Chapter 5 - 5°

Haneul kembali bersekolah seperti biasa, kemudian masuk ke kelasnya yang sudah terbilang cukup ramai.

Tapi kemudian.

Bugh!

"AHAHAHA MAKANYA MATA DIPAKE DONG JABLAY!"

"HAHAHAHAHA"

"Gw bingung dia udah nunduk tapi tetep aja kesandung walau disengaja sih sama si Yuna"

"Ada cacat mata juga kali hahaha"

Haneul hanya tersenyum kecut, apalagi mendengar Haechan sendiri juga ikut menertawainya yang padahal teman sebangkunya.

Haneul bangun dari jatuhnya dan tidak membalas lalu fokus pada kesibukannya sendiri di meja itu.

Haneul menatap lapangan sebentar sambil menghela nafas panjang, kemudian halusinasi itu datang lagi tanpa Haneul sadar.

Langit kembali gelap, awan hitam mengelilingi tatapannya kemudian entah wujud apa muncul dihadapan Haneul.

"Sebentar lagi kamu akan mati.... Hahaha"

Haneul langsung menutup matanya ketika ia sadar dan mengumpat pada bukunya.

".... Asli deh dia beneran sakit tau, kayak sakit jiwa gitu gak sih"

Ternyata mau duduk dipaling belakangpun, Haneul tetap diperhatikan gerak geriknya.

Tentang perhatian, kejahatan, sepertinya itu bukan dari bagian halusinasi penyakit tapi memang apa adanya.

Mereka kan memang membenci Haneul.

Manusia-manusia disini memerhatikan Haneul sedetikpun dan selalu siap siaga membully ketika kejadian aneh kembali terjadi.

Haneul hanya bisa mengepalkan tangan kanannya erat-erat dan berusaha tak menangis.

Sebenarnya jujur saja Haneul itu anak yang mudah menangis, sudah memakai earphone saja ia masih merasa sakit hati bagaimana kalau ia mendengar sangat jelas dengan ejekan-ejekan itu.

Haneul lelah, menyemangati dengan dirinya sendiri juga tetap tidak bisa.

"Gw cuma nunggu waktu itu tiba... Kapan sih? Gw ga kuat disini, gw gak bisa" batinnya.

~~~

"B-b-beneran pak?" - Haneul.

"Iya nak, datang ke rumah saya ya sekarang. Apa kamu perlu dijemput anak saya?" - Pak Minkyung.

"Ah tidak usah pak hehe, saya jalan sendiri saja hitung-hitung belajar agar lebih terbiasa lagi" - Haneul.

"Hehe baiklah kalau begitu, saya tunggu" - Pak Minkyung.

Tut.. Tut... Tut...

Telepon mati.

Ia benar-benar merasa sedang mimpi, sejak kapan hidupnya seindah ini? Bisa mendapatkan obat gratis dari pak Minkyung langsung.

Obat gratisnya itu juga bukan hanya 1 macam, tapi ketiga macamnya.

Padahal obat-obatan itu mahal, dia mau rugi demi pasien bernama Haneul itu.

Ya walau bukan hanya cuma bersama Haneul pak Minkyung begini, tapi hati pak Minkyung memang benar-benar baik dan setulus itu.

Haneul merasa sangat bersyukur masih ada orang positif yang menemani kehidupannya yakni pak Minkyung sendiri.

Setidaknya mengurangi rasa Haneul ingin bunuh diri dan masih bisa menikmati kehidupan sejenak.

Yang membuat Haneul ingin bertahan hidup hanya keadaan alam, selebihnya tidak.

Haneul masih merasa kurang puas menatap alam semesta ini makanya dia masih hidup.

Sebelum keburu malam, Haneul langsung buru-buru keluar setelah meminum obatnya dan berbohong pada ibunya.

Kalau tidak berbohong, mau dicap dan disumpah serapahi apa lagi Haneul dengan ayah ibundanya.

"Jadi orang jangan bego-bego, kalo kayak gitu lo malu-maluin gw tau ga! Keliatan kayak ga mampu atau pelit sama anaknya sendiri nyatanya mah ga, cuma mau bikin lu disiplin tertib dan cepet sembuh. Ga harus selalu bergantung sama obat"

Dan bla bla bla.

Style Haneul sore menjelang malam ini terbilang santai, tapi sopan juga nyaman.

Yaitu sepatu sneakers, celana panjang hitam, kaus putih dan cardigan hitam juta tas kecil berwarna hitam untuk membawa obat.

Untuk rambut tak ada yang spesial, hanya digerai biasa. Dia juga tidak makeup, hanya memakai liptint agar tidak pucat.

Haneul men-tap kartu busnya, tapi ternyata saldonya habis.

Ia baru menyadari itu, ia pikir kartu ini masih ada uangnya.

Kalau ia turun sekarang, ini akan keburu malam karena harus menunggu bus dengan rute yang sesuai ke rumah pak Minkyung.

"Yah pak maaf banget tapi bisa ga saya bayarnya besok? Sa-sa-say"

Supir bus memotongnya, "Maaf nak tidak bisa, turun dan silahkan isi saldo anda kemudian naik bis yang lain"

"Yah ta-ta-tapi pak sekali ini aja saya buru-buru"

Laki-laki dibelakangnya pun memotongnya,

"Saya bayar 2, buat dia dan saya" pernyataan itu membuat Haneul terdiam mematung.

Kemudian orang berjalan kesamping Haneul dan men-tap kartu itu lalu pergi ke dalam busnya.

Pintu buspun tertutup dan bus berjalan.

Haneul menatap punggung lelaki itu yang lebar juga dia sangat tinggi, tapi entah kenapa seragamnya itu seperti tidak asing.

Haneul berjalan mengejar dia dan menyentuh punggungnya.

Orang itu berbalik, "Hm?"

"M-m-makasih, besok gue ganti. Maaf ngerepotin" kata Haneul yang gugup tertiba.

Pantas tak asing, ternyata anak itu satu sekolah dengannya.

Namanya lucas, itu tertera di seragamnya.

"Gak usah ganti, santai" lalu orang itu kembali berjalan dan duduk dipaling belakang.

Begitupun juga Haneul, bedanya Lucas dipaling pojok bagian kanan dan Haneul kiri.

