"Nona yakin?" - Pak Supir.
"Iyaa pak, tenang aja" - Haneul.
"Baiklah kalau begitu, semoga cepat sembuh ya!" - Pak Supir.
Tut..... Tut..... Tut
Setelah telepon mati Haneul menyimpan ponsel itu ke saku jaketnya dan meneruskan perjalanannya.
Hari ini Haneul akan pulang sendiri karena mencoba menjari pekerjaan disekitar sekolahnya, ya moga-moga lancar saja tidak terjadi apa-apa.
Tadi juga Haneul sudah memakan obatnya sebelum menelfon pak supir jadi harusnya aman.
Haneul menyebrang, berjalan perlahan melihat sekitar dengan lagu yang menemaninya sepanjang jalan.
Sangat enak ya kalau perasaan semua serba normal, kalau saja Haneul tidak minum obat dia bisa se kalem ini. Betapa bahagia dirinya.
Ini pertama kalinya ia keluar sendirian dijalan seperti ini.
Lalu ada 1 minimarket yang menarik perhatian Haneul, Haneulpun masuk dan melepas satu earphone sebelah kanan.
"Permisi, maaf menganggu. Saya mau tanya apa ada lowongan kerja buat anak sekolahan seperti saya?" ujar Haneul pada sang kasir.
"Ah anda mau kerja sampingan disini ya? Apa kelebihan anda? Anda bisa mengurus bagian kasir seperti saya?" tanya perempuan itu dan Haneul terdiam bentar, lalu menggeleng.
"Heum, yasudah sebentar ya saya ke belakang. Tolong jaga bagian saya sebentar kalau ada orang teriak saja" ujar perempuan itu yang keluar dari tempatnya.
"Ah iya terimakasih sebelumnya" balas Haneul dan menunduk sedikit tanda sopan.
Betapa baiknya perempuan ini sampai rela ke belakang dan mengurus pekerjaan untuk Haneul sendiri pikir Haneul.
Haneul masuk ke tempat bagian kasir dan mengamati sekitar. Dulu waktu kecil Haneul pernah bermimpi untuk menjadi penjaga kasir. Karena suara komputer, suara struk belanja yang baru keluar dari mesin, suara scan barang dan semacamnya itu sangat enak didengar untuk Haneul.
Tak lama perempuan penjaga kasir keluar, beruntunglah tak ada yang masuk ke minimarket selama Haneul menjaga.
"Gak ada orang kah?" tanya perempuan itu dan Haneul mengangguk.
"Oke, pertama yang ingin saya tanya. Tujuan anda bekerja itu apa?" tanya perempuan itu.
"Buat uang jajan, uang pribadi, karena saya gak punya dan ayah saya ga pernah kasih uang pribadi buat saya" jawab Haneul apa adanya.
Perempuan itu mengangguk, "Oke jadi buat kayak uang jajan gitu ya? Kalau bukan prioritas kamu bisa bekerja disini, nerima barang masuk, ngeitung isi barang terus ditaruh-taruh ke tempatnya. Gajinya lumayan banget dan kerianya juga cuma senin sampai rabu aja" jelas perempuan itu panjang lebar.
Setelah semua selesai, Haneul keluar dari minimarket itu dan mulai bekerja senin depan.
Tapi setelah Haneul keluar, ia menemukan sesuatu yang aneh disamping gedung minimarket.
Itu tempat makan di minimarket ini.
Haneul mengintip sedikit, perempuan itu tak asing dimatanya.
Ketika perempuan itu ketawa sambil menoleh ke arah Haneul, Haneul terkejut karena perempuan itu ialah Mina.
Dan siapa lelaki itu? Itu jelas-jelas bukan Mark.
Haneul sangat mantap dan yakin itu Mina, rambutnya, suara ketawanya juga sama persis.
Haneul langsung mengeluarkan ponsel dan memfoto mereka.
Ketika mendapat angle yang pas, disitu Mina dan lelaki itu berciuman bibir sekitar 3 detik.
Haneul dapat foto itu ketika mereka berciuman dengan ekspresi wajah serta tubuh yang terkejut.
Ternyata perselingkuhan dan hal seperti itu benar-benar nyata.
Haneul langsung pergi meninggalkan tempat, menutup kepalanya dengan kepala jaket itu dan pergi meninggalkan mereka secara misterius.
Sedangkan dari Mina sendiri, ia hanya tersenyum miring melihat kelakuan Haneul.
Lalu ia segera menelfon geng Yuna.
Ia tahu semua itu dan sengaja, agar geng Yuna ada alasannya untuk menghabisi.
"Tahan dan habisin dia, jangan sampe besok dia masuk sekolah. Buat peringatan ke 2" lalu Mina mematikan teleponnya.
