Lalu, untuk baju astronot ini bentuknya seperti sebuah baju yang sangat ketat. Baju ini benar-benar mengompres tubuh untuk mengurangi pasokan udara masuk ke dalam baju. Tentu saja, baju ini berbahan sangat kuat untuk bisa berada di luar angkasa sungguhan. Bahannya sangat ringan, sehingga membuatku merasa seperti telanjang.
Rei akhirnya keluar dari ruang ganti. Dia terlihat begitu malu dengan penampilannya ditambah setelah dia melihatku membuatnya menjadi lebih—aku tidak tahu bagaimana orang-orang mengatakan ini, tapi—seperti tertarik dengan tubuhku secara seksual. Sialnya, aku lupa memberitahunya bahwa baju astronot ini akan memberikan efek yang tidak membuatnya merasa nyaman, termasuk dengan bentuk tubuh yang menjadi sangat terlihat.
"Kau sudah tahu dasar-dasarnya, bukan?" aku mengalihkannya sambil memberikannya helm.
Dia mengangguk.
"Bagus. Dan kau harus mengikuti inturiksiku di dalam sana."
Setelah semuanya siap. Sebuah pintu terbuka untuk kami. Kami memasuki sebuah ruang khusus perantara antara ruang hampa dan ruang biasa. Ruang ini biasanya berguna untuk menyeimbangkan kondisi tubuh manusia jika sudah cukup lama di dalam ruang hampa. Itulah mengapa ruangan ini penuh dengan bantalan empuk dan beberapa pegangan. Biasanya manusia akan kehilangan keseimbangan karena perbedaan berat yang besar meski kekuatan gaya gravitasinya dirubah secara perlahan.
Aku memberikan tanda kepada Satria untuk mengaktifkan ruang hampa sekarang. Dibutuhkan waktu sekitar lima menit untuk menyeimbangkan antara ruang perantara ke ruang hampa. Saat tubuhku sudah menjadi lebih ringan tapi masih bisa menapak di lantai bantalan, aku melihat ke arah Rei yang juga sedang menyiapkan tubuhnya dengan bergerak-gerak seperti persiapan melompat. Dia tahu apa yang dia lakukan sejauh ini. Kemudian aku memberikan tanda bahwa kami harus masuk ke ruang hampa, dan kami pun melompat masuk ke ruang itu.
Dengan fitur desain interior, ruang ini diset dengan cahaya hologram untuk membentuk sebuah suasana di luar angkasa. Ini yang membuat ruang ini berasa lebih luas dan juga terasa seperti nyata. Ini sangat membantu secara mental dari calon astronot yang akan bertugas di luar angkasa agar tidak terkejut dan merasa terbebani. Selain itu, dengan menikmatinya saja bisa membuang beban pikiran selama ini.
Aku mengamati Rei yang jelas-jelas sangat menikmatinya. Lalu aku mengingatkannya untuk melakukan pemanasan di sana selama tiga puluh detik dengan bergerak ke sana dan kemari. Dilihat dari pergerakannya, dia sudah terbiasa dengan tempat ini.
Setelah masa pemanasan selesai, aku mendekatinya dan menggenggam tangannya. Kuberikan perintah kepada Satria untuk meningkatkan tekanan di ruang hampa ini secara perlahan. Tubuhku memang bisa menahan tekanan yang sangat kuat dan masih bisa bergerak dengan bebas. Namun, pada level yang ke sembilan, tubuh Rei mengalami tekanan yang luar biasa. Data tentang kondisi tubuhnya tiba-tiba saja berubah secara drastis. Dengan cepat aku menyuruh Satria untuk menurunkan tekanannya sebelum tubuh Rei hancur karena tekanan tersebut. Bahkan pada tekanan level yang lebih bawah, kondisi tubuhnya belum membaik. Sepertinya tubuhnya tidak terbiasa dengan perubahan tekanan yang sedikit lebih cepat.
"Satria, kondisinya tidak membaik. Kau harus mempertahankan temponya—tidak, kurangi temponya!"
