"Eh tunggu, gua baru ingat bukannya Micky itu pindahan dari kanada ya?" tanya Caca
"Iya" jawab Brayen, Alex dan Jonathan serempak
"Ternyata kalian kompak juga ya" puji Ilham salut
"Terus gimana kalian contakan sampai Micky kesini, akur banget gue liat-liat gak model orang Lama pisah" tanay Caca lagi
"Waktu pisah sama Micky gua tanya sama dia 'dia mau gak jadi teman gua' dan dia bilang kenapa enggak terus dia ngasih no. Telfon sama gua"
"Eh semudah itu? emang dari kecil dia udah punya hp?"
"Iya, lagian Kenapa enggak, dia orang kaya, dia merengek minta helikopter aja sejam setelah itu dia langsung dapat helikopter keluaran terbaru" jelas Alex dan itu memang fakta
"Sekaya itu, wah" ucap Ulfa tidak percaya "tapi gua salut sama dia, dia gak sombong, gak bangga-banggain kekayaan orang tuanya"
"Dia itu kaya bahkan tanpa kekayaan yang di beri ortunya" jelas Jonathan
"Oh iya, kayaknya lo dekat banget ya sama Micky" akhirnya Tama mengeluarkan suaranya. Setelah dari tadi diam dan hanya mendengar cerita orang-orang itu, Tama bertanya pada Brayen karana mengingat kalau Brayen pernah mengatakan kalau ia menyukai Micky
"Memang, tapi Alex yang paling dekat sama dia lebih dari Jonathan dan gua" Alex mengangguk membenarkan
"Oh iya gua balik kepertanyaan gua tadi, terus kalian kotakan sama Micky cuma lewat telfon tanpa tau gimana muka dia?" ucap Ulfa
"Iya, kami telfonan sama Micky itu sejak dia pergi, Micky ngasi kami dua no. Pertama no. Ponselnya yang kedua no. Telpon rumahnya"
"Kami mulai video call pertama kali pakai skayp sampai ada bbm, iG, sama wa"
"Kalian gak kaget gitu, liat muka Micky waktu itu"
"Kaget pasti, karna dia makin cantik dan anggun, tapi wajah kecil dia sama waktu pertama kali kami lihat itu masih ada persamaan" jelas Brayen
"Kami?" Tama kembali bertanya
" iya, kami selalu kumpul bertiga nunggu telfon dari Micky"
"Kalian ngumpulnya dimana?" tanya Ilham
"Dimana aja" jawab Alex
©©©
Mobil Micky memasuki perkarangan perpustakaan ia memarkirkan mobil sportnya dan melangkah masuk kedalam perpus
Di sepanjang perjalanan ia kembali menjadi pusat perhatian karna penampilan yang begitu sederhana tapi tetap terlihat cantik
Bagaimana tidak, dengan rambut Yang tergerai, Micky memakai celana jins putih dan baju kaos hitam dengan lapisan kardigan ala k-pop dengan warna biru toska dan tidak lupa dengan slinbag dan kaca mata hitamnya Yang membuatnya semakin menonjol
Siapapun yang melihatnya pasti tau kalau Micky merupakan orang kaya karna semua yang ia kenakkan terlihat limited edition
Tidak menghirapukan semua ucapan yang di tujukan padanya, ia berjalan menuju lift dan menekan tombol 3 karna mereka memang kerja kelompoknya di lantai tiga
Setelah sampai, ia berjalan menuju meja paling pojok perpustakaan itu, meja itu terletak dekat jendela dengan kaca bening
Micky bingung kenapa tiga sahabatnya juga ada di sini
"Kalian ngapain disini?" tanyanya yang membuat pembicaraan mereka seketika langsung berhenti, menoleh padanya
'Subahanaulloh kok micky bisa secantik ini' batin Caca
'Nikmat mu yang mana lagi yang telah aku dustakan ya allah' batin Ilham
Tama melihat Micky dengan takjub 'sedarhana tapi punyai daya tariknya tersendiri' ujar Tama dalam hati
"Ngapain bengong" ucap Micky heran, Ia melirik jam tangan di pergelangan tangannya "perasaan janjinya jam dua sekarang masi setengah dua, tapi kok gua kayak telatnya lama banget"
"Kami yang datang kecepatan, sekalian tadi gua sama Ulfa makan dulu" Micky mengangguk mengerti
"Lo udah makan" Micky menjawab pertanyaan Jonathan dengan gelengan
"Kok belum?" tanya Ulfa "ya karna belum" jawab Micky langsung
"Lo gak bawa buku?" tanya Caca karna gak meliat Micky memegang apapun
"Bentar lagi diantar"
"Sama siapa?"
"Ben"
Setelah beberapa menit menunggu, datang seorang pria dengan tubuh tegap, tinggi, kulit putih dada bidang dan tegap. Tama melihat ke arah pria itu, ia merasa pernah melihat orang ini, tapi ia tidak ingat pernah melihat dimana
Pria itu mendekat dan memberikan sebuah buku dan paperback yang berisi roti air mineral dan satu jus apel pada micky
"Makasih"
"Saya pamit nona" pamit Ben
Setelah Ben pergi, Ulfa langsung bertanya dengan antusias yang tinggi "Eh Mic, babang yang ganteng tadi itu siapa?"
