Chapter 33 - 32

Merasa ada yang aneh, setelah makan Micky menyempatkan diri untuk pergi kekamar Tama. Ia sudah mengetuk beberapa kali tapi tidak juga mendapat tanngapan. Merasa semakin janggal tanpa aba-aba ia langsung masuk ke kamar tersebut

"BEN" teriak Micky panik, wajahnya sangat terlihat kerakutan

*

*

*

*

*

Mendengar teriakan Micky, dengan sangat cepat Ben berlari kelantai dua untuk menemui nonanya tersebut, bahkan buku Yang sebelumnya ia baca ia lemparkan begitu saja karna panik

Sumpah Demi Tuhan, Micky sekarang sangat ketakutan dan juga cemas pada Tama, lihatlah sekarang pria itu tergeletak dilantai tidak sadarkan diri belum lagi kepala dan hidung Yang berdarah

"Kenapa nona?" Tanaya Ben dengan nafas Yang tersengal-senggal. Micky pergi kearah Tama dan mengangkat kepala Tama kepangkuannya

"Siapin mobil cepat! " perintah Micky

"Diluar sedang hujan deras nona, itu tidak akan baik untuk kondisi tuan muda"

Blank itulah Yang dirasakan Micky sekarang, bahkan ia tidak sadar sedang turun hujan lebat diluar sana, belum lagi petir dan kilat Yang menemani. Memejamkan mata dan mengatur nafas. Setelah agak tenang micky kembali menatap Ben

"Angat dan bawa kekamarku" perintah Micky jelas

"Baik nona" Ben langsung mengangkat tubuh Tama dan membawanya menuju kamar Micky Yang di ikuti Micky dibelakang mereka

Setelah membaringkan Tama, Micky memerintahkan Ben untuk membawa alat-alat kedokterannya Yang ia simpan aman

Setelah itu Ben pamit untuk mengambilnya dan kembali dengan semua barang Yang dibutuhkan nonanya tersebut

"Ben, setelah hujan reda tolong carikan cairan infus sekitar tiga sampai Lima botol dan obat demam" perintahnya kembali

"Baik nona, saya permisi" sebelum benar-benar pergi Ben menyempatkan diri melihat raut wajah khawair Micky Yang sedang membersihkan sisa noda darah Yang menempel di wajah maupun hidung Tama. Melihat betapa cemasnya Micky, Ben menanggapinya dengan senyum hangat

*

*

*

*

*

Setelah kepergian ben tadi, Micky dengan telaten memasangkan infus punggung tangan tama, memasangkan selang oksigen dan mengecek suhu badan pria tersebut. Ia juga sudah menyuntikkan beberapa obat pada Tama

Sekitar dua jam, Tama sadar dari pingsannya dan mendapati dirinya tidak berada dikamarnya melainkan dikamar Micky belum lagi selang infus dan tabung oksigen Yang ada di dekatnya, atau mugkin bisa disebut Yang sedang ia pakai. Kepalanya masih terasa pushing belum lagi suhu tubunya Yang sangat panas tapi dia merasa menggigil

Sekitar 15 menit kemudian Micky datang dengan membawa napan berisi bubur dan air hangat

"Kau sudah bangun?" Tanyanya dan dijawab anggukan oleh Tama

"Apa aku boleh membuka ini? Aku tidak nyaman" Tanya Tama sambil memegang selang oksigen yang masih terpasang dihidungnya

Tersenyum, Micky menaruh napan Yang ia bawa keatas narkas terlebih dahulu dan membuka selang itu

"Apa kau makan siang tadi?" Dan dijawab gelengan oelh Tama, menghembuskan nafas lelah Micky duduk di tepian kasur Yang di tempati Tama dan membantu pria itu untuk duduk dengan menyangga punggung Tama dengan bantal. Sebenarnya Tama cukup terkejut dengan tingkah Micky, bahkan ia sadar kalau Micky tidak lagi memanggilnya dengan panggilan Lo hal itu sangat membuatnya senang apalagi diperlakukan sangat baik seperti sekarang ini

"Seharusnya kalau sakit bilang, kalau gak ke aku bilang Sama Ben biar ditangani cepat agar gak drop kayak tadi malah sampai luka lagi" tutur Micky bahkan kekhawatiran tergambar jelas diwajah gadis cantik Yang menyandang status istrinya itu. Membuatnya menyunggingkan senyum manis diwajah tampan pucatnya itu

"Maaf" tutur Tama

"Aku tidak butuh kata maaf darimu, sudahlah makan" Micky mulai menyuapi Tama Yang di sambut baik oleh Tama. Baru suapan pertama Tama sudah menyerah, bukan karna rasanya tidak enak melainkan karna terasa pahit saat ia menelan bubur tersebut

"Buka mulut mu" Yang dijawab tama dengan gelegan dan menutup mulutnya rapat-rapat

"Ini baru sesendok Vin"

"Rasanya pahit" keluhnya

"Buka mulut mu, kalau gak di makan gimana mau sembuh"

"A" denan terpaksa Tama kembali membuka mulutnya dan menelan bubur tersebut walau terasa pahit.