Beban di sekitar tubuh memang dengan sangat lambat berkurang, aku bisa merasakannya dengan sangat detail. Tapi tubuh Rei masih dalam kondisi yang buruk. Akibat tekanan besar itu, membuat fungsi dari ototnya kaku dan akhirnya mati. Dia merasakan lumpuh di seluruh tubuhnya.
"Rei. Tenang." Kataku untuk menenangkannya. Aku tahu seberapa paniknya dirinya sekarang.
Tanda level tekanan sudah menunjukan ke level empat. Saat itu juga, aku memberikan rangsangan kepada otot lengannya dengan meremasnya dengan kuat. Aku juga mengalirkan energi dan juga tekanan ke dalam tubuhnya supaya tubuhnya bisa berfungsi dengan baik. Tidak lupa, aku terus-terusan untuk mengingatkan Rei untuk tetap tenang karena itu akan sangat membantunya dalam proses pemulihan. Aku terus mempertahankan kondisi tubuhku dan tubuh Rei sambil terus membantunya untuk stabil. Selama dia bisa mengatur emosinya, itu tidak akan membuatku kesulitan.
Bagus. Dia sudah mulai terbiasa. Energi dan tekananku berjalan dengan baik di tubuhnya sehingga tubuhnya menjadi lebih terbiasa. Akhirnya, kondisi tubuhnya mulai membaik meski belum maksimal.
"Apa yang kau rasakan?"
"Sedikit sesak." Jawabnya.
"Tubuhmu sedang beradaptasi, bersabarlah."
Aku menurunkan tekanan dari mencengkeram lengannya karena dia sudah merasa membaik, tapi aku tetap menggenggamnya. Jika aku melepaskannya, bisa-bisa dia melayang ke berbagai arah dan terbentur di dinding pembatas.
"Lebih baik."
"Apakah terlalu berat tubuhmu?"
���Sedikit."
Kurasa dia masih bisa bertahan. Di dalam level ini ternyata sangat cukup untuk melakukan beberapa gerakan di dalam ruang ini. Aku memberikan arahan kepada Rei untuk bergerak, seperti melayang ke samping dan berputar. Baju astronot buatanku bisa membantunya bergerak dengan semaunya selama berada di ruang hampa ini sehingga ini tidaklah sulit untuk bergerak. Untuk Rei, pergerakannya memang sedikit kaku karena tekanannya. Aku kemudian memandunya untuk bergerak. Selama kondisi tubuhnya sekarang sudah lebih baik, ini harus kumanfaatkan.
Kami terus bergandengan untuk bergerak bersama mengelilingi ruang ini. Dari setiap gerakan yang kuminta, dia sudah bisa melakukannya dengan lebih menikmatinya. Untuk memastikannya lebih baik, aku melepaskan genggamanku. Dia terkejut karena aku melepaskannya, dan kuminta dirinya untuk bergerak sesuka hatinya.
"Oke." Katanya dengan bersemangat.
Aku membiarkannya melakukan semua yang diinginkannya selagi aku membuka data yang barusaja kuterima. Itu adalah kesimpulan dari Satria mengapa hal tadi bisa terjadi. Dan dia menyalahkanku karena aku terlalu terburu-buru untuk meningkatkan level tingkatannya.
"Apa kau bodoh? Bisa-bisanya kau memaksa manusia biasa menahan tekanan yang biasanya kau lakukan?"
Aku meminta maaf kepadanya dan juga sedikit menyalahkannya karena tidak mengingatkanku. Kuminta dia untuk mengingatkanku tentang ini jika terjadi lagi.
"Ah! Kram!"
