Haneul menyimpan kertas itu di laci kecilnya kemudian mengeluarkan tteokbokki dari bungkusannya.
Dan tiba-tiba hujan deras begitu saja mengagetkan Haneul juga kucing itu yang langsung lompat dan pulang ke rumahnya.
Haneul bangkit berdiri, membereskan tulang-tulang bekas kucing itu dan menutup jendelanya karena hujannya yang masuk ke kamar Haneul.
"Woahhh, indah banget" kata Haneul yang masih berdiri menatap hujan.
Pluviophile, sebutan bagi orang-orang pecinta hujan. Mereka adalah orang yang merasa damai dan bahagia ketika hujan datang. Itulah Haneul.
Haneul sangat menyukai hujan, Haneul suka dengan ciptaan alam yang indah ini juga tumbuhan dan hewan-hewan unik. Haneul juga lebih suka waktu malam daripada siang, rasanya susah dijelaskan dengan kata-kata tetapi menikmati suasana dan aura malam itu ada rasa tersendiri yang berbeda dengan siang hari.
Haneul mengambil meja lipat, menaruhnya diatas kasur lalu menaruh makanan juga susunya disana.
Awalnya Haneul mau makan di meja belajar, tapi ia tidak mau melewatkan pemandangan luar biasa yang sangat ia nantikan.
Karena kemarin-kemarin hanya mendung saja belum terjadi hujan.
Haneul mengambil ponselnya untuk melihat kalender, "Yes musim hujan udah bener-bener dimulai" katanya lalu menaruh ponsel itu, berdoa dan makan menikmati dinginnya kamar juga pemandangan diluar jendelanya.
"Harusnya sekarang gw lompatnya, tapi ga rela. Masih kurang puas liat bumi ini, besok lah ya semoga hujan. Kan sekalian ngerasain hujan juga" katanya sendiri yang antusias dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
Haneul membesarkan matanya ketika sudah menelan suapan pertama tteokbokki itu. "Woah, ini gila. Kok bisa enak banget?" katanya yang bahkan sampai menutup mulut dengan tangannya dan tangan satu lagi sibuk mengaduk keju mozzarella itu agar rata.
Sepertinya makanan-makanan Korea memang enak, hanya Haneul saja yang belum pernah mencoba atau lupa rasanya karena sudah kelamaan tinggal di rumah sakit dan memakan makanan rumah sakit terus.
Haneul benar-benar bersyukur dengan Tuhan atas ciptaannya yang sungguh indah ini.
Posisi atau keadaan seperti inilah yang membuat Haneul galau. Rasanya tidak ingin mati, rasanya masih ingin hidup lebih lama lagi. Ia mau lebih leluasa menikmati hasil karya Tuhan. Tapi sisi lain Haneul sudah tidak kuat dengan manusia-manusianya.
"Udah gak usah dipikirin dulu, besok aja mikirnya. Nikmatin keadaan yang ada" ujar Haneul sendiri sembari memukul kepalanya pelan.
Ia mau menikmati atmosfir, udara, dan keadaan ini yang sangat nikmat juga membuat hati relaks serta damai.
Perasaan ini, benar-benar luar biasa bagi Haneul.
Beginilah bahagianya seorang Haneul.
Menghirup udara kamar, cuaca dingin, sibuk mengunyah makanan sambil mendengar suara hujan itu suara yang sangat mendamaikan hati.
Bahkan sampai-sampai Haneul lupa kalau ia baru saja kena kekerasan, baru saja ia kesakitan dan muntah ketika mandi.
Haneul sengaja tidak memutar musik, ia hanya ingin menikmati suara-suara alam ini dengan pikirannya yang random berputar juga pergi kemana saja sesuka otaknya sendiri.
Haneul harus menikmatinya, siapa tahu besok Haneul sudah menghilang dari dunia ini.
~~~
"Eh gak sekolah lu?!" seru sang ibu sebagai alarm bangunnya Haneul.
