Chereads / Pieces of Memories / Chapter 21 - Ch 21. Bersenang-senang

Chapter 21 - Ch 21. Bersenang-senang

Hari ini merupakan hari Minggu. Aku, Mia dan Nadine berencana untuk menonton film di sebuah mall yang terletak di pusat kota Bogor.

Saat ini, aku sedang menunggu ojek online.

Ting!

Ada pesan masuk dari Mia yang berisikan bahwa ia sudah berangkat, tak lama setelah itu Nadine mengirim pesan yang sama. Aku membalas keduanya dengan kalimat yang sama, yaitu 'aku mau berangkat nih, lagi nunggu ojek online dulu' tak lupa memberikan emotikon tersenyum.

Tak lama setelah itu, datanglah ojek online.

"Dengan pak Amar?" tanyaku memastikan.

"Iya benar, mba Keisha ya?" balasnya yang juga memastikan.

"Iya pak."

Setelah memastikan pak Amar memberikan helm dan menungguku naik.

"Sudah pak."

"Iya mba."

Butuh waktu 40 menit untuk sampai Mall.

Disisi lain, Mia dan Nadine sedang menungguku di Toko Buku.

"Nadine, Kei itu suka komik ya?" tanya Mia.

"Iya suka, kenapa gitu?"

"Waktu aku jalan sama Farel, Farel membelikan Kei komik. Segitu sayangnya ya dia sama Kei."

"Emangnya kenapa?"

"Aku ngerasa dimanapun dan kapanpun Farel selalu inget Kei, buktinya dia memberikan kesempatan untukku tapi pikirannya selalu dipenuhi Kei," jelas Mia.

"Jangan pesimis begitu ... toh Farel sudah memberikanmu kesempatan."

"Iya sih ...."

Ting!

Mia membuka ponselnya.

"Kei udah sampai, ada di lobby," ucap Mia.

"Suruh tunggu di depan Bread Walk aja," ujar Nadine yang langsung mengabariku untuk tunggu di depan Bread Walk.

Aku melambaikan tangan ketika melihat Mia dan Nadine. Seperti mimpi bagiku dapat jalan bersama mereka karena selama ini, aku selalu jalan bersama Farel.

"Ayo langsung ke atas aja," ajak Mia.

"Emang kita mau nonton film apa sih? Sampe Mia semangat banget," ucapku.

"Malam Minggu Niko karya bang Adit. Aku liat trailernya tuh seru!" jelas Mia dengan semangat.

"Dasar kamu ini hahaa ..." sahutku.

"Mumpung udah selesai UTS dan masih ada filmnya, jadi tunggu apalagi? Ayo nonton!" ucap Mia.

"Iya iya, ini kita mau nonton jadi udah ya lompat-lompatnya," sahut Nadine malu.

Mia membalasnya dengan kekehan. Kalau saja Nadine tidak menegurnya, pasti Mia masih melompat-lompat kecil karena tidak bisa menutupi rasa senangnya. Meskipun ia akan lebih senang ketika dapat nonton bersama Farel.

"Tidak bisa hari ini, masih ada hari esok," batin Mia tak menyerah meski Farel sudah menolak dengan alasan akan mengantarkan adiknya pergi berkeliling mencari bahan untuk tugas Kimianya, tentu saja Farel berbohong.

"Duduknya di D aja ya," pintaku.

"Aku sih ngga masalah," sambar Mia.

"Ok, aku pesen dulu ya. Kalian tunggu aja dulu," ucap Nadine seraya menunjuk tempat duduk yang kosong.

Tak butuh waktu lama bagi Nadine untuk memesan tiket.

"Filmnya Malam Minggu Niko jam 2 di studio 3 kursinya di D4, D5 dan D6. Mohon dicek kembali tiket dan jamnya ya. Terima kasih," ucap seorang kasir seraya membulatkan jam dan kursinya.

"Iya, terima kasih," balas Nadine tersenyum.

Nadine langsung menghampiri aku dan Mia yang sedang tertawa, "ngomongin apa sih?"

"Masa kecilnya Mia, masa kecilnya seru banget," jawabku.

"Oh ya? Emang gimana?"

"Mia pernah nyari tutut atau keong di sawah, udah gitu sering banget main di Sungai. Terus nih ya, suka main sepeda sampai komplek sebelah, meski aku ngga tahu sih itu dimana hehehe ..." jelasku.

Mia hanya memperhatikan kami.

