Chapter 8 - 8°

Bugh!

"Ah!" ringis Haneul karena Yuna menendangnya membuat Haneul tersungkur serta terbentur dengan tembok belakangnya.

Yuna jongkok menyamakan tingginya dengan Haneul yang terduduk kesakitan.

"Kalo kemaren-kemaren kita ribut gak jelas, kali ini jelas" dan Yuna kembali tersenyum menyeringai.

"Lu pasti udah tau Mina, pacarnya Mark"

"Berhubung dia beda sekolah, dia ngutus gw sama geng gw buat jaga hubungan antara lo sama Mark yang kalo diliat-liat emang bahaya"

"Inget diri, lo siapa dan dia siapa miliknya siapa. Kalo sampe lewat batas Mina bakal ngebongkar salah satu rahasia terbesar lo alias kelemahan lo yang bisa gw pake" lalu ia tertawa senang sambil berdiri menjauh dari Haneul.

Haneul hanya bisa memejamkan matanya menarik nafas panjang, nasib Haneul kini ada ditangan Mina.

Ternyata Mina tahu penyakit Haneul, Haneul harus berjaga-jaga.

Byur!

Wajah, rambut bagian depan dan seragam atas Haneul basah karena tersiram air yang cukup banyak itu.

"Peringatan pertama, setiap peringatan naik bullynya juga makin-makin. Hati-hati aja" lalu Yuna keluar dari tempat toilet perempuan.

"Makanya jablay, jangan maen-maen sama kita. Salah sekolah nih lu, ngejablay mah noh di sekolah sono. Isinya cabe-cabe jablay semua sama kayak lu" katanya kemudian tertawa dan pergi mengikuti Yuna begitu juga teman-temannya yang lain.

Haneul hanya tersenyum miris dengan air mata yang menyatu dengan air siraman Yuna.

Ia tak menyangka, kenapa orang-orang bisa suka bersekolah?

Ia bangun perlahan dengan perutnya yang sakit, sakit karena haid dan tendangan Yuna yang masih berasa lalu mengaca menatap dirinya.

Kembali lagi Haneul hanya bisa menunduk, menghela nafas dengan kepalannya yang penuh emosi.

Saking emosinya, Haneul hanya bisa menangis dan memukuli meja wastafel itu.

Bell berbunyi, sepertinya Haneul akan membolos hari ini karena seragamnya yang basah.

Atau lebih baik ia meminta tolong, ponsel dan earphonenya ada di kantung roknya itu. Tapi dengan siapa kalau selain Mark?

Akhirnya Haneul menunggu di toilet untuk beberapa menit sampai tidak ada orang dan berlari ke loteng.

Ia akan membolos disana sampai pelajaran selesai, sekitar 1 jam lagi.

Sudah 15 menit Haneul menghabiskan waktunya di toilet, kini mungkin Haneul sudah bisa keluar.

Tapi ketika ia keluar ia malah berjumpa dengan lelaki yang pergi ke toilet sebelah, toilet lelaki.

Toilet lelaki dan perempuan di sekolah ini bersebelahan.

"Eh Haneul, loh kok lu basah?" tanya Lucas, anak yang pernah membayar bus untuk Haneul.

"I-i-i—" Haneul terbata-bata karena tak tahu harus menjawab bagaimana.

Lucaspun langsung memotongnya, "Gw chat Mark deh ya buat ngurus lu" kata Lucas dan sudah mengeluarkan ponsel dari kantung celananya.

"Ehh eh jangan! Gak usah, jangan" seru Haneul yang memberhentikan Lucas.

"Terus lu mau gimana? Lu mau ngapain? Bolos?" ujar Lucas.

"Ya gw mau apa kek urusan gw, udah santai aja gak usah ngurusin gw udah sono" lalu Haneul pergi meninggalkan Lucas dan segera memutar jalan untuk ke loteng agar Lucas tak tahu.

Dan akhirnya ia sampai di loteng, cuacanya cukup cerah dengan sedikit berangin membuat Haneul ingin rebahan sekarang juga.

Ia berjalan dan menatap bawah, lapangan yang kosong untuk sementara waktu.

"Bunuh diri lompat dari sini langsung mati ga si? Kalo kagak kayaknya bakal sakit banget" batin Haneul.