Aku terkejut karena Rei tiba-tiba berteriak. Aku langsung mencarinya dengan deteksiku dan mendapatinya berada di sisi ruang yang berbeda. Sial! Mengapa bisa sejauh itu dia sekarang? Padahal aku hanya menghabiskan waktu kurang dari semenit dengan Satria, dan Rei bisa melayang sejauh itu. Dan terlebih, tubuhnya sedang tidak bisa dikendalikan dengan baik karena kram ototnya. Dengan cepat, aku menempelkan tubuhku pada dinding pembatas dan memposisikan tubuhku seperti akan meluncur. Setelah itu, aku mendorong kakiku untuk meluncur mendekati Rei. Ini membuat gerakanku begitu cepat—hanya menghabiskan dua detik—untuk sampai di sisi dinding sebrang. Kugunakan tekanan sehingga aku bisa mendarat di dinding dengan selamat. Segera aku memposisikan tubuhku untuk menghalangi kepala Rei terbentur ke dinding.
Bagus! Kepalanya terbentur ke bagian tubuhku yang paling empuk. Jika bukan keadaan darurat, kepalanya sudah akan kuhancurkan.
"Makasih." Suaranya terdengar begitu terbata dan malu.
"Mana yang kram?"
"Perutku."
Jawaban itu lebih buruk dari perkiraanku.
Kugerakan tubuh Rei sampai dia bisa berdiri melayang di depanku. Kusentuh perutnya dengan telapak tangan kananku, sedangkan tangan kiriku menggenggam lengannya agar tidak melayang-layang menjauh. Di perutnya, aku memijat-mijatnya dan memberikan tekanan ringan sebagai bantuan untuk memijat otot dalamnya. Setelah kurasa bahwa keadaannya membaik, aku melepaskan perutnya.
"Makasih lagi." Katanya sambil bernafas lega.
"Ini cukup berbahaya. Kau harusnya tidak menjauh dariku, paham?" kataku.
"Oke."
Aku meminta Satria untuk menurunkan ke titik paling rendah dari tekanan agar kami bisa melakukan pendinginan. Rei sangat senang saat aku memberitahunya bahwa dia bisa menikmati ruang ini selama lima belas menit saja. Tingkahnya sepert anak kecil yang baru saja diberikan permen, dan itu mengejutkanku. Ternyata dia bisa bersikap seperti itu jika keinginannya dituruti.
Yang bisa kulakukan sekarang adalah mengawasi Rei agar kejadian tadi tidak terulang lagi. Jika aku terlambat memberikan bantalan, kuyakin kepalanya sudah terbentur di dinding. Aku sangat bersyukur bahwa aku sampai tepat pada waktunya.
Setelah waktu akhirnya habis, kami sama-sama masuk ke ruang perantara. Banyak yang bilang bahwa ketika aku mendarat di ruang perantara, aku mendarat seperti malaikat yang turun di bumi. Itu maksudnya bahwa tubuhku sudah terbiasa dengan perbedaan gaya gravitasi dan membuatku bisa mendarat dengan anggunnya tanpa ada gejolak pada tubuhku. Yang seharusnya kuperhatikan adalah Rei. Dan dia sudah bisa mendarat baik dengan memeluk sebuah tiang besi di tengah-tengah ruang perantara.
Setelah pintu antara ruang perantara dan ruang lab, aku langsung menuju ke ruang peralatan besar untuk mengganti pakaianku. Aku cepat-cepat ke ruang ini karena aku tidak dalam kondisi yang baik. Kepalaku cukup pening setelah aku menyelamatkan Rei tadi, dan untungnya aku bisa menahannya sampai sekarang. Hingga akhirnya aku mengeluarkan semuanya. Aku memuntahkan darah dan mimisan dalam waktu yang sama. Aku sudah menyiapkan kedua tanganku untuk menampung darah yang keluar dari tubuhku ini agar tidak mengotori ruang ini. Untungnya darahnya tidak banyak, dan masih bisa kutampung di telapak tanganku. Kubersihkan wajahku agar tidak bisa bercak darah, baru aku keluar dari ruang ganti.
