"Sore tante" sapa Haneul ketika ibu Mark sudah datang ke meja dengan sedikit menunduk.
"Iyaa nak, nih makanannya dah lengkap semua yaa yuk dimakan. Tante mau mandi dulu jadi ikut belakangan hehe" balas ibu Mark yang kembali ke dapur dan pergi ke lantai atas setelah semua makanan sudah ada di meja.
"Ya udah ayo makan dulu semuanya" ucap ayah dan mengambil makan lebih dulu diikuti yang lain.
Haneul kurang menikmati, padahal makanannya benar-benar enak. Kurang menikmati karena harus duduk berhadapan dengan Mina juga Mark yang sesekali melakukan kontak mata membuat keadaan canggung seketika.
Itu juga membuat Haneul merasa seperti tertekan karena sesekali merasa mereka berdua melirik Haneul.
Tapi tak apa, sekaligus latihan membiasakan diri.
Beberapa waktu kemudian makan-makan selesai, pemberian obat juga selesai dan Haneul akan segera pulang.
"Yaudah kalo gitu pak saya pulang ya, sekali lagi terimakasih banyak atas makanannya juga obatnya. Salam buat tante juga" ucap Haneul karena ibunya Mark sedang ada di lantai atas.
"Iyaa santai aja, ngomong-ngomong ini sudah malam kamu diantar Mark saja ya? Mina kan masih mau main disini juga" seru ayah Mark membuat Haneul sedikit terkejut apalagi Mark.
"Ehh ga usah pak ga enak sama kak Minanya hehe—" walau Haneul juga tidak tahu berapa umur Mina tapi ya setidaknya lebih sopan.
Mark memotongnya, "Udah ayok daripada kenapa-napa di jalan gak ada yang tau" kata Mark sambil mengambil kunci mobil dan berjalan mendekati kami.
"Mina, aku anter dia dulu ya kamu main di kamar aku aja" seru Mark dan Mina mengangguk cepat sambil tersenyum.
Entah kenapa senyumannya seperti senyuman terpaksa.
"Yaudah sekali lagi makasih pak, salam buat tante. Kak aku juga pulang duluan ya makasih" entah makasih untuk apa kemudian menunduk.
"Iya hati-hati" seru ayah Mark.
"Byee!" seru Mina.
"Dah yuk" mark membuka tangan dan membiarkan Haneul berjalan lebih dulu.
Sampai dimobil keadaan canggung kembali menyelimuti diantara mereka, saking canggungnya mereka berdua sama-sama ingin membuka suara secara bersamaan.
"Mark—"
"Han—"
"Lu dulu" ucap Haneul.
"Lu dulu aja" balas Mark.
Haish, Haneul kurang suka dengan hal-hal yang begini.
"Pertanyaan gw ga penting-penting amat, lu aja dulu" balas Haneul lagi.
"Heum gw cuma mau nanya alamat aja sih" jawab Mark dan Haneulpun langsung menjelaskan tempat tinggalnya.
"Ahh oke oke tau gw, nah sekarang lu mau nanya apaan" ucap Mark.
"Pacar lu, kelas berapa dan sekolah dimana? Kok gw rasanya ga pernah ngeliat dia di sekolahan" ujar Haneul to the point.
"Si Mina, seumuran kok kita tapi dia beda sekolah sama kita makanya dia ga pernah keliatan" jawab Mark dan Haneul mengangguk paham kemudian kembali terdiam.
"Eh Han, tolong sambungin hp gw ke bluetooth mobil dong gw ga ngerti" pernyataan itu berhasil membuat Haneul mengerutkan alisnya.
"Hah? Lu ga ngerti?" ulang Haneul dan Mark mengangguk.
"Soalnya biasanya Mina terus yang nyambungin, gw pernah diajarin juga sih tapi lupa" katanya.
Haneul yang tadi menatap jalanan dari jendela menjadi disibukan karena Mark, dia pun mengambil ponsel Mark dan mulai mengurusnya.
"Sebenernya yang gw bingung tuh bukan dibagian hpnya, tapi di mobil gw ini gw mau nyanyi bluetooth mobil gw kagak muncul di hp gw" jelas Mark.
"Ya jelas gak ada, bluetooth yang di mobil harus dinyalain juga Morkk" seru Haneul yang duduknya menjadi sedikit maju dan dekat ke layar mobil itu karena mengurus itu.
"Nih, ga susah dicari kok ini bluetoothnya disini. Dari home, ke slide kanan pencet 3 garis titik berjejer terus pas masuk slide kanan 2 kali lagi beres nemu terus tinggal di on" jelas Haneul.
"Owalah pantes lu gak tau, nama bluetooth mobil lu diganti sama dia" tambah Haneul ketika melihat ponselnya.
"Iya? Bisa ternyata? Pantes nama bluetooth mobil gw ga muncul nyatanya diganti. diganti apa sama dia?" tanya Mark.
"Cintaku" jawab Haneul dengan sedikit merasa aneh, dia tidak pernah menyebut hal-hal seperti itu dalam hidupnya.
Dan Mark hanya tertawa kecil, "Udah diganti gak jelas lagi namanya pantes gw ga pernah nemu kirain hp atau mobil gw yang salah" balasnya.
"Nih deh biar gampang, bluetoothnya gw taro juga di home screen" tambah Haneul agar si Mark tidak kesusahan lagi.
"Emang bisa?" tanya Mark seakan meremehkan.
"Nyoba dulu, siapa tau bisa" balas Haneul apa adanya dan akhirnya lebih dekat lagi dengan layar mobil itu.
"Sampe error denda" balas Mark lagi.
"Dih santai—"
Dug!
"Ah!" reflek Haneul walau kepalanya tidak sakit karena terlindungi tangan Mark.