"Mari kita hilangkan dia dari bumi ini secara" batin Mina.
Masalah dengan siapa ia berciuman, itu memang benar-benar selingkuhannya.
Tidak, cinta utamanya memang selingkuhannya. Mina memacari Mark hanya karena uang.
~~~
Haneul kini sedang menatap jalan dari dalam bus, dan tak sadar tempat pemberhentiannya sudah sampai. Lalu ia ditarik oleh 1 orang entah siapa.
Ketika sudah turun orang itu masih tak melepaskannya bahkan terus menarik Haneul untuk berjalan yang membuat Haneul takut.
"Apa-apaansi lu siapa?!" tanya Haneul yang mulai emosi juga takut itu.
Akhirnya Haneul melawan orang itu untuk melepaskan tangan itu, tapi Haneul tetap terkejar dan terpegang.
Lelaki ini bukan orang biasa, tenaganya juga mengalahkan Haneul dan lebih terlatih daripada bela diri Haneul yang setengah-setengah.
"Lo siapa?! Ga lucu brengsek!" seru Haneul lagi dan lelaki itu hanya diam sambil menyeretnya.
Sampai akhirnya orang itu melepasnya di ujung gang, disana sudah ada geng Yuna membuat Haneul makin mengerutkan alisnya bingung.
Haneul melepas earphonenya lalu menyimpannya di saku, maju perlahan demi lahan ke arah mereka. "Ini apa? Lo pada mau apa?" tanyanya yang bingung juga.
Yuna hanya tersenyum, "Buat peringatan ke 2" lalu Yuna menendang perut Haneul lagi sampai Haneul terjatuh tersungkur.
"Emang gw kenapa? Masalah yang di sekolah? Kan dia sendiri juga disuruh sama bu guru bukan gw yang mau" ujar Haneul sebagai alasan sambil kembali mencoba berdiri.
"Bukan itu, tapi yang pas di minimarket. Lu ngefoto Mina kan?" kata Yuna yang mendekat.
Bugh!
Haneul benar-benar tak tahan dengan semua ini dan akhirnya ia meninju wajah Yuna agar dia terdiam.
"Lu pada semua kenapa si? Ya jelas Mina salah dan gw ngefoto buat bukti ke Mark kalau Mina ga pantes diperjuangin, kalo lu posisi gw gimana? Pasti ngefoto juga kan? Pada kenapa si lu orang" ceramah Haneul.
Yuna masih terdiam, kemudian wajahnya seperti mengode lelaki yang sempat menarik Haneul.
"Habisin dia" kata Yuna dalam bisik lalu tertawa dan mundur.
Haneul menoleh pada lelaki itu sambil mundur sampai menabrak tembok karena lelaki itu yang maju.
Bugh!
Satu pukulan keras melayang dari lelaki itu dan ujung bibir Haneul langsung berdarah.
Yuna tertawa semakin keras, "Jangan deh, segitu aja langsung berdarah. Yang penting dia gak bisa sekolah besok"
Yuna maju, "Ini peringatan kedua. Gak usah ikut campur kehidupan antara Mark dan Mina maupun lelaki yang bersama Mina itu, sampe beneran ke sebar foto ciuman itu lo mati saat itu juga" lalu Yuna meninggalkan Haneul dan lelaki itu terus melanjutkan profesinya sampai Haneul terkapar lemah.
"Peringatan kedua udah cukup parah, abis ini bakal lebih parah apalagi kalo foto itu kesebar. Jangan harap geng Yuna Mina ga tau" lalu lelaki itu tertawa, melempar kayu yang dia pakai untuk memukul Haneul lalu pergi.
Haneul benar-benar kesakitan, tangan dan kakinya dipukul kayu, kepalanya dijambak, wajahnya ditinju, perutnya ditendang lagi.
Haneul lagi dan lagi hanya bisa menangis sambil mengepal tangannya kuat-kuat, ia kesal dan benci dengan dirinya sendiri.
Kenapa harus bisa selemah ini? Kenapa harus ada penyakit ini? Kenapa ia tidak bisa lahir seperti keluarga orang-orang yang harmonis atau setidaknya formasi lengkap? Kenapa Haneul harus hidup kalau tersiksa begini? Kenapa Haneul harus lahir? Kenapa orangtuanya tidak mau menggugurkan Haneul.
Padahal Haneul juga lahir karena 'kecelakaan', biasanya kalau begitu kan mereka menggugurkan anaknya.
Tapi kenapa ini tidak terjadi pada Haneul? Haneul benci kehidupan ini, Haneul benci dunia ini, Haneul benci manusia-manusia yang hidup disini.
Untuk kali ini, Haneul benar-benar sudah sangat yakin untuk terjun ke sungai, entah besok atau malam ini.