"Ben"
"Pengawal lo?"
"Dia bukan seorang pengawal, dia itu seorang prajurit yang ditugasin sama grandpa buat ngawasin sama lindungin gua" tegas Micky, ia kesal saat ada orang mengatakan Ben itu pengawalnya walaupun pada kenyataannya Ben memang pengawalnya, tapi ia sudah menganggap Ben seperti kakak kandungnya
"Lo udah lama sama dia" tanya Tama
Micky melihat kearah Tama sekilas dan kembali melihat buku yang ia pegang "dari kecil, dia dari kecil udah sama gua"
"Pantesan lo gak mau bilang gua ganteng, ternyata lo udah capek dikelilingi cowok-cowok ganteng" Micky tersenyum mendengar penuturan Alex
"Udah ah, kapan mualainya ni?" tanya Micky
"Ya udah, kita langsung aja" jawab Tama
Mereka mengerjakannya dengan serius, sesekali terdengar keributan yang di timbulkam kelompok Brayen tapi Micky tidak menanggapi
Setelah hampir 2 jam. Sekarang Mereka telah selesai mengerjakan tugas kelompoknya
"Lo tadi dari rumah sakit?"
"Enggak dari rumah"
"Rumah lo, rumah kakek?"
"Rumah gua"
"Lo punya rumah sendiri?"
Ulfa terus memperhatikan Micky dan tersenyum "ngapain lo ngeliatin gua gitu banget?" risih Micky
"Gua penasaran sama lo" ujarnya jujur
"Gak ada yang menarik sama hidup gua"
"Oh iya Mic, kata si Natan lo udah kenal sama dia dari umur tiga tahun" tanya Caca pada Micky
Micky melihat kearah Jonathan dan kembali menatap Caca "iya"
"Gua iri sama pertanan kalian" ujar Caca "gua gak pernah dapat teman yang benar-benar mau terima gua apa adanya" lanjutnya
Micky menatapnya dan memberikan senyum hangat pada Caca, melihat itu Caca dan entah mengapa air matanya menetes
Dengan cepat Micky megusap air mata Caca itu "kenapa nangis" tanyanya lembut
"Lo, mau gak jadi teman gua" Micky kembali lersenyum "kenapa enggak, koleksi teman cewek gua masih dikit" jawab Micky dan terkekeh
Kekehennya itu mampu membuat siapapun menoleh Dan akan meleleh
"Gua juga dong, masa kalian temanan cuma berdua, gua juga mau keles" ujar Ulfa
"Princess, makanan lo kayaknya enak deh" ucap Alex, micky melempar satu rotinya pada Alex yang disambut dengan senanghati olehnya
Pas Alex membuka kemasan roti tersebut dengan cepat Jonathan merebutnya dan membagi roti itu menjadi dua bagian "berbagi itu indah" ucapnya dan tersenyum
"Pala lu indah, gua tadi belum makan. Mama ngoceh sama gua karena gua gak sengaja mecahin vas dia" curhatnya
"Itumah derita lo" timpal Jonathan
Micky membuka bungkus rotinya dan melihat ke arah Brayen "lo belum makan jugakan?" Brayen menggeleng "gak usah bohong, gua tau kapan lo bohong dan kapan lo jujur" tambah Micky
Micky memotong makanannya dan memberikan sebelahnya lagi pada Brayen. Dan memberikan roti lainnya kepada Yang lain
Caca terus memperhatikan mereka, ia dapat melihat ketulusan dan kehangatan dari tatapan Micky pada kedua temannya
"Oh iya, tadi Brayen nanya lo dari rumah sakit. Ngapain lo di rumahsakit, sakit lo?" tanya ulfa
"Rapat" jelasnya singkat, tiba-tiba ia teringat sesuatu "eh J tadi gua liat Lara deh dirumah sakit"
"Bukan urusan gua" Micky menatap Jonathan tajam
"Dia kedokter kandungan loh" sontak kata-kata itu membuat semua orang dimeja itu memperhatikannya "Lo gak ngapa-ngapain anak orangkan" curiganya
"Astaufirullah Micky. gua akui gua memang brengsek, tapi seberengsek apapun gua, gua masih hormatin dan hargadiri cewek karna lo sama bunda itu cewek dan gak mungkin gua lakuin itu. Sedangkan gua mainin cewek aja gua keingat lo karena itu gua gak berani lakuin yang kelewat batas" jelasnya, Micky mengangguk dan melirik Tama, Tama dan Ilham sadar dangan lirikan Micky itu
Ilham menmencoba mengalihkan pembicaraan "eh nyet, gak nyangka gua playboy kayak lo manggil boyok lo dengan sebutan bunda" ejeknya pada Jonathan. Micky sadar Ilham mencoba mengalihkan pembicaraan, Micky teraenyum miring
"Berisik lo" seketika mereka semua tertawa kecuali Micky bahkan Tama aja ikut ketawa
"Eh princess, gua nginap di rumah lo ya. Malas pualng gua" ujar Brayen
Micky mengangguk "terserah lo" Micky mengambil kunci rumah dari tasnya dan memberikannya pada Brayen
"Eh princess bukannya rumah lo disita sama kakek?" tanya Jonathan
"Sita apaan, yang punya rumah gua. Gak ada istilah rumah gua disita, cuma gua lagi dihukum gak boleh tinggal sendiri"
"Kalau gitu gua juga nginap rumah lo, malas gua pulang entar di ceramahin sison 2 " ujar alex
"Kok gua ngerasa kalau mereka sering nginap dirumah lo ya Mic?" tanya Caca
"Memang" jawab mereka berempat serempak
"Kok bisa?" tanya Ulfa
"Di dalam rumah gua mereka punya kamar masing-masing dan ada barang mereka masing-masing. Mungkin rumah gua lebih bisa dibilang bestcham" jelas Micky
Mereka mengangguk ngerti
"Eh Lex, beneran kalian the most wanted boy sma sky dream?"
