Setelah mendapat restu dari Hendrix, Micky Dan Tama betalih pada Adam, Nenek Tama, Firdan-Lidiya, Harry-Martina Dan seterusnya
Setelah acara meminta restu, selanjutnya dilanjutkan dengan makan
Firdan mendekati Adam
"Selamat direktur" ucapnya
"Selamat juga Firdan"
"Direktur, kalau saya boleh tau pria Yang itu siapa wajahnya terlihat familiar" pertanyaan itu akhirnya Firdan kemukakan sejak ia menginjakkan kakinya di kediaman Adam.
Melihat siapa Yang di tanyakan sang besan, Adam tersenyum ternyata Yang ditanyanya adalah Hendrix Grention
"Maaf, karna tidak memperkenalkannya padamu" Adam berujar sungkan
"Tidak apa-apa Direktur"
"Seperti Yang Anda dengar tadi Dia adalah Kakek Micky, ayah dari Harry, Perdana Mentri Inggris"
"Perdana Mentri Inggris?" Percayalah ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa Salah satu besannya adalah orang besar
Percayalah tidak ada kata menyesal baginya setelah menikahkan putra sematawayangnya apalagi setelah mengetahui jabatan kakek dari Micky tersebut. 'Peluang besar'
"Pantas saja terasa familiar"
"Selain Perdana Mentri, Hendrix Grention juga merupakan bangsawan kelas satu di Inggris, kalau di sini disebut keluarga ningrat, orang berdarah biru" Adam menambahkan
Mereka menatap Tama Dan Micky Yang sedang menyambut para tamu bersama Harry, Martina Dan Lidiya
'Pantas saja sombong' batin Firdan saat matanya bertemu dengan mata Harry Dan memberi senyuman dan ditatap datar oleh Harry 'cih'
***
Tama Dan Micky sekarang sedang berada di kamar Micky, terlihat jelas rasa canggung dari Tama
"Lo kalau mau duduk, duduk aja" Micky berujar datar, malas melihat raut wajah Tama. Dengan canggung Tama duduk di tepian kasur sedangkan Micky duduk disofa
Tok tok tok
"Buka" Micky memperintahkan, karena Tama merupakan suami Yang pengertian dia membuka pintu kamar tersebut
"Grandpa" sapanan Tama tersebut membuat Micky mengalihkan tatapanya ke arah pintu kamarnya
"Grandpa" panggilnya Dan hendak berdiri, tapi Hendrix melarangnya
"Tetap disitu, istirahatkan tubuhmu" Micky mengangguk, Hendrix duduk tepat di sebalah Micky Yang diikuti oleh Tama
"Kalian akan tinggal disini?"
"Tidak, kami akan tinggal dirima Oliv" Hendrix mengangguk mengerti
"Grandpa berapa lama disini?"
"Satu minggu"
"Ini mau berangkat kapan?"
Micky melihat jam tangannya "bentar lagi berangkat"
"Kalau begitu grandpa akan kembali ke hotel"
"Gak nginap disini aja grandpa" Tama menimpali
"Tidak Kevin, saya Dan Clark akan kembali kehotel" beralih menatap Micky "besok sekolah?"
"Sekolah"
"Jaga dirimu baik-baik, grandpa akan sedikit sibuk, jika luang aku akan menemuimu" pamitnya
"Hati-hati di jalan grandpa" Micky berucap tulus
"Biar Kevin Yang antar ya grandpa" Micky langsung menatap Tama cemas
"Tidak perlu kamu istirahat saja, grandpa pamit"
"Hati-hati grandpa" Micky menatapnya Lama Dan menghembuskan nafas lega
Setelah pintu tertutup kembali, mata Micky bertemu dengan mata tama "tidak perlu mencoba terlalu keras" Tama hanya menatp Micky
Selah mendengar deru mobil Yang menjauh. Micky berdiri, menghampiri Tama
"Aku sudah bosan disini, ayo pergi" saat henda mendahului, Tama menahan tangannya
"Kau tidak ganti baju dulu?"