Sudah setengah bubur itu ia makan, sekarang ia benar-benar angkat tangan tidak sanggup untuk makan lagi

"Sesendok lagi"

"Kalau aku makan sesendok itu, nanti akan aku muntahkan semua Yang udah dimakan" tutur Tama

"Baiklah, minum obat ini" Micky memberikan obat Yang sudah dibeli oleh Ben dan memberikan air pada tama "sekarang kembali istirahat, aku akan akan mengantarkan ini kebawah dulu" saat akan pergi Tama kembali menahan tangan Micky dan membuatnya kembali duduk

"Jangan pergi" mohon Tama, micky membantu tama untuk kembali berbaring dan membelai rambut Tama menenangkan

"Aku akan segera kembali" ucap Micky, sebelum pergi Micky menyempatkan diri untuk mencium kening Tama dan kembali mengambil napan di atas narkas dan membawanya keluar hingga gadis itu hilang setelah pintu kamar itu tertutup

"Kalau tau kau akan sehangat ini, maka aku rela untuk selau sakit agar kau tetap padaku" gumam Tama

Setelah beberapa saat, terdengar pintu Yang terbuka dan kembali tertutup membuat hilangnya lamunan Tama dan kembali menatap gadis tersebut

"Kau belum tidur? Tidurlah istirahatkan tubuhmu"

"Kau tidur dimana?"

"Ini kamarku, kalau kau lupa" mendengar itu Tama menggeserkan tubuhnya kearah tepian karna dia sekarang berada ditengah-tengah

Seakan mengerti Micky naik kekasur tersebut dan menyamankan posisinya. Percaya atau tidak, sekarang baik jantung Tama maupun Micky berderak sanagat kencang. Walaupun Micky tergolong manusia es tapi ini pertama kainya ia tidur dengan seorang Yang ia lihat sebagai seorang pria. Suaminya.

"Emm, Micky?" Panggil Tama ragu sekaigus gugup

Hal Yang sama juga dirasakan Micky, mencoba ngontrol diri terlebih dahulu merupakan hal Yang dilakukan Micky sebelum menjawab panggilan itu

"Apa" jawabnya setelah menguasai diri

"Boleh peluk gak?" Tanya Tama hati-hati

"Hah" sungguh Micky syok mendengar permintaan tama tersebut

"Eh, luapain aja. Tidur Yang nyenyak, selamat malam oliv" elak Tama dan mengucapkan selamat tidur pada Micky tak lupa juga mencium kening Micky Lama sebelum kembali tidur. Sungguh Yang barusaja dilakukan Tama sanagt berdampak pada kesehatan jantungnya. Setelah bergelut dengan hati dan fikirannya Micky mengambil keputusan

"Kalau begitu sini peluk" ucapnya dan merentangkan tanganya pada Tama Yang di sambut baik oleh pria tersebut "hati-hati infusnya" Micky mengingatkan. Ia memeluk dan mengelus punggung Tama dengan lembut. Mendapatkan kenyamanan dari usapan Micky membuat Tama terbuai dan memejamkan matanya. Ia tertidur.

Menyadari Tama Yang sudah tertidur pulas Micky mulai mengamati bentuk wajah pria Yang menyandang status sebagai suaminya tersebut. Hidung mancung, alis tebal, bibir merahnya seolah memberitahukan bahwa ia tidak pernah tersentuh rokok, belum lagi kulitnya Yang lembut dan rahangnya Yang tegas. Seakan terhipnotis Micky mencium pipi tersebut dan membenamkan kepalanya di da da bidang Tama. Tanpa disadari Tama tersenyum dalam tidurnya

Untuk pertama kali setelah hampir seminggu menjadi sepasang suami-istri mereka tidur ditempat Yang sama, tidak seperti orang asiing

#TBC

Jangan lupa like and comments guys

Mohon maaf utuk typo Yang bertebaran di mana-mana, maklum kandang gak ngeh salah ketik.