Sebenarnya loteng ini terbilang sangat tinggi, tapi takut saja benar-benar tidak jadi mati. Tidak kebayang sesakit apa.

Haneul pun kembali berjalan ke tempat yang ada atapnya, menatap sekitar apa ada cctv atau tidak. Untung tidak ada jadi Haneul langsung duduk disana menikmati angin lembut yang menerpa tubuh Haneul.

"Lumayan anginnya buat bikin seragam kering" batinnya sambil tersenyum.

Tempat penyembuhan baginya ya ini, keadaan alam.

Kemudian ia menumpukan tubuh dengan kedua tangannya lalu menengadah menatap langit biru cerah dengan awan-awan putih yang lucu.

Secara tak sadar ia tersenyum sendiri menatap langit itu yang sesekali dilewati burung.

"Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa menatap pemandangan seindah ini" batinnya.

"Haneul?" kedatangan seseorang membuat Haneul kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.

"Mark? Ngapain kesini?" tanya Haneul pada Mark.

"Ya, gue mau jemput lo karena lo gak ke kelas" balasnya dan pergi mendekat ke Haneul.

"Lu lagi kenapa? Lu ngapain disini?" tanya Mark lagi yang sudah dekat dengan Haneul.

"Udah gak usah urus gw, bilang aja apa kek ke gurunya. Gw mau bolos sampe jam pulang" jawab Haneul yang masih setiap menatap langit.

Kalau bisa juga sebenarnya Haneul juga ingin bercerita dan mengobrol bersama Mark.

Tapi kenyataan membatasinya.

Mark mengerutkan alisnya, "Lu kenapa? Beda banget sama biasanya" katanya dengan terkekeh kecil lalu ikut duduk disamping Haneul.

"Eh lu gila? Masuk sono nanti dicariin" balas Haneul yang secara halus ingin mengusir Mark.

"Ohh lu ngusir gw?" ujar Mark.

"Y-y-ya ga gitu tapi emang bener kan? Lu itu disuruh bukan ga disuruh. Kalo ga disuruh mending, lah ini disuruh terus ga balik-balik apa ga curiga dia terus nyari ke loteng? Gw malah kena juga" jelas Haneul.

"Makanya lu ke kelas juga sama gw, ayo. Kalo ada apa-apa lu langsung ketuk meja 3 kali dan gw bakal noleh ke lu" balas Mark yang kini wajahnya menoleh menatap wajah Haneul membuat jantung Haneul berdegup kencang.

Haneul hanya bisa menghela nafas panjang lalu menunduk dan Mark juga hanya bisa mengelus kepala Haneul lembut dalam bisu.

"Semuanya bakal baik-baik aja, sabar. Tuhan tau lu bisa, gue gak tau lu kenapa tapi jangan pernah sungkan sama gw kalo lu mau minta tolong atau butuh temen curhat" katanya kemudian melepas tangan dari kepala Haneul dan berdiri.

"Ayo" seru Mark dan mengulurkan tangannya untuk Haneul.

Haneul membalas uluran tangan itu kemudian bangun dan berjalan dengan tangan yang masih berpegangan.

Cukup canggung untuk Haneul minta memutuskan tangan ini tapi ini tidak bisa dibiarkan.

Sesampainya di lantai kelas 4 Haneul langsung melepaskannya, "Sorry" ujar Haneul dan Mark mengangguk paham.

"Dari mana aja Haneul Mark?" tanya sang ibu guru dengan cukup tak senang.

"Dia lagi haid banyak, terus abis istirahat dia di uks ternyata bu tapi gak ada yang tau. Kami agak lama karena nunggu dia perutnya enakkan" jawab Mark membuat Haneul cukup kaget, pas sekali kebohongannya itu benar. Haneul sedang haid yang cukup banyak.

Sang bu guru mengangguk, "Oke silahkan duduk kalian berdua"

Dan geng Yuna hanya menatap Haneul sangat tajam disetiap pergerakannya.

Kalau dulu hanya sebuah halusinasi, sekarang benar-benar terjadi. Orang-orang menatapnya bahkan 1 gerakan kecilpun. Haneul benci ini.

Entahlah apa yang akan dilakukan geng Yuna setelah ini.