Betapa beruntungnya hari ini rumah kosong, mereka semua keluar bersama.
Ke mall biasanya.
Haneul masuk ke kamarnya, lalu langsung terbaring di atas kasurnya dengan perlahan. Semua tubuhnya terasa nyeri apalagi perutnya juga jangan lupakan fakta Haneul masih haid banyak-banyaknya.
"Gimana gw mau mandi kalo sekarat kayak gini?" katanya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan sangat pasrah.
Tapi ini tak bisa dibiarkan, dia harus mandi juga sekaligus mengganti pembalut.
Akhirnya Haneul bangun dengan rasa yang sangat sakit, berdiri lagi dan perlahan-lahan mengambil handuk yang dijemur lalu mandi sebisanya dan semampunya.
~~~
Malam kembali berjumpa, waktu yang paling Haneul suka. Haneul lebih suka kegelapan daripada terang. Suasana malam, perasaan malam, indahnya malam itu sangat berbeda dengan ketika masing terang.
Ketika semua orang tertidur, ketika jalanan sepi karena semua sudah di rumahnya masing-masing, ketika hanya keadaan alam yang menyaksikan dalam bisu pedihnya tangisan Haneul pada malam hari.
Itu hal yang sangat indah bagi Haneul.
Temannya Haneul memang hanya keadaan alam, healing Haneul itulah hanya keadaan alam ini.
Kalau tidak ada keadaan alam yang menemaninya, Haneul juga tidak akan bertahan hidup sampai detik ini.
Walau mereka bisu, mereka bisa menjadi teman yang terbaik untuk Haneul.
Keadaan alam, satu-satunya teman yang paling baik walau tidak bisa membantu karena bisu tapi setidaknya dengan keberadaannya saja Haneul bahagia dengan mereka.
Baru saja Haneul selesai mengobati dirinya, notif pesan datang dari Mark.
Mork.
Mork: jangan lupa besok mat dikumpul, kerjain yaa. Kalo ga ngerti tanya gw
20.28
Haneul : besok gw ga masuk
20.28
Mork: hah? Kenapa?
20.28
Haneul : gw sakit, gw baru abis muntah badan gw panas kayaknya ga kuat kalo besok sekolah. Sekolah setengah hari juga tanggung
20.28
Mork: yaudah get well soon ya, besok mau gw bawain apa pulang sekolah?
20.28
Haneul : apa-apaan lagi ni anak wkkwkw, gaada gw lagi ga kepengen apa-apa.
20.28
Mork: yakin? Okee cepet sembuh ya jangan telat makan minum obat yang teratur.
20.28
Haneul : oke bos
20.28
Haneul tidak berbohong, dia benar-benar muntah ketika mandi tadi entah kenapa juga kepalanya berat dan pusing, mungkin itu semua
efek dari tadi sore ketika Haneul dibully tadi.
Haneul menaruh ponsel itu, berdiri dan menaruh kotak p3k ditempatnya lalu pergi ke kasurnya dan memojok pada jendela untuk melihat keadaan alam.
Sebenarnya pada awalnya kasur ini tidak memojok ke jendela, tapi saking cintanya bahkan tidak bisa melepas pandangannya akhirnya ia mengubah tempat kasur ini menjadi nempel pada tembok jendela.
Haneul mengambil earphone, memasangnya lalu mulai memutar lagu Holy - Justin Bieber yang sempat direkomendasi Mark.
Lagunya enak, lumayan membuat mood Haneul sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Omong-omong, perut Haneul sedikit terasa perih karena belum makan dari sore apalagi habis muntah.
Akhirnya Haneul coba bangun, lalu keluar mengecek meja makan.
"Tumben keluar" seru sang adik dan Haneul hanya diam tak berkutik.
"Makanan abis?" tanya Haneul.
"Iya, gw abisin. Nih bekas udah kenyang gw, mau?" kata adik dan menggeser piringnya ke Haneul.
Haneul terdiam membisu, lalu membuang nafas panjang. Haneul bisa apa untuk membuat perut ini terisi tanpa harus makan?
Mau tak mau, ia memakan bekasnya itu.
"Nasi abis?" tanya Haneul dan adik hanya mengangguk dengan tangan yang sibuk karena game.
"Kenapa kamu buang nafas panjang gitu? Harusnya kamu tuh bersyukur masih di sisain sama adik kamu, jadi orang gak tau diri" sang ibu tiri berkutik dari sana.
"Sisa cuma nasi sedikit ini sama ayam yang dagingnya ga seberapa, siapa yang ga buang nafas panjang? Kalau saya lagi ga sakit saya juga lebih pilih makan besok" pertama kalinya Haneul berani membalas omelan orangtuanya.