Di sana Rei sudah menunggu dan langsung masuk ke ruang ganti. Setelah jejaknya tidak berada di lab, aku langsung menuju ke wastafel di lab untuk membuang darahku dan membersihkan telapak tanganku. Ini tidak membuat Satria terkejut karena aku yakin dia sudah tahu dengan melihat kondisi tubuhku yang turun seketika. Dia membuatkanku sebuah minuman berenergi untuk membantu energiku kembali.
"Terima kasih." Kataku.
Aku terlalu lelah untuk bergerak lagi, sehingga aku mengaktifkan sebuah robot main mini untuk membereskan peralatan. Aku duduk di kursiku sambil beristirahat dan menikmati minuman energiku.
"Sepertinya tidak efektif di level 4." Kata Satria.
"Itu karena, pertama, aku bukan seorang dokter. Kedua, aku tidak pernah memberikan tekanan halus kepada orang lain apalagi memiliki tubuh lebih lemah." Kataku.
"Kau benar-benar mempertaruhkan nyawa di dalam."
"Setidaknya aku berhasil. Tolong berikan seluruh data tubuhnya kepada Dr. Bryant. Jika ada hal yang aneh, mintalah untuk mengirimkan seseorang untuk membantu pemulihan total."
"Apa kau yakin?"
Aku tahu kemana arah pertanyaannya.
"Selama kau menggunakan namamu bukan aku.���
Satria tertawa kecil dengan jawabanku. Lalu dia menunjukan sesuatu di layar hologramnya.
"Baguslah kondisinya baik-baik saja." Aku benar-benar merasa lega kali ini.
Rei akhirnya keluar dari ruang ganti. Robot maid mini langsung mendekatinya dan dia langsung memberikan baju astronotnya.
"Ambilah gelas di mesin minuman itu dan minumlah." Kataku sambil menunjukan mesin minumanku yang berada di dekat mejaku.
"Apa ini?" tanyanya setelah dia mengambilnya.
"Minuman berenergi."
"Aku tidak pernah diberi minuman seperti ini setelah dari ruang hampa." Katanya sambil melirik ke arah Satria yang langsung mengalihkan dirinya ke layar hologramnya.
"Itu mesinku. Satria tidak bisa menggunakannya tanpa izinku." Kataku kemudian aku menarik sebuah kursi di sampingku. "Duduklah."
Aku menghidupkan komputer di mejaku untuk membuat laporan yang terjadi hari ini. Komputer menghidupkan sebagai hologram di meja sebagai monitor komputer sambil berproses untuk menghidupkan semua program. Sebuah pesan selamat datang muncul dengan nama samaranku di sana. Dan namaku ini membuat seseorang disampingku menjadi tertarik dengan layar komputerku. Aku berpura-pura bodoh tidak menyadarinya.
"Kau tidak menanyaiku apa yang kurasakan?" dia bertanya.
"Data tubuhmu sudah ditulis lengkap oleh Satria, dan sudah menunjukan hasil yang baik. Efek yang kau terima adalah meningkatnya syaraf keseimbanganmu, bukan?"
"Wow. Kau bisa tahu."
"Kau tidak terlihat kehilangan keseimbangan setelah gaya grafitasi dinormalkan. Selain itu, aku juga membaca semua data tentang hasil tubuhmu." Jawabku. "Dan sepertinya, kau sangat menikmatinya meski merasa hampir mati."
"Ah…" aku meningatkannya kenangan buruk di dalam sana. "Ya. Rasanya benar-benar gila! Kalau kau tidak bersamaku, kuyakin aku akan mati di sana."
Apa itu sebuah pujian? Ya baguslah kalau dia berterima kasih padaku karena hal itu.
"Dan aku benar-benar berterima kasih padamu, Kelly. Terima kasih banyak!"
"Bagaimana kau tahu namaku?"
Jawabannya seperti dugaanku.
"Layar komputermu menyambutmu tadi." Dia tersenyum.
Aku memukul ringan meja Satria lagi karena aku menyadari bahwa Satria sedang membuka sebuah game online di komputernya. Baru saja ditinggal sebentar, dia selalu sudah berbuat seperti ini. Dia harus dihukum dengan mengerjakan laporanku. Kemudian aku menggeserkan layar komputerku untuk menutupi layar komputernya yang membuka game online.
