Istirahat kembali dimulai, sebenarnya Haneul juga mau keluar kemudian membeli makan tetapi karena tidak ada uang dia bisa apa?
Mau bawa dari rumah juga tidak akan keburu atau kalau tidak Haneul harus bangun lebih pagi lagi.
Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain selain bangun lebih pagi dan memasak untuk bekal sekolah walau sepertinya akan menjadi sulit.
Lagipula Haneul juga masih kesusahan untuk berada dikeramaian.
Haneul baru saja menidurkan kepalanya diatas meja sambil menatap lapangan dan langit yang cukup mendung dari jendela dengan lagu yang menemaninya.
"Haneul?" seseorang memanggil membuat Haneul tersentak kaget dan wajahnya reflek menghadap panggilan.
Ah itu Mark.
"Ya?" balas Haneul.
"Lo ga makan?" tanya Mark.
Haneul menggelengkan kepalanya.
"Lo mau makan ga? Gw ada nih roti sama susu pisang 1 dibawain sama mama gw, kelebihan" katanya sambil mengorek tasnya dengan sibuk.
"Gak usah gak papa santai aj-" tapi kata-kata Haneul terhenti ketika roti dan susu itu sudah sampai diatas meja Haneul.
"Gak jadi deh, gw maunya kasih lo bukan nanya lo mau apa ga hehe jadi diterima yaa" katanya dengan lembut kemudian tersenyum pada Haneul.
"Makasih" kata Haneul sembari menunduk sedikit.
"Iyaa udah santai aja sama gw mah gak usah sampe nunduk segala" katanya dengan senyumannya yang tipis itu.
"Ya udah gw tinggal ya gw mau ngurus band" kemudian dia mundur sambil melambaikan tangannya dan pergi.
"Sekali lagi terimakasih!" ucap Haneul dengan keras seiring dia yang pergi.
Pertama kalinya Haneul merasakan bahwa ternyata masih ada yang peduli dan mau menjalin hubungan dengannya, pertama kalinya Haneul nyaman dan tenang bersama orang asing.
Sepertinya hanya Mark yang membuat Haneul tidak kambuh dengan penyakitnya.
Pertama kalinya Haneul berdebar, ya maksudnya menyukai orang.
Ini sudah terjadi sejak pertama kali ia berbicara dengan Mark.
Kemudian Haneul menggeleng, "Oke Haneul, Mark peduli denganmu bukan berarti dia mau berteman dan suka apalagi sayang. Mungkin ia hanya merasa kasihan dengan hidupmu yang seperti gembel ini" ujarnya dibenak sambil meminum susu itu.
"Hm! Ternyata enak susunya" ujarnya sendiri secara tidak sadar sembari menatap tajam tiap sudut dari kotak susu tersebut.
Ya ini adalah pertama kalinya Haneul meminum susu rasa pisang.
"Sepertinya aku harus membelinya, lebih dingin mungkin lebih enak" benaknya.
Kemudian Haneul tertampar kenyataan, mau darimana ia mempunyai uang?
Haneul sepertinya benar-benar harus bekerja untuk memenuhi kehidupannya seperti obat untuk cadangan, uang jajan juga.
Tapi dia sendiri masih lemah, baru sekolah begini saja rasanya mau pulang dan tinggal dirumah saja.
Haneul mengepalkan kedua tangannya sambil menunduk.
Ia kesal karena penyakitnya gerakan Haneul terbatas.
Tidak, mungkin saja penyakit ini tidak akan sembuh. Haneul harus melawannya sendiri, dia tidak bisa terus hidup dengan tuntutan penyakitnya sendiri.
Selesai Haneul makan, ia berdiri dan pergi keluar untuk membuang sampah.
Setelah itu ia kembali masuk kelas tapi tiba-tiba rambutnya yang terikat pony tail dijambak seseorang.
Selagi Haneul yang masih terkaget dan mencoba melepas tangan orang itu walau sedang ditarik segerombolannya yang lain mulai mengorek dan meleraikan semua barang yang ada didalam tas.
Termasuk obat-obatannya.
Sialan, orang yang memegang obat itu adalah orang yang sama di pagi hari tadi.
Yuna namanya, Haneul sempat membaca nama orang itu yang tertera diseragamnya.
"Woah? Obat apa ini? Banyak sekali sampai 3 macam?" kemudian orang itu membukanya dan membuangnya perlahan.
Melihat itu Haneul mau tak mau menginjak kaki orang yang masih setia menjambaknya kemudian berlari ke Yuna dan merebut obatnya sebelum semuanya obatnya jatuh dan
Bugh!
Kemudian 1 pukulan melayang dari tangan Haneul pada wajah Yuna.
Sembari Yuna yang masih kesakitan Haneul mengecek obat yang dijatuhkan.
Astaga yang dijatuhkan itu obat yang mengurangi halusinasi.
Dan kini hanya sisa 4 butir obat yang masih aman, sisanya terjatuh semua di lantai.
Tapi untung 2 macam obat yang lain belum sempat dibuka dan dijatuhi.