"Ah maaf! Maaf! Maaf banget! lo gakpapa kan?!" tanya Mark dengan panik sekaligus memarkirkan mobil ke tepi.
Mark baru saja rem mendadak karena ada seekor kucing lari menyebrang.
"Ga kok ga sakit kan ada tangan lu, lagian kenapa dadakan si?" tanya Haneul sedikit kesal sambil menoleh Mark dan Mark tidak menjawabnya.
Tetapi menatap kening perempuan itu dengan sangat teliti, bahkan Mark memegang kepala perempuan itu memastikan semuanya aman.
"Soalnya walau udah make tangan gw, gw rasa kepala lu tetep kebentur tadi karena dadakan" katanya dengan suara beratnya itu yang keluar tiba-tiba.
Jujur saja, Haneul tidak bernafas sekarang. Dia menahan nafasnya karena jarak ini sudah terbilang sangat dekat bagi Haneul dengan orang yang sempat ia taksir.
Tapi gimanapun Mark ini sudah milik orang jadi Haneul tidak akan mengambilnya.
"Oh aman" lalu Mark dengan iseng sedikit menekan kening Haneul dengan jempolnya.
"Ih sakitt! Yang ada ini sakit sama lu bukan sama benturannya" balas Haneul dan Mark hanya tertawa kecil.
"Lu kenapa si emang bisa ngerem dadakan?" tanya Haneul masih penasaran.
"Ituloh tadi ada kucing nyebrang dadakan mana lari ya siapa yang kagak kaget" jawab Mark.
"Ohh" balasnya sembari kembali fokus pada tujuan utamanya dan Mark hanya melihat-lihat sekitar.
"Ih ada eskrim! Gw mau ah, lu mau ga?" tanya Mark dan Haneul menggeleng.
"Yakin? Gw traktir nih" goda Mark sekali lagi dan Haneul menggeleng.
"Oh, gw ga mau nanya deh gw maunya ngasih. Tunggu yaa!" anak itupun keluar dari mobil dan sedikit berlari untuk ke kedai es krim yang ada didepan.
Pernyataan itu, mengingatkan Haneul pada waktu hari ketika Mark memberi makan dan minuman disaat Haneul sangat lapar.
Padahal hari sebelumnya Haneul bisa menahannya, tapi hari itu Haneul tidak bisa dan untung ada Mark yang memberikan makanannya.
Haneul hanya tersenyum kecil dan kembali fokus dengan bluetooth itu.
"Woah bisa!" serunya sendiri karena ikon bluetooth itu berhasil ada di home screen.
Dan setelah itu Mark kembali dengan eskrimnya.
"Noh bisa" kata Haneul.
"Bisa?! Woah keren, yaudah anggap aja eskrim sebagai hadiah nih" lalu Mark memberikan Haneul eskrim campuran coklat dan vanila.
"Makasih" ujar Haneul dan Mark mengangguk kemudian menutup mobilnya dan kini keduanya sibuk memakan eskrim.
"Hmmm enak!" seru Haneul spontan.
"Iya enak banget, apa karena gw kepengen ya. Biasanya kagak seenak ini" balas Mark dan kembali ke ponselnya kemudian sebuah lagu terputar di mobil.
"Ini lagu favorit gw belakangan ini, lagunya Justin Bieber judulnya Holy. Lagu yang bikin gw adem, tenang, damai gitu. Cobain deh denger dikamar sendirian mau pake earphone atau speaker sama aja enaknya" jelas Mark dan Haneul mengangguk-angguk.
Sesekali Mark juga ikut beryanyi dan bersenandung dengan lagu di mobilnya itu membuat jantung Haneul berdetak cepat.
Suaranya Mark sangat bagus, bagusnya itu ngebuat Haneul meleleh.
Dan Haneul juga tahu beberapa lagu disini, taste Mark terhadap lagu ya kurang lebih sama seperti Haneul juga kalau dirasakan dari setiap vibe musiknya itu.
Sampai eskrim habis barulah mereka kembali berjalan.
"Makasih udah nganterin, udah traktir juga" kata Haneul dari luar mobil.
"Iyaa santai aja si, yaudah gw balik ya. Tidur jangan malem-malem besok sekolah" kata Mark kemudian melambaikan tangannya kemudian memutar balik mobilnya.
"Hati-hati!" seru Haneul dan Mark membalasnya dengan suara klakson mobilnya.
"Darimana aja kamu?" suara sang ayah menggelegar dari ruang tengah.
"Abis kerja kelompok, iya aku pulang agak malem karena tugasnya agak susah tapi udah jadi hari itu juga jadi aman" jelas Haneul panjang lebar.
"Kamu ga bilang sama mama?" tanya papa membuat Haneul hanya membuang nafas panjang.
"Eh apa-apaan itu buang nafas kayak gitu?" tanya papa mulai tak senang dan menatap Haneul.
"Biasalah si mama bohong. Aku udah ijin sama dia pas sore jelang malam tadi, papa ini percaya aja ya sama dia tapi ga pernah percaya aku" Haneul sudah muak dengan semua ini, tidak biasanya Haneul menjawab panjang lebar begini biasanya sangat singkat padat dan jelas.
Papa menaikkan satu alisnya, "Maksud kamu apa ngomong kayak gitu? Wah sekolah bukannya bener malah makin sakit, siapa yang ngajarin?" tanya papa dengan menaikkan dagunya.
"Gak ada, aku cuma udah cape aja sama semua ini makanya jawabnya juga panjang lebar. Maaf kalo bikin emosi" kata Haneul sembari berjalan ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya itu.
Lalu ia melemparkan diri ke kasurnya, terdiam membisu menatap langit-langit.
Dia sudah lelah dengan keluarganya ini.