"Ya, maafkan aku karena tidak memperkenalkan diriku sendiri." Kataku kemudian.
"Ah, tidak apa-apa. Kau juga tidak begitu asing."
Ah, apakah harus kembali ke posting itu? Aku sudah melupakannya dengan cepat di ruang hampa tadi.
Aku tidak bisa menutupi ekspresi kecut wajahku dari Rei.
"Hei. Sorry kalau kamu tersinggung. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi, aku bisa membantumu."
"Apa yang bisa kau bantu?" tanyaku. Aku tidak tertarik dengan bantuannya, tapi aku hanya penasaran dengan apa yang bisa dia lakukan.
Sepertinya jawabanku tidak menyenangkannya. Ini yang membuatku menjadi bingung.
"Kau tahu, aku memiliki banyak teman di kampus ini." Dia menjelaskannya padaku. Aku baru menyadari bahwa aku tidak mengetahui tentang dirinya. Pantas saja dia terlihat kecewa mendengarku seperti tadi. "Dan mereka bukan orang-orang yang sembarangan. Jika kau mau bergabung dengan kelompokku, bisa kujamin bahwa rumor tentangmu akan membaik."
Tiba-tiba Satria terbatuk-batuk di belakang tubuhku. Itu mengejutkan kami berdua, tapi aku yakin bahwa Satria yang lebih terkejut tentang ini. Bagaimanapun, tawaran itu terdengar sangat bodoh jika dia tahu siapa yang diberi tawaran tersebut. Dan Satria menyadarinya sehingga dia tersedak dengan minumannya sendiri. Aku menekan belakang lehernya dengan telunjukku untuk menenangkannya.
"Mengapa kau memberikanku tawaran itu?" tanyaku dengan skeptis setelah Satria sudah membaik.
"Aku selalu terbuka dengan siapapun. Satria pernah kuajak untuk bergabung, namun dia menolaknya. Dan aku juga mau mengajakmu meski ini pertemuan pertama kita. Aku bisa merasa nyaman di dekatmu—"
"Bukannya kau merasa kesal di awal pertemuan kita?"
"Tapi kau menyelamatkanku tadi."
Alasan yang bagus.
"Bagaimana?" tanyanya.
Aku tiba-tiba mendapatkan sebuah notifikasi pesan masuk dari kekasihku. Aku membiarkannya saja dan terus memperhatikan Rei. Aku tidak ingin dia melihatku bahwa aku tidak tertarik dengan tawarannya. Sebaliknya, aku menjadi tertarik dengan tawaran tersebut.
"Entahlah." Jawabku dengan nada bingung. Aku melirik ke arah jam yang sekarang menunjukan pukul 14:53.
"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Kau bisa mempertimbangkannya." Katanya.
"Terima kasih. Akan kupikirkan." Kataku lalu aku bangkit berdiri. "Maafkan aku, karena aku harus segera pergi. Aku sudah dijemput."
Aku tidak akan melupakan Satria. Kuberikan dia sentuhan dengan ujung jari telunjukku tepat di pundak kanannya untuk memberikannya sebuah peringatan. Aku ingin dia mengerjakan semua laporan hari ini meski aku sudah pergi duluan.
"Oh, oke. Hati-hati." Rei melambaikan tangannya kepadaku.
Setelah aku berada di luar lab, aku mendeteksi apa yang terjadi di dalam.
"Kenapa lo batuk-batuk tadi?" tanya Rei. Aku memang membaca gerak bibirnya, tapi aku juga bisa merasakan apa yang dikatakannya.
Satria hanya menjawabnya dengan mengangkat kedua bahunya saja.
Sungguh menggelikan. Rei Pramudirga, dia dapat kutebak dengan niat tersembunyinya. Tapi aku masih tidak tahu apa tujuannya yang sebenarnya. Ini membuatku sangat penasaran.
Bab 4
Flying to the center