Haneul langsung menjawabnya walau suaranya serak karena baru saja terbangun dengan gertakan ibu tirinya itu, "Iya badan lagi ga enak, abis muntah semalem terus panas juga badannya" katanya dan semakin memeluk gulingnya erat.
"Sakit-sakit alesan aja lu, ga ga sekolah!" katanya tegas dan menarik selimut Haneul sampai terjatuh di lantai.
Haneul membuang nafas panjang, "Mama ga liat luka-luka di muka aku? Mau liat juga ga keadaan badan aku? Ngapain si bohong aku juga ga betah di rumah ini" lalu ia terbangun dengan kedua mata yang baru terbuka sedikit.
Lalu ia menunjukan luka-luka ditubuhnya yang ia sembunyikan, memang tak terlihat karena Haneul memakai baju tidur yang panjang jadi menutupi tubuhnya itu. Hanya wajahnya saja yang terpampang jelas.
"Nah, liat ini. Masih sakit kalo buat gerak, ngilu perih juga mana bisa aku sekolah" seru Haneul lagi dan ibu itu hanya terdiam sementara.
Lalu membalas lagi, "Halah lemah banget gitu aja, gak mau tau sekolah cepet mumpung masih keburu atau ga gw bener-bener nyeret lu sampe ke sekolah" katanya dengan kejam lalu keluar dari kamar.
Haneul hanya bisa mengepalkan kedua tangannya, mungkin benar-benar hari ini Haneul akan meninggalkan dunia.
Haneul menyiapkan dirinya, lalu kembali pergi sendirian dengan bus. Sengaja agar dia bisa pergi ke tempat lain yang jelas bukan sekolah yaitu taman. Haneul mau pergi kemana lagi memang? Tempat apa yang bisa menerimanya yang tidak ada uang selain taman seperti ini?
Sampai di taman Haneul langsung melempar tas pada kursi taman itu kemudian duduk dengan menyenderkan kepalanya pada kursi taman itu sambil memejamkan matanya.
Rasa sakit itu masih benar-benar terasa. Bahkan rasanya lebih sakit daripada kemarin. Kemudian bola datang mengenai kaki Haneul membangunkan dirinya.
"Maaf kak ga sengaja bolanya kena kaki kakak, sekali lagi maaf ya" seru adik laki-laki itu sambil menunduk berkali-kali.
Haneul hanya tersenyum tipis, "Gak papa dek santai aja" balasnya.
Adik itu juga ikut tersenyum, "Kakak gak sekolah?" katanya membuat Haneul cukup kaget.
Ah ya, dia belum mengganti rok sekolahnya. Pantas anak itu tahu.
Haneul menggeleng, "Hari ini kakak libur dulu" jawabnya apa adanya.
Adik itu mengangguk cepat, "Ohh aku paham, ya udah kakak mau main bola ga?" tanya adik itu dengan polos.
Lagi-lagi Haneul hanya bisa tersenyum sembari menggeleng pelan, "Ga dulu yaa, udah kamu main sana teman-teman nungguin tuh" adik itu mengangguk, menunduk sekali lagi lalu berlari ke arah teman-temannya.
Haneul juga langsung berdiri, pergi ke toilet untuk mengganti rok dengan celananya.
Kalau dipikir-pikir Haneul bisa sih mencairkan uang dari kartu bis ini, kalau kartu bis ayahnya masih mau untuk mengisinya.
Lumayan isinya untuk jajan di taman seperti ini, bisa lah perutnya terisi dari pagi ini sampai sore hari nanti.
Walau pasti ayahnya akan marah-marah kenapa uangnya bisa habis secepat itu, belum ibunya yang akan memanas-manaskan ayah.
Tapi tak apa, nanti malam Haneul juga akan mati kok. Jadi mari bersenang-senang hari ini dan menghabiskan semuanya sebelum meninggalkan bumi ini.