"Seru banget ya masa kecil kamu. Kalau aku cuma di rumah aja, aku terlalu pemalu buat main sama orang lain," ucap Nadine.

"Pemalu? Dimataku kamu tidak terlihat pemalu," ujarku.

"Pemalu kok, bahkan teman aku cuma dia satu-satunya sampai bertemu seorang gadis saat aku SMP. Dia gadis yang supel dan baik, mau menerima aku yang pasif ini," tanpaku sadari Nadine melihatku saat mengucapkan kata gadis.

"Jangan bilang gadis itu temanmu yang sudah tidak ada," tebak Mia.

"Bukan, ia masih hidup dengan sangat baik," Nadine memperlihatkan wajah sendunya.

Ting tong ting teng!

"Mohon perhatian anda ... pintu teater 3 telah dibuka. Bagi Anda yang telah memiliki karcis dipersilahkan untuk memasuki ruangan teater 3 ...."

Pengumamn tersebut menghentikan pembicaraan kami. Lalu, kami pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum menonton film tersebut.

***

"Hahaha ... seru banget ngga sih?" seru Mia.

"Banget! Aku jadi kagum sama mas Anca yang ngga bisa Bahasa Inggir tapi bisa Bahasa Polandia," sambungku.

"Iya bener, katanya jadi asisten rumah tangga harus siap dengan globalisasi, salut aku," timbal Nadine.

"Iya bener hahahaa ..." balasku.

"Ngga salah bukan aku ajak kalian nonton?" ucap Mia.

"Ngga salah dong," ucap Nadine.

"Kita mau makan dimana nih?" tanyaku.

"Foodcourt aja, biar bisa milih juga mau apa," usul Mia.

"Ok," ucapku dan Nadine.

Foodcourt ini terletak di lantai yang sama dengan Bioskop. Foodcourt ini berada di ujung mall, kami memilih duduk di pinggir. Kami sepakat untuk bergantian memesan makanan. Aku memilih Mie Ayam, Nadine Kwetiau Goreng dan Mia Bakso.

Seperti biasa, kami berbicara, bercanda dan sesekali membahas ulangan kemarin. Saat asik-asiknya tertawa, aku melihat Nadine memakai baju SMP.

"Eh apa tadi?" batinku seraya mengucek mata.

"Kei kenapa?" tanya Mia yang sadar.

"Ngga apa-apa kok, tiba-tiba mataku perih," bohongku.

"Bener?" tanya Mia memastikan.

"Iya, maaf udah buat khawatir," ucapku.

Meskipun aneh, aku tidak memusingkannya. Aku menganggap itu hanyalah angin lalu. Aku bersyukur sekali mengenal mereka, berkat mereka aku bisa jalan tanpa Farel. Sejujurnya ada perasaan tidak enak, karena aku Farel jadu tidak bisa menghabiskan waktunya untuk diri sendiri atau sekedar bermain dengan temannya.

"Makasih ya Mia, udah ajak aku nonton," ucapku tiba-tiba.

"Sama-sama, ayo makan!" balas Mia.

Kegiatan kami tidak hanya sampai sini saja. Selesai makan, kami mengunjungi toko-toko cantik seperti Pink Accessories dan melihat-lihat barangnya. Tak lupa mengabadikan moment-moment tersebut menggunakan Nadine.

"Besok udah senin lagi aja," celetuk Nadine saat mengantri untuk membeli chetaim.

"Duh, aku deg-deggan sama nilai," sahut Mia.

"Pasti nilai kamu bagus," ucapku.

"Semoga sih, kalau ngga aku kecewa dengan kemampuanku," balas Mia.

"Sejelek-jelekkan nilai kamu, paling 80," ujarku dengan nada bercanda.

"Mia memang pintar ya," sambung Nadine.

"Itu sih ngga seberapa dibandingkan Shella," ucap Mia mencoba merendah.

"Tetap saja, dibandingkan aku bagusan kamu kemana-mana," kataku seraya memilih minuman.

"Udah udah, mending pilih aja mau apa. Habis ini kita nih," ucap Nadine.

"Aku mau Hazelnut Chocolate Milk Tea yang large, toppingnya grass jelly," ucapku.

"Kalau aku, Red Bean Pearl Milk Tea yang large dengan topping red bean," sambung Mia.

"Ok," ucap Nadine sebelum memesannya. Nadine sendiri memesan Matcha Red Bean Milk Tea yang large dengan topping pearl.

Aku akan menandakan tanggal 21 September 2014 sebagai hari tak terlupakan.

***