~~~

Akhirnya Haneul menginjakkan kakinya didepan rumah pak Minkyung.

"Woahh rumahnya keren banget" ucapnya yang terkesima sebentar dalam batinnya.

Kemudian ia mengambil langkah dan menekan bell rumah itu.

"Ya siapa—" kini Haneul dan orang itu sama-sama terkejut mematung.

"Lo mark kan?" tanya Haneul memastikan dan Mark mengangguk.

Karena sudah memakai baju rumahan yaitu celana hitam selutut dan kaos putih oversized membuat Haneul linglung dia benar Mark teman sekolahnya atau bukan.

Omong-omong, kenapa dia bisa sangat tampan? Bagi Haneul, Mark ini terbilang sangat tampan.

Memang wajah seperti Mark yang Haneul cari.

Apalagi keningnya itu masi terpampang dengan jelas, astaga damagenya.

Jujur saja, Haneul lebih gila dengan kening yang terpampang dibanding orang yang berotot atau memiliki abs.

Oke, tidak ada saatnya kita berpikir kesitu Haneul.

"I-iya lo kenapa dateng sekarang?" pertanyaan itu membuat Haneul mengerutkan alisnya.

"Ya karena pak Minkyung suruh sekarang" jawabnya dan Mark entah kenapa terlihat panik.

"Heummmm, bentar bentar bentar" katanya lalu berlari masuk ke dalam.

"PAPAAAA KENAPA HANEUL DISURUH DATENG SEKARANG?!?!?!" teriaknya yang terdengar Haneul.

Mark ini lupa dia tidak menutup pintu, sengaja apa bagaimana pikir Haneul yang bingung.

Tapi terkuak juga hasilnya, kalau ternyata Mark ini anak pak Minkyung.

Tadi Haneul sempat kaget juga bingung kenapa orang ini ada di rumah pak Minkyung.

Tak lama pun Mark kembali dengan berlari ke pintu, "Yaudah ayo masuk" Haneul dipersilahkan masuk duluan dan Mark yang menutup pintunya.

"Sore menjelang malam pak" sapa Haneul dengan sopan sembari menunduk sekitar 2 3 kali pada ayahnya Mark.

"Ahaha iyaiya silahkan duduk dulu di meja makan, kita sekalian makan bersama ya? Lagi masak banyak soalnya hehe" seru pak Minkyung sambil membuka tangan pada satu kursi yang kosong.

"Eh pah? Hari ini tuh pacar aku juga mau kesini, papa lupa ya?" tanya Mark pada sang ayah dan Haneul hanya duduk mengikuti instruksi.

Sebenarnya Haneul juga tidak mau tapi dia sendiri tidak enak menolaknya.

"Oh iya, ya udah bagus dong jadi makin ramai makanan juga habis ga ada yang kebuang" jawab sang ayah dan tepat habis itu bell berbunyi.

"Ya!" teriak Mark dan kembali berlari ke pintu utama.

Perempuan itupun masuk, "Soree papah mamaahhhh" serunya dengan semangat.

"Ehhh iya nak" seru sang ibu yang sepertinya ada di dapur.

"Iya silahkan, silahkan duduk" ujar ayah sambil menunjuk kursi tepat didepan hadapan Haneul.

"Eh? Kita ada kedatangan tamu baru nih hehehe" seru pacar Mark itu dengan senyumannya yang antusias.

Haneul hanya menunduk, "Saya Haneul, teman sekelas Mark" jawab Haneul, entahlah perempuan itu akan segera tahu kalau dia ini berpenyakit atau tidak.

Atau jangan-jangan dia sudah tahu? Tapi tidak mungkin sepertinya.

Semoga dia tidak akan tahu.

Keberadaannya juga harus diketahui agar bisa jaga-jaga karena selama sekolah Haneul tak pernah melihat sosok perempuan ini.

"Owalah iya hehe kenalin aku Kang Mina pacarnya Mark" lalu perempuan itu menjulurkan tangannya dan dibalas Haneul.

Perempuan itu begitu cantik, manis dan menggemaskan. Tubuhnya juga indah, perempuan ini memang sempurna sepertinya.

Dan jujur hati Haneul cukup sakit, ia tak mengira ternyata Mark sudah punya pasangan.

Tapi tak apa, yang salah juga Haneul sendiri sudah membiarkan rasa suka ini tanpa tahu dia sudah memiliki pasangan atau belum.