Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Skizofrenia Paranoid • Lee Mark

🇮🇩AngellicaAnastasya
--
chs / week
--
NOT RATINGS
21k
Views
Synopsis
"Kamu bukan sakit, kamu itu hanya berbeda dari orang awam. Kamu cantik, kamu unik, kamu keren" - Lee Mark. "Kamu terlalu fokus dengan kekurangan kamu, sampai kamu tak mempedulikan banyaknya kelebihan pada dirimu itu yang mungkin tidak ada pada orang awam" - Lee Mark.
VIEW MORE

Chapter 1 - 1°

Hai! Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca ini, semoga tertarik dan suka ya dengan ceritanya!

Berhubung ini menyangkut dengan Skizofrenia Paranoid, saya mau bilang kalau pengetahuan cerita ini terbatas dengan apa yang saya cari dan lihat-lihat lewat media ini.

Tidak ada keluarga, atau sekitar saya yang menjadi psikiater atau yang tahu jelas tentang bagaimana Skizofrenia Paranoid tersebut.

Oleh karena itu, kalau ada keliru-keliru saya minta maaf dan tolong dimaklumi.

Happy Reading!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jangan lupa minum obatnya yang teratur, nanti kalo keliatan gilanya bahaya. Bisa-bisa gak ada yang mau berteman sama kamu atau bahkan dibully" ucap sang ayah pada anak sulungnya bernama Haneul.

"Jangankan pas kambuh, aku sendiri juga gak bisa dan malas bersosialisasi" ujar Haneul membatin.

~~~

"Silahkan memperkenalkan diri" ujar sang guru.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Haneul. Semoga kita bisa berteman dengan baik" kemudian ia menunduk sekitar 2 detik.

"Astaga dia cantik sekali"

"Woah gila, dia bodygoals sekali. Wajahnya juga mendukung, kenapa tidak sekalian jadi idol? Pasti laku"

"Gila, dia cantik bukan main"

"Cantik banget huhu insecure deh aku"

"Ini cantik yang diincer doi banget, cantik dingin tegas swag gitu. Woi bagi tipsnya dong!"

"Woi ini mah cantiknya ngalahin lo, auto jadi famous 1 sekolahan ini mah dia"

Haneul hanya menatap mereka satu per satu yang berbicara, kemudian menunduk sedikit dan berkata "Terimakasih"

"Anak-anak silahkan diam dan buka materi kita terakhir sampai dimana" ucap pak guru menenangkan mereka.

"Nah nak" Haneul reflek terkejut dan menjauhi tubuhnya karena punggungnya dipegang pak guru tersebut.

Sang gurupun segera paham, "Ah iya saya paham, maaf" sang guru tertunduk sedikit.

"Nah nak silahkan kamu cari tempat duduk yang kamu mau"

Haneul menunjuk kursi paling belakang "Meja paling belakang, yang diduduki oleh lelaki berkacamata itu. Apa dia sendirian? Kalau iya saya akan duduk disana" jelas si Haneul, karena meja belakang tidak ada lagi yang kosong selain meja lelaki tersebut.

Jelas dia memilih yang paling belakang, karena kalau didepan dia akan merasa tertekan, stres dan tidak nyaman karena seakan-akan semua menatap gerak gerik Haneul.

Haneul paling benci ketika dia menjadi pusat perhatian.

"Ah iya itu kosong kok, dia sendirian. Kalau dia berisik atau berbuat apa-apa dipukul saja karena dia itu anak nakal" ujar si guru dan Haneul mengangguk kemudian menunduk sedikit sebagai hormat dan berjalan ke meja orang itu.

Semua mata akhirnya terfokus pada Haneul, astaga Haneul membenci posisi ini. Tapi untung obatnya masih bekerja dengan baik.

Meja perempuan yang ada didepan Haneul langsung menggosipinya, begitupun meja yang lain pastinya.

"Kenalin, gue Haechan" ucap sang anak yang ada disebelah Haneul.

Haneul mengangguk dengan tangan yang sibuk mengurus buku-buku pelajarannya itu.

"Omong-omong, lo cantik"

Haneul menoleh dan menunduk sedikit, "Terimakasih"

Haechan hanya tertawa kecil, "Woah pertama kali gue ketemu manusia kayak lo. Lo tau? Semua cewek kalo gue gituin langsung pada baper, pada luluh. Lo enggak ya ternyata, biasa aja. Keren" ocehnya yang tak Haneul pedulikan.

"Lo dah punya pacar? Secantik ini sih harusnya banyak ya gebetannya?" lalu dia terkekeh sendiri.

"Gw si belum, lu gimana?" tanya Haechan lagi membuat Haneul cukup emosi.

Haneul memutar bola matanya karena malas, "Belum" jawabnya dingin.

"Pantes lu duduk sama gw, pasti lu udah sedikit tertarik kan sama gw?" katanya dengan sangat pede.

"Apa sih bocah ini" batin Haneul.

"Diem bisa ga? Berisik aja bocah" balas Haneul yang sudah tak tahan.

"Yaampun iya maa—"

"Diem atau gue laporin lo yang lagi makan permen karet itu?" potong Haneul dengan tegas dan Haechan cukup kaget karena Haneul tahu dia yang sedang memakan permen karet.

Padahal Haechan sudah menjaga mulutnya dengan baik agar tidak ketahuan karena Haechan tidak tahu kepribadian Haneul apakah dia seorang yang pengadu pada guru atau tidak.

Akhirnya Haechan terdiam menurut pada Haneul.

"Astaga, pertama kali gw liat Haechan kicep sama temen sendiri" Ujar orang yang ada dimeja depan sambil berbisik.

"Heh! Ngomongin apa lo ke gw?" Kata Haechan yang tidak senang mendengarnya dan kedua perempuan itu melanjutkan aktivitasnya.

