Farel Alexi Madava merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Farel adalah teman pertamaku saat kami bersekolah di Taman Kanak-kanak Rainbow. Semenjak itu kami selalu bersama sampai saat ini. Maka, bukan hal aneh jika orang-orang mengira kami sepasang kekasih.
Awalnya Farel menyukaiku karena sosokku yang ceria, sampai ia bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya. Mulai saat itu, Farel sadar kalau selama ini perasaannya padaku hanyalah rasa kagum. Namun, rasa sukanya membawa mala petaka yang mengakibatkan sahabatnya telah tiada.
Farel berpikir jika saja ia tidak mengutamakan keegoisannya, pasti Devan masih ada dengan segala macam puisi yang ditemuinya. Oleh sebab itu, ia berjanji akan selalu menjagaku. Orang yang disukai Devan.
Farel tiba di Sekolah pukul 06.00 pagi. Farel sengaja berangkat lebih pagi guna menghindari Mia. Farel melewati kelasku dan melihat ada Shella tengah membaca buku dibangkunya.
Farel memutuskan menghampiri Shella untuk bertanya apa yang terjadi padaku belakangan ini.
"Pagi Shella," sapa Farel.
Shella melirik sekilas, "Oh Farel pagi," Shella kembali membaca buku.
"Kamu pagi banget datengnya, biasa pagi?" ucap Farel basa-basi.
Shella menutup bukunya dan berkata, "ngga usah basa-basi, langsung tanya aja."
"Kamu emang peka!" puji Farel.
Shella memasang wajah datar, "jadi mau tanya apa?"
"Belakangan ini apa terjadi sesuatu pada Kei?" Shella sudah menduga kalau Farel akan bertanya tentangku.
Shella menjawab, "Kei kehilangan uang kas, aku juga ngga tau sebabnya dan Kei harus mengganti uang kas sebagai bentuk tanggung jawab."
"Aku ngga salah dengerkan?" ucap Farel memastikan.
"Iya, ngga salah denger!"
"Berapa?"
"100.000 Kei udah ganti 20.000 ... makannya perhatiin Kei!" tegur Shella.
"Ok, makasih ya Shel ... jangan bilang-bilang Kei ya!" pinta Farel.
Shella mengangguk.
Kini Farel tahu alasanku berwajah masam 2 hari yang lalu. Farel menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjagaku dengan benar. Sudah saatnya Farel mengetahui apa rencana Nadine melalui Mia.
***
Farel menemui Mia di kelasku saat jam istirahat kedua menjadi topik hangat. Bagaimana tidak? Seorang Farel menghampiri Mia bukan aku. Aku pribadi tidak masalah, tidak ada salahnya bukan menghampiri pacar sendiri?
Aku memperhatikan sikap Farel yang lembut pada Mia, lalu Shella menepuk pundakku.
"Apa Shel?" Aku berbalik menanggapinya.
"Kamu ngga apa-apa gitu?" tanyanya yang membuatku mengernyit bingung.
"Ok ganti pertanyaan, kamu ngga masalah Farel sama Mia deket gitu?" tanya Shella lagi.
"Ngga masalah kok, malah aku senang!" jawabku.
"Kamu ngga curiga sama sekali gitu? Kalau-kalau Mia berbuat sesuatu padamu? Soalnya aku liat akhir-akhir ini dia seperti memonopoli Farel," tanya Shella sembari melirik Farel dan Mia.
Aku gatal sekali ingin bilang bahwa Mia pacar Farel, "kamu terlalu curiga, Mia itu baik kok," Akhirnya aku hanya bisa menjawabnya seperti itu.
"Jangan terlalu baik Kei ngga baik," saran Shella kembali memakan mie goreng yang dibawanya.
Ucapan Shella mengingatkanku pada ucapan Nadine saat kami bertemu di minimarket pada waktu itu.
"Kamu terlalu baik Kei. Hati-hati ditipu orang, apalagi ditusuk dari belakang, sakit lho," Begitulah kata Nadine.
Aku berpikir, "memang salah baik ke teman sendiri? Aku masih tidak percaya dengan peribahasa musuh dalam selimut."
Disisi lain, sesekali Farel melirikku untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelahnya ia melirik Nadine, gadis yang ia sukai.
Susah payah Farel manahan rasa senang ketika Nadine bersekolah disini. Namun, rasa senang Farel tidak bisa mengalahkan rasa khawatirnya padaku. Kejadian itu membuat Farel merelakan perasaan sukanya pada Nadine.
***
Hari ini Farel tidak bisa pulang bareng aku karena ada ekskul Bulu Tangkis. Aku sempat memarahinya lantaran sudah 3 kali bolos.
"Iya iya, aku latihan ..." ucap Farel lelah dengan omelanku.