"Iya Mic, mereka ini the most wantad boy sekolah tambah kak Adrian sama Gery kelas XI.5" jawab Ulfa antusias tetlihat Ilham sama Alex membusungkan dada
"Yang posisi satunya siapa?" tanya micky
"Gua ragu ada yang bilang Tama dan ada juga yang bilang Brayen" jelasnya
"Selera anak sma sky dream jelek ya" Tama dan Brayen menatap Micky tajam, tapi Micky malah gak peduli
"Eh tambah satu lagi si anak baru, siapa namanya Ca?"
"Vernon?" tanya Caca
"Iya dia. Eh Micky tapi kayaknya dia suka deh sma lo dan lo kayaknya dekat sama dia"
"Dia? Brian? mantan gua" jawab Micky enteng
"Terus"
"Gak ada terus-terusan"
"Ih, lo mah gak asik" ucap Ulfa sok ngambek
"Ok ok gua ceritain, Dia gak terima gua putusin. Menurut gua dia cukup beruntung karna dia gua jadiin pacar selama tiga bulan"
"Dia korban lo?" tebak Ilham dan Micky mengangguk "tapi gua itu pantang dan gak pernah dan jangan pernah gua pasang dua dan dia juga tau jadi bahan taruhan gua sama teman gua"
"Taruhannya apa?"
"Liburan ke hawai + makan geratis selama satu bualan"
"Gak nyangka gua, lo kaya tapi suka yang geratisan juga" ujar Ilham
"Kampret" umpat Micky "MAAF SEBELUMNYA, kalau makan geratis ala gua itu bukan di kantin sekolah atau cafe, tapi di restoran berbintang paling enggak bintang 5"
"Buset"
"Mantan lo udah berapa Mic?" tanya Ulfa
"Gak ke itung" jawab Brayen, Alex dan Jonathan serempak. Micky tampak tak peduli
"Kok gitu?"
"Dia itu, tiap minggu gonta ganti pacar" ujar Alex
"Eh, lo tadi bilang lo biasa makan di restoran berbintang?"
"Iya"
"Lo gak pernah makan di pinggir jalan?"
"Enggak. gak dibolehin"
"Anak orang kaya mah gitu" ucap Ilham
Tama terus memperhatikan Micky. Ada sedikit rasa sakit saat Micky mengatakan kalau Vernon adalah mantan pacarnya tapi kenapa Micky manggil vernon dengan panggilan tersendiri seperti dia manggilnya. Apa karna Tama saja yang kepedean?
"Kok lo manggil Vernon dengan panggilan Brian?" tanya Tama akhirnya karna tidak bisa menahan rasa ingin taunya
Micky menatapnya dan membuka jusnya meminumnya menggunakan pipet "waktu gua smp, gua satu kelas sama dia semua murit kelas manggil dia dengan panggilan Brian" jelas Micky
Tama memalingkan wajahnya dan tersenyum, ada rasa lega saat ia mendengar jawaban Micky tersebut
"Eh princess kayaknya jus lo juga enak deh" sahut Alex lagi untuk minta jus yang sedang di tangan Micky
Ketika Micky hendak memberi ke alex, Brayen langsung mengambil alih jus ditangan Micky membuang pipetnya dan meneguknya sampai habis
"Yah" keluh Alex dan Jonathan bersamaan
"Lo, aus apa demen" tanya llham heran
"Gua baru tau, Micky itu kalau sama mereka bertiga bisa kayak gitu bahkan gak terlihat kalau dia itu cewek es" bisik Ilham pada Tama, Tama memperhatikannya dan tersenyum
#TBC
Jangan lupa like and comments guys
Mohon maaf utuk typo Yang bertebaran di mana-mana, maklum kandang gak ngeh salah ketik.