~~~

Akhirnya jam istirahat, semua orang yang ada dikelas langsung berkeluaran tapi tidak dengan Haneul.

Haneul hanya memasang earphone, menidurkan kepalanya diatas meja dengan tumpuan jaketnya dan mulai memejamkan matanya.

Anjuran dari dokter Haneul memang harus sering mendengar lagu agar otaknya tidak berhalusinasi dan tidak mendengar bisikan-bisikan yang menyeramkan juga karena fokus pada lagu.

Otaknya harus sering-sering disibukkan.

Kebetulan, Haneul pencinta lagu. Jadi dia tidak keberatan mendengar lagu setiap hari.

Tapi dia tidak bisa tertidur, maklum ini tempat baru pertama kali ia datangi.

Namun dia tetap memejamkan matanya dan mulai membuat ceritanya yang indah didalam otaknya sendiri.

'Mati, yuk? Hahahahahhahahaha'

"Ah!" reflek Haneul dengan kepalanya yang terbangun dan menatap mejanya.

Kemudian disana ada lelaki juga yang kaget melihat Haneul dan Haneul hanya bisa membeku karena kebodohannya yang kini ketahuan orang.

Astaga semua karena bisikan setan itu, sialan.

Haneul tidak mau kelemahannya diketahui satu orangpun atau tidak akan berbahaya.

"L-l-l-lo gak papa?" tanya orang itu bersuara sambil mendekat ke arah Haneul.

Haneul juga seketika menatap wajah lelaki itu, "Eh iya gak papa kok"

"Lo dapet mimpi buruk ya?" tanya orang itu lagi.

Haneul terdiam sejenak, kemudian mengangguk karena tidak tahu mau berbicara apa dan kembali menunduk.

Dari dulu dia memang tak terbiasa menatap wajah lawan bicara, apalagi matanya. Entahlah, itu tidak nyaman dan merisihkan.

"Ahh i see, lo udah makan? Kayaknya lo ga keluar sama sekali dari kelas ini dari bell berdering tadi" tanyanya lagi.

Haneul hanya menggeleng, "Belum"

"Gw saranin lu makan, masih ada waktu nih" kata orang itu sembari menatap jam tangannya.

"Masih ada 10 menit, keburu lah. Soalnya habis ini 4 jam nonstop itu pelajaran ga ada jam kosong sama sekali. Ya?" ucap orang itu dengan raut wajah yang terlihat khawatir.

Haneul mengangguk, "Iya, makasih atas perhatiannya" balas Haneul dan orang itu terlihat tersenyum kemudian mengangguk pelan walau Haneul tetap tidak akan makan.

"Oh ya tadi namanya siapa? Kenalin gw Mark wakil kelas ini dan pengurus osis bagian band gitu deh" ujar orang itu.

"Gw Haneul" jawab Haneul.

"Marga?" tanya lelaki itu lagi.

"Hwang" jawab Haneul lagi.

Mark terlihat tersenyum, "Nama yang bagus. Oh ya nih karena lu anak baru, kalau mau nanya apa-apa tentang informasi sekolah lu bisa nanya sama gw. Karena gw ya kurang lebih tau lah 90% tentang sekolahan ini" balasnya dan Haneul mengangguk.

"Iya terimakasih" balas Haneul.

"Heh! Ditungguin lama amat ternyata disini" ujar orang dipintu kelas sana yang ternyata Haechan.

"Astaga juragan semangka, dia galak tau jangan sembarangan lo deketin dia. Inget lo juga—"

Mark memotongnya "Apasih kebiasaan mulut lo, lagian ngurusin dia karena dia anak baru jadi tugas gw juga. Gw wakil dan pengurus osis disini, si ketua aja gak jelas kabur-kaburan mulu" kata Mark yang masih menghadap Haneul tapi memiringkan kepalanya menghadap Haechan.

"Gw pergi ya" salam Mark dalam pelan dan Haneul mengangguk, baru saat itu Mark berbalik dan sedikit berlari menyusul Haechan.

"Orang itu... Kenapa menarik ya?" batin Haneul.