Farel benar-benar tidak membiarkanku bersantai walau hanya sebentar. Sudah seminggu ini Farel membuatku terus mengerjakan soal latihan menghafalkan materi yang akan diujiankan nanti.
Tok ... tok ... tok!
"Kei ... bangun nak," ucap ibu membangunkanku.
"Hhmm ..." Aku membuka mata perlahan-lahan.
"Ayo sarapan dulu, Ibu tunggu," ucap ibu berlalu.
Aku duduk dipinggir kasur dan terkejut kala aku tidak memimpikan itu. Rasanya sudah lama aku tidak tidur nyenyak seperti ini.
Drrttt ... drrttt
Aku meraih ponselku yang berada di meja belajar. Aku lihat ada pesan masuk dari Farel yang berisikan kalau hari ini tidak usah belajar, Farel meminta aku istirahat untuk ujian besok. Aku membalasnya dengan hal serupa ditambah menyemangatinya.
"Tidak terasa sekali besok udah ujian," pikirku sembari keluar kamar.
Setiba aku di ruang makan, ibu menyambutkan dengan senyuman hangatnya, "Kei, ayo makan."
Aku menggangguk, lalu duduk di sebelah ibu. Tak lama, ayah datang dan duduk di depan ibu.
"Keisha, gimana persiapan ujiannya?" tanya ayah lembut.
"Lancar kok Yah. Berkat Shella dan Farel, aku dapat lebih mengerti materi pembelajaran," jawabku.
"Syukurlah ... Ayah ngga akan nuntut kamu untuk dapat nilai bagus. Ayah hanya ingin kamu berusaha semaksimal mungkin karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Berapapun hasilnya, Ayah akan hargai itu," ucap ayah membuat hatiku tenang.
"Terima kasih Ayah," ujarku seraya tersenyum.
Ibu hanya memperhatikan kami sekaligus bersyukur kami masih lengkap dan sehat.
***
Setelah sarapan, aku kembali ke kamar dan membaca materi yang akan diujiankan nanti. Meski Farel memintaku untuk istirahat, aku tidak dapat melakukannya. Efek belajar selama seminggu memang sangat berpengaruh.
Disisi lain, Farel masih tertidur pulas. Seisi rumah tahu kalau Farel lelah sehabis belajar sampai tengah malam.
"Hahaha ... Farel jadi," seru Devan mengejek.
Saat ini aku, Farel, Devan, Nadine dan seorang anak laki-laki sedang bermain petak jongkok. Petak jongkok merupakan permainan yang dilakukan dengan berjongkok untuk menghindari pengejar.
Cara bermain petak jongkok ialah:
1. Tentukan satu orang sebagai pengejar dengan hompimpa/ pingsut.
2. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh berjongkok. Bila anak sudah berjongkok, berarti pengejar tidak boleh menyentuhnya.
3. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok.
4. Tetapi anak yang terakhir jongkok berarti akan menjadi pengejar dan menggantikan pengejar lama bila pengejar yang lama bisa menyentuhnya. Begitu juga dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya.
"Kena!" teriak Farel yang berhasil mengenaiku.
"Ah curang!" sanggahku.
"Curang apaan, orang kamu lagi lari aku kenain hahaha ..." balas Farel senang.
Tak lama setelahnya gelak tawa menyelimuti kami.
Kami tidak peduli pada pandangan murid lain ketika anak kelas 2 SMP bermain petak jongkok di lapangan pada jam istirahat. Akibatnya kami bersimbah keringat.
Farel terkejut saat membuka matanya. Ia tidak menyangka akan memimpikan kenangan saat SMP. Farel hampir saja melupakannya.
Farel terduduk di pinggir tempat tidur membiarkannya tenang sejenak sebelum meneguk segelas air putih yang ada di meja sebelah tempat tidur.
"Hah ... bagaimana aku bisa memimpikan itu?" gumam Farel.
***
"Keisha ... Ibu sama Ayah pergi dulu ya," ucap ibu dari ruang tamu sedikit berteriak.
"Iya Bu," balasku di dalam kamar.
Hari ini, ibu dan ayah akan pergi ke nikahan teman SMA. Ibu dan ayah berasal dari SMA yang sama. Setelahnya mereka berencana untuk menghabiskan waktu berdua, rasanya sudah lama ibu, ayah tidak kencan dan aku tidak mempermasalahkannya.