"Tidak, aku akan menggantinya dirumah sekalian istirahat" Tama mengangguk mengerti
"Ayo" Tama menggandeng tangan Micky menuju Adam, Harry Dan Martina untuk pamit. Tidak Lama setelah acara selesai keluarga besar Tama pamit undur diri, Termasuk Firdan Dan Lidiya
"Dad, mom, kek Micky pulang" pamitnya to the point
"Kevin, jaga istri kamu" Harry berperan
"Pasti dad, kami pamit dulu dad, mom, kek"
***
Diperjalanan
"Ini masih lurus?" Tama membuka percakapan
"Em, nanti ada perempatan belok kiri sekitar 500 meter belok kanan Dan 3 rumah dari situ, catnya warna abu-abu berlapis emas" Micky menjelaskan secara rinci "nanti sampai to long bangunin" sambungnya Yang di balas anggukan oleh Tama
Perjalanan ini di isi keheningan, saat di lampu merah Tama menoleh kearah Micky terlihat jelas kalau ia lelah Dan tidak nyaman dengan posisi tidurnya
Tama memundurkan sandaran kursi Micky agar ia lebih nyaman
Setelah sampai di tempat Yang dimaksud, gerbang rumah itu terbuka sendirinya. Seolah sudah ada control nya
Tama memperhatikan bentuk rumah ini dengan seksama dan menatap Micky dalam sampai ia harus memutuskan pandangannya karna ketukan di jendela di sebelahnya
Saat terbuka, terpampanglah wajah Alex
"Micky, ketiduran?" Tanya Brayen yang di jawab anggukan oleh tama
"Biar gue bangunin" lanjut Brayen Yang di tahan oleh Jonathan
"Gue, Yang bakal bawa masuk" putus Tama
"Enggak gue aja" Alex Dan Jonathan menatap mereka, Dan memutuskan menarik Brayen
Tama menatap Brayen "kalau Lo lupa, Gue sumai sahnya" Tama berucap tajam
"Buka bagasi Lo, biar kami Yang bawa barng-barang Lo kedalam. Lo bawa Princess aja, usahain jangan sampai bangun" putus Jonathan Yang diangguki Tama
Alex menarik tangan Brayen agar bisa membantu membawakan barang-barang
Saat didalam rumah, Tama berhenti karena tidak tau mau bawa Gadis Yang dalam gendongannya ini kemana, seakan mengerti Jonathan mengarahkan
"Naik tangga" ujarnya Yang diikuti oleh Tama
"Kalian bawa barang Tama kekamar sebelah kamar princess" sambungnya Yang diangguki oleh Alex Dan Jonathan, Tama menatapnya bingung "entar gue jelasin, sebelah sini" Jonathan jembali mengarahkan Dan membuka kamar Dan menyibakkan selimut agar Tama bisa meletakkan Micky Dan kembali memasangkan selimut
"Pertama, Lo bisa sekamar dengan teman gue kalau dia siap. Kedua, kalau sesuatu Yang mendesak. Dan kenapa kamar Lo di sebelah itu karena Micky Yang minta dia perna bialang kamar disebelahnya bakal jadi kamar suaminya saat Alex nanya kenapa kami gak boleh masuk kesana. Kamarbitu selalu di kunci dan malam tadi kami baru di kasi kunci buat bisa membukanya. Dirumah ini ada enam kamar dua kamar utama di lantai dua dan sisanya temat kamar dilantai bawah. Dirumah ini Gue, Alex, Brayen punya kamar dilantai satu dan satulagi kamar tamu, jadi Lo gak perlu syok kalau liat kami mangkal di rumah ini dan satu lagi di bagian belakang itu ada kamar Yang luasnya sama dengan kamar utama itu kamar Ben-pengawal Micky" jelas Jonathan panjang lebar, dan tak Lama masuk Alex dan Brayen
Seolah tak perduli Jonathan berjalan menuju meja rias Micky, mengambil toner untuk membersihkan wajah gadis itu
"Gak usah cemburu" ujarnya datar "Micky itu adek gue"
Alex langsung mengarahkan matanya keatas, seakan tertangkap basah. Dan Brayen berdcih menatap samping. Sedangkan Tama mentap Jonatan Yang denagn telaten membersihkan sisah Makeup diwajah Micky
"Ini remot acnya mana, entar ni bocah kegerahan malah belum ganti lagi" Alex mencoba mengalihkan
"Kayaknya gue Yang pindahin deh" Brayenpun ikut mencari
"Tam, bantu gue" perintah Jonathan Yang di angguki oleh Tama. Ia muali berjalan menghampiri Micky "duduk" Tama kembali mengangguk
Setelah Tama duduk, dengan santainya Jonathan mendudukkan Micky membutnya berandar pada bahu bidang tama dengan wajah menghadap ke leher. Membuat tama merasakan sensasi aneh di bagian hatinya
"Heh" Brayen menatapnya galak
"Cari cepetan, entar ni bocah bisa dehidrasi" Jonathan tak kalah galak, Alex menatapnya malas dan kembali mencari remot ac tersebut
Dengan telaten Jonathan membuka hiasan pada rambut Micky, agar Micky bisa istirahat Yang tenang
"Gue heran ni bocah pingsan apa tidur si, dari tadi lu ruhin kagak bangun-bangun" Alex bertanya cemas
"Tidur tu bogok, dia kelelahan" jawab Jonathan
"Lu pake otak bentar bisa gak lex, cepat cari remotnya" Jonathan ikut kesal, selelah selesai dengan rambut Micky ia kembali membaringkan Micky dan Tama memperbaiki letak selimutnya
Jonatan berjalan menuju sofa kamar itu dan menatap alex
"Bagusnya Alexa itu adek gue, yakin gue dia tertekan punya krmbaran modelan lu" Jonatan
"Gue stuju" Brayen ikut duduk Selah mendalatkan Yang ia cari, dan segera menyalakan Ac
"Seger" ucap Alex
Saat hendak keluar tama langkah Tama terhenti olrh suara Brayen "kunci kamar Lo" dengan melemparnya pada Tama
"Gue gerah mau mandi" ujar Alex mulai beranjak dan diikuti keempat orang tersebut menuju kamarnya masing-masing untuk isirahat
#TBC
Jangan lupa like and comments guys
Mohon maaf utuk typo Yang bertebaran di mana-mana, maklum kandang gak ngeh salah ketik.