Selesai Haneul mengganti roknya dengan celana yang ia bawa dari rumah ia langsung kembali ke kursi taman yang tadi dan memakan makanan yang ia masak di rumah karena dia memang belum makan sama sekali.
Sembari Haneul makan dan melihat pemandangan serta anak-anak yang sedang asik main bola, Haneul mendapat pesan dari Mark.
Mork
Mork: hari ini pulang lebih cepet, jam 1 siang gara-gara ada rapat.
08:39
Mork: gw gak tau faedahnya bilang ini apa, tapi yang jelas gw bosen. Sekarang lagi pelajaran sejarah soalnyaaa
08:39
Mork: ah, pasti dia masih tidur
08.39
Haneul : kata siapa? Buktinya gw bales chat lu skrg
08.39
Mork: lah WKWKKWKWK, gw jadi lu gw bakal bangun siang sih. Memanfaatkan waktu + emang harus cukup waktu tidurnya kalo sakit
08.39
Haneul : gw juga maunya gitu, tapi gak bisa
08.39
Mork: eh lu tidur cuma 5 jam? Lagi sakit cuma 5 jam? Astaga Haneul, tidur lagi skrg.
08.39
Haneul : emang iya? Tau darimana lu?
08.39
Mork: lah kan kemaren aja lu makan jam berapa, chat ke gw jam berapa. Keliatan. Tidur sekaranggg
08.39
Haneul : oh iya juga, hmm tapi itu termasuk waktu tidur yg lama sih.
08.39
Haneul : Lu ga suruh tidur juga gw mau Mork, tapi gak bisa
08.39
Mork: kenapaa?
08.40
Haneul : hmm, dah lah gw off dulu sono lu belajar yg bener matiin hpnya fokus sm gurunya
08.40
Haneul menyimpan ponsel itu lalu lanjut makan, entah kenapa ia tiba-tiba takut kalau ternyata itu Mina atau geng Yuna yang memegang ponsel itu.
Tapi kalau itu benar-benar Mark, itu akan menjadi kenangan terakhir Haneul sebelum ia meninggalkan dunia ini.
Oh tidak, kenangan terakhir Haneul bersama Mark itu nanti malam. Ketika Haneul mengirim foto Mina berciuman dengan lelaki lain. Haneul masih menyimpan foto itu.
Haneul bukannya mau menghancurkan hubungan mereka.
Tapi Haneul hanya merasa kasihan pada Mark karena sudah memperjuangkan perempuan yang salah dan brengsek.
Lalu setelah itu damailah Haneul, tidak ada lagi kekerasan, tidak ada lagi ancaman, tidak ada lagi pembullyan untuk Haneul, tidak ada lagi stres kesakitan overthinking.
Mari kita selesaikan hidup Haneul, sudah sebuah kebanggaan untuk Haneul bisa bertahan 18 tahun diantara manusia-manusia yang sangat kejam dan keras ini.
Tiba-tiba lewat seorang ibu yang memeluk anaknya, sang ibu terus mencoba menenangkannya bahkan menciumnya dan memberi kata-kata manis didepan Haneul.
"Mama tetep bangga kok sama kamu, siapa yang bilang mama sedih sama kamu karena gak bisa main bola? Karena ga menang? Enak aja sembarangan tuh orang, ga sama sekali tau! Dimata mama kamu itu keren bangett, mama bangga banget sama kamu yang udah berjuang sampe lecet gitu lutunya hehe. Udah jangan nangis yaa? Nanti kita makan ice cream oke? Mau gaa?"
"M-m-mau ma"
"Oke siap bos! Laksanakan!"
Haneul hanya bisa memejamkan matanya, menunduk dengan tanpa aba-aba air matanya berlinang begitu saja.
Jadi, katakan pada Haneul bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan ibu kandung? Bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dari ibu kandung? Bagaimana rasanya mendapat dukungan dan support penuh dari seorang ibu? Bagaimana rasanya bercerita kepada ibu? Bagaimana rasanya makan masakkan ibu kandung?