Haneul hanya sudah terlalu lelah untuk selalu membisu dalam keluarga yang tidak jelas ini.
Haneul sudah tidak peduli apa yang akan terjadi nantinya, toh sebentar lagi Haneul memang mau mati.
Sang ibu tiri terkejut cukup kaget, "Wow apa? Wah, pertama kali anda membalas saya. Saya cukup terkejut, tidak seperti biasanya kamu hanya diam seperti bisu ya? " katanya sambil tertawa.
Haneul hanya bisa tersenyum kecut dalam kecil, lalu pergi ke kamarnya.
Matanya memanas ketika sampai di kamarnya, aslinya Haneul memang selemah itu.
Kamar ini dan keadaan alam lah saksi bisu atas semua yang terjadi pada Haneul.
Haneul mulai makan, tapi air matanya malah jatuh kemudian semakin deras.
Kemudian satu kucing berwarna putih naik ke jendela Haneul, jendela Haneul memang terbilang besar karena dulu kamar ini bekas punya adiknya yang berhobi menikmati keadaan alam juga.
"Haiii, ih mata kamu cantik banget" seru Haneul secara tak sadar dan kucing itu hanya terus mengeong.
Karena rasa belas kasihnya, Haneul membuka jendelanya dan memberikan tulang-tulang ayam itu padanya.
Kebetulan makanan Haneul memang sudah bersih, iya, sisanya memang 'sedikit itu'
Haneul mengelus kucing itu yang sedang sibuk makan, "Makan yang bersih yaa"
"Woah gila, bulu kamu lembut banget" seru Haneul yang lagi-lagi tak sadar karena kehadiran kucing itu air matanya sudah berhenti turun.
"Gila beneran, matanya juga bagus banget" kata Haneul yang sangat memerhatikan kucing itu.
Tapi setelah diteliti, ternyata dia ini sudah ada kepemilikannya. Itu terlihat dari kalung yang kucing itu pakai.
"Ahh kamu ternyata ada yang punya, pantes terawat banget kamu" ujar Haneul lagi.
Kemudian terlihat supir Haneul yang sedang berjalan ke arah Haneul.
Dan supirnya memang benar-benar pergi untuk Haneul, pikir Haneul supir itu mau mengurus kebun belakang.
Supir Haneul juga pengurus sekitaran rumah ini.
"Nona, kamu dikirim makanan sama temen kamu" pernyataan itu membuat Haneul kaget, ini pertama kalinya dia dilakukan seperti ini.
"Teman? Saya tidak ada teman? Emang siapa pak?" tanya Haneul penasaran.
"Eih ada kok, kamunya aja ga sadar. Saya tau si orangnya tapi dia bilang jangan memberi tau biar dia nebak sendiri, silahkan ditebak hehe" kata pak supir sembari terkekeh sedikit.
"Yasudah kalo gitu dimakan ya non, saya permisi" supir itu membalik dirinya dan pergi ke depan rumah.
"Ah iya makasih ya pak!" seru Haneul pada bapak itu.
Haneul langsung pergi ke meja belajarnya dan mulai membuka bungkus makanan itu.
Pertama kalinya ia diberlakukan seperti ini, siapa memang yang sebaik ini sama Haneul?
Haneul mengerutkan alisnya ketika melihat sebuah kertas dengan tulisan tangan.
'Waktu lu minum susu rasa pisang keliatannya suka banget jadi gw beli lagi hehe. Tteokbokkinya juga dimakan ya terus kasi tau gw gmn rasanya menurut lu? Ini gw beli dadakan banget sih pasti lu kaget wkkwkw soalnya lagi ada diskon kalo beli 2 makanya gw beliin buat gw sendiri sama buat lu.
Ini gw juga pertama kali makan tteokbokkinya restoran itu, restoran baru sih deket rumah lu juga.
Udah ah panjang banget, dah ya. Gak perlu gw kasih tau gw siapa pasti lu tau gw siapa apalagi ada cluenya itu yang udh gampang bgt.
Jangan lupa doa sebelum makan! Itu yang paling penting.'
Haneul langsung terpikirkan pada orang itu, Mark Lee.
Siapa lagi yang pernah memberikan Haneul susu pisang kalau bukan Mark? Itu sudah pasti Mark.
Berarti Mark memerhatikan Haneul dong waktu Haneul makan dan minum pemberian dia dikelas?!
Haneul langsung bangkit dari kursi meja belajarnya kemudian kesakitan sendiri karena baru tersadar dirinya itu masih babak belur.
"Astaga Mark lu meratiin gw dong?! Terus apa kabar ekspresi gw muka gw?! Pasti aneh kan? Pasti jelek kan? Haish.." serunya kemudian mengusap wajahnya frustasi dengan kedua tangannya.