Sebelum berangkat ibu menitip pesan untuk mengunci pintu. Maka dari itu, aku segera menutup pintu. Aku kembali ke kamar, lalu merebahkan diriku di kasur sembari bermain ponsel. Baru 10 menit aku memainkan ponsel, baterai ponselku habis. Aku mencari-cari charger kesana kemari, namun tidak dapat menemukannya.
"Ah aku baru ingat, kamaren malam Ibu meminjam chargerku," gumamku keluar kamar. Sebenarnya aku sungkan untuk masuk dalam kamar ibu sendiri.
"Permisi, maaf ya bu ..." ucapku begitu membuka kamar. Aku langsung mendapati charger di meja rias ibu. Tanpa basa-basi aku mengambil dan tepat saat itu aku menemukan sebuah buku. Dengan rasa penasaran yang tinggi aku mengambil buku itu. Betapa terkejutnya aku ketika buku yang aku ambil adalah buku tahunan SMP.
Aku membukanya lembar demi lembar hingga sampai pada foto kelas 9D. Kalau aku tak salah ingat, Farel pernah mengatakan bahwa aku berada di kelas 9D. Saat aku membalikan halaman terdengar bunyi bel.
Ting tong!
Aku langsung menutup dan meletakan kembali seperti sedia kala, tak lupa menutup pintu.
Ceklek!
"Suprise!" seru Nadine seraya memperlihatkan kantong belanjaannya yang berisikan makanan.
"Nadine, kok ngga bilang mau kesini sih?" ucapku.
"Sengaja, biar kamu kaget," sahut Mia dari belakang.
"Dasar kalian ini. Kalian ngga apa-apa ke rumahku sehari sebelum ujian?" tanyaku.
"Ngga masalah kok. Aku udah pusing sama materi," balas Nadine yang dianggukan Mia.
"Hahaha ... kalau begitu, ayo masuk!" Aku mempersilahkan mereka masuk.
"Ibu sama ayah kamu mana Kei?" tanya Nadine yang ingin memberi salam.
"Ibu dan ayah lagi ke nikahan temennya," jawabku.
Nadine mengangguk-angguk sebagai balasan atas jawabanku.
"Ayo masuk, kita di kamar aja," ajakku.
"Wow, kamar kamu rapi banget," puji Mia.
"Ternyata ngga berubah," ucap Nadine dalam hati.
"Kalian duduk dulu aja, aku mau ambil minum dulu," ujarku sesudah menggelar karpet.
Tanpa basa-basi mereka duduk dan mengeluarkan semua makanannya. Ada ayam crispy pedas manis lengkap dengan nasi serta makanan ringan.
"Wow ... aku ngga nyangka kalau kalian beli makanan sebanyak ini," komentarku ketika masuk sambil membawa minum.
"Hehehe ... sengaja," balas Nadine.
"Nah, sekarang waktunya kita nonton!" seru Mia mengeluarkan laptop.
"Padahal Mia ngga perlu repot-repot bawa laptop," ucapku.
"Ngga masalah kok, kami udah datang tiba-tiba masa mau repotin kamu?" ujar Mia menyalakan laptop. Setelah itu, Mia membuka folder film. Ada 25 film disana.
"Ayo pilih mau nonton yang mana," lanjut Mia.
Aku melihat-lihat film tersebut, "duh bingung, film mana aja deh," ucapku kemudian.
"Aku juga. Terserah mau film apa aja," sambung Nadine.
Mia memilih film genre action dan adventure. Lalu, kami menonton bersama selama 130 menit.
***
17 Agustus 2011
Ratusan murid sedang berdiri di lapangan untuk melaksanakan upacara Kemerdekaan Republik Indonesia. Semua mengikutinya dengan baik. Tidak hanya upacara saja yang dilaksanakan. Berbagai macam perlombaan pun diadakan. Aku adalah salah satu murid yang tidak mempedulikan itu dan memilih kabur bersama Nadine ke rumahku.
"Pasti Devan sama Farel nyariin deh hahaha ..." ucap Nadine membayangkan mereka mencari kami kesana kemari.
"Hahaha ... ngga kebayang deh," balasku.
Beruntung ibu tidak curiga mengapa aku pulang lebih cepat. Ibu kira aku ke sekolah hanya untuk upacara saja.
Selagi aku berganti pakaian, Nadine duduk bersila di karpet yang ada di kamarku.
Aku masuk membawa berbagai macam camilan dan minuman bersoda. Kami menghabiskan waktu dengan bercerita yang tak jauh dari kehidupan kami di Sekolah. Waktu berjalan begitu cepat sampai Nadine harus pulang ke rumah karena hari sudah sore menjelang malam.
***