Pipi Yuna memerah karena pukulan dari Haneul, "Heh sakit gila!" kemudian Yuna mencoba menjambaknya tetapi Haneul menangkisnya dan menahan tangan Yuna yang kalau dibengkokkan lagi bisa patah.
"Lagian lo ngapain si? Ada salah apa gw sama lo? Kita ada masalah apa hah sampe lu ribet ngurusin gw? Hah?!" ucap Haneul yang masih bingung dengan anak ini.
"Jawab!" kata Haneul yang semakin mengencangkan tangan Yuna itu.
"Karena lu sombong banget jutek lagi padahal gw lebih senior daripada lu, gw gak seneng sama lu yang kayak gitu gak ada sopan santunnya!" teriaknya.
Kemudian Haneul melepasnya dan sedikit mendorongnya, "Seumuran doang cuma beda siapa yang sekolah duluan belagu lo" kata Haneul yang masih cukup emosi.
"Gw bukan sodara lu apalagi anak lu, gak usah urus muka gw urus sifat gw yang rugi juga gw bukan lu" lalu Haneul pergi ke mejanya dan membereskan obat-obatannya serta buku-buku yang berserak dilantai.
"Widih abis pada ribut?" tanya Haechan yang datang dari pintu depan sedangkan Haneul sedang sibuk mengambil obat-obatannya yang jatuh itu yang kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Hati Haneul benar-benar sakit, sekarang baru tanggal 20 sedangkan jadwal obat-obatannya tanggal 5.
Mata Haneul bahkan sudah berkaca-kaca sebenarnya, tapi ia cepat menghapusnya sambil menatap langit-langit kemudian pergi membuang obat itu.
"Ini ada apa lagi sih?" tanya Mark yang terlihat panik sembari melihat Haneul yang membereskan buku-buku kemudian memasang earphone dan menggambar dengan terlihat emosi.
Haneul sangat kesal dan marah sebenarnya, tapi ia tidak mungkin menghabisi orang itu juga. Akhirnya ditumpahkan dalam setiap gambaran itu dengan memegang pensil sangat kencang dengan ketebalan pensil itu menjadi sangat tebal.
"Ini kenapa si? Jawab gw" tanya Mark sekali lagi.
"Ah gak tau berisik!" seru Yuna dan beralih keluar kelas diikuti teman se gengnya.
Mark hanya menggeleng dan kemudian berjalan ke arah Haneul yang diikuti Haechan.
"Boleh tau, kalian abis ribut kenapa?" tanya Mark dengan lembut spontan dengan Haneul yang berhenti dari aktivitasnya.
"Gw abis makan roti sama susu, terus gw buang. Tiba-tiba temennya narik rambut gw terus Yuna ngorek tas gw, diberantakin terus ngambil obat gw dan numpahin obatnya"
"Ya gw marah, spontan gw nonjok muka dia" ucap Haneul apa adanya.
"Astaga tuh orang, kalo boleh tau dia lempar obat apa ya? Biar gw bisa suruh dia tanggung jawab dan gantiin" pernyataan itu berhasil membuat Haneul cukup kaget karena dia baru saja menceritakan tentang obat itu.
Bagus, kini sudah geng Yuna, Mark, dan Haechan yang mengetahui obat itu. Lama-lama juga satu sekolah tahu.
Ini baru hari kedua loh kamu di sekolah wahai Hwang Haneul.
Sebenarnya Haneul memang butuh obat itu untuk diganti, tapi dengan Yuna yang menggantinya apakah kemudian ia akan tahu penyakit Haneul? Kalo iya mati sudah kehidupan Haneul di sekolahan ini.
Haneul berpikir keras sembari menunduk dan membuang nafas panjang, tapi kalau dipikir-pikir dia juga tidak mungkin bisa bertahan untuk menjaga privasi obat-obat itu sampai lulus nanti.
Tapi bukankah ini terlalu cepat untuk semua mengetahui penyakit Haneul itu?
Haneul menatap sekitar dengan cepat dan gelisah, "Eumm tapi dipikir-pikir gakpapa kok dia gak usah ganti biar nanti gw beli sendiri aja" kata Haneul pada mereka berdua.
Mark memiringkan kepalanya, "Yakin?" dan Haneul mengangguk.
Haechan kemudian ikut menimbrung yang berdiri dibelakang Mark, "Nih orang kepribadiannya nyampur apa gimana? Dia abis nonjok terus keliatan kesel segala macem tapi baik hati gak mau diganti?" katanya yang bingung.
"Mulut lu! Sama aja lu dajjalnya" omel Mark pada orang itu.
Kemudian Mark kembali menatap Haneul sambil menggaruk tengkuknya karena bingung "Eumm yaudah kalo gitu nanti gw pikirin lagi deh ya" lalu Haneul mengangguk.
Sementara itu pikiran Mark...
"Gimana ya.. Masa iya gw geledah tasnya sendiri? Tapi gw emang harus tau keadaan dia juga biar bisa nyesuain dan ngasih tau geng Yuna biar ga macem-macem karena Haneul siapa tau berkebutuhan khusus"
"Iya, kapan-kapan harus gw geledah sendiri obat-obatannya itu" pikir Mark yang sudah matang.
Dia tinggal mengatur tanggal mainnya..