"Nah gitu dong, jangan numpang nama aja!" omelku lagi.
"Iya ... udah dong Kei," mohon Farel.
"Wah ... kalau orang lain liat bisa salah paham nih, untung aku yang liat jadi aman," ucap Nadine menyindir. Nadine datang bersama Mia.
"Iya, untungnya juga Kei udah tau hubungan kami," timpal Mia berdiri di sebelah Farel.
"Kalau gitu aku duluan ya ..." pamitku.
"Eh aku juga, dadah Mia ... Farel jagain Mia, jangan kamu apa-apain anak orang!" ucap Nadine menyusulku.
"Iya, udah sana!" balas Farel mengusir.
Setelah kami pergi, Farel membisikan sesuatu pada telinga Mia, "Mia tungguin aku ekskul ya, ada yang mau aku omongin," Farel melangkah kakinya pergi meninggalkan Mia.
"Kira-kira Farel mau ngomongin apa ya?" gumam Mia penasaran.
Mia memilih menunggu di Perpustakaan, ia juga sudah mengirim pesan agar Farel tidak bingung mencarinya. Sedangkan Farel tidak peduli Mia menunggu dimana, ia membalas sebagai formalitas saja.
2 jam sudah terlewati, Farel berganti pakaian terlebih dahulu sebelum menemui Mia. Farel berjalan dengan santai sesekali membalas sapaan yang terus berdatangan.
Farel telah sampai di Perpusatakaan mendapati Mia tengah tertidur. Farel duduk di depannya, lalu merapikan buku agar mereka cepat pulang. Farel tidak tahan lama-lama bersama Mia.
Perlahan Mia membuka matanya. Mia terharu melihat Farel merapikan bukunya, ia kira itu sebagai bentuk perhatian Farel padanya.
"Makasih ya Farel, maaf aku ketiduran ..." ucap Mia lembut.
"Ngga apa-apa kok, kamu pasti cape," balas Farel dengan senyum palsu.
Mia membalas senyum Farel.
Farel bangkit dan berkata, "ayo pergi sekarang, aku mau ajak kamu makan dulu."
Ekspresi senang terpampang dari wajah Mia, "Ayo!"
Mia menahan untuk tidak menggandeng tangan Farel. Farel menyadari itu mempercepat jalannya sampai Mia sedikit lelah. Seketika lelah Mia hilang oleh gandengan tangan Farel, padahal mereka baru saja keluar dari gerbang sekolah. Farel sempat mengelus punggung tangan Mia. Mia senang bukan main, rasanya ia bisa gila.
Mereka tiba di salah satu tempat makan tak jauh dari sekolahnya. Farel yang lapar memesan nasi goreng sosis dan es teh manis, sedangkan Mia memesan roti bakar serta cokelat panas.
"Jadi kamu mau ngomong apa?" tanya Mia penasaran sembari menunggu pesanan datang.
"Kamu tau ngga apa yang terjadi pada Kei kemaren-kemaren? Aku perhatiin akhir-akhir ini Kei murung, ngga biasanya dia kaya gitu," terang Farel.
"Lagi-lagi Kei!" gerutu Mia dalam hati.
"Kamu salah liat kali, Kei baik-baik aja kok. Dia ngga murung," balas Mia seadanya. Mia sangat tidak suka jika membicarakanku saat bersama Farel.
"Masa sih? Aku udah 12 tahun temanan sama Kei, ngga mungkin aku salah!" seru Farel mencoba mengorek informasi.
"Wow lama juga ya, kalau 12 tahun berarti kamu temenan sama Kei dari umur 5 tahun?" Mia mengalihkan pembicaraan.
"Iya! Jadi apa yang terjadi pa--" ucapan Farel terpotong karena pesanan mereka sudah datang.
"Nanti lagi ya Rel, kita makan dulu," elak Mia.
Farel memasang wajah sebal.
***
Seorang anak laki-laki memakai seragam putih merah dengan pita merah putih yang terpasang di lengan baju tangan kanan dan kiri sedang menjalani Masa Orientasi Siswa atau MOS pada tahun 2010. Anak laki-laki itu sedang berdiri dekat gerbang menunggu sahabatnya, ia tidak berani masuk sendiri.
"Farel!" panggilku dengan rambut kuncir dua menggunakan pita merah putih atas perintah kakak-kakak osis.
"Kamu lama! Aku udah nunggu kamu daritadi, ayo nanti kita telat!" omel Farel.
"Hehehe ... maaf ya, ayo!" Aku menarik tangan Farel.
Selagi aku menarik tangannya, perhatian Farel teralihkan oleh seorang anak perempuan yang lewat dengan senyum mengambang di wajahnya sambil memeluk papan nama terbuat dari kardus.
"Cantik," batin Farel.
***