Bel sekolah berbunyi dengan nyaring disela-sela derasnya hujan. Via berjalan di koridor sekolah menuju halte. Wajah gadis itu sesekali terkena rintikkan air hujan. Via menyukai hujan. Yang dia tak suka adalah petir. Si teman hujan itu sendiri. Tubuh Via yang mungil membuat dirinya mudah terhimpit ditengah ramainya halte.
Ditempat yang tak jauh dari halte tepatnya disebuah persimpangan, seorang lelaki yang hendak menerobos hujan menuju jalan raya itu sibuk memperhatikan gadis yang berdiri di tengah ramainya halte. Gadis imut yang entah mengapa selalu mengganggu fikirannya.
"San?" kata seorang gadis teman satu kelas lelaki itu yang kini duduk dijok belakang motornya. "Kita nanti basah, lho?" sambung gadis itu lagi dengan nada bicaranya yang centil.
"Oh, iya, sorry." balas lelaki itu lalu melajukan motornya menuju rumah milik gadis yang bersamanya itu.
Sedangkan gadis yang masih berdiri di tengah ramainya halte itu pun melihat sekilas lelaki yang dia akui akhir-akhir ini membuatnya tak bisa tidur itu membonceng seorang gadis lain.
"Gue salah liat nggak sih?" gumam Via menerka-nerka.
Via pun sampai di depan pos satpam perumahannya. Dia merogoh saku roknya lalu mengambil ponsel. Dan mulai melakukan panggilan pada adik tercintanya. Gito.
"Ha--"
"Iye, gue tau lo ada di pos satpam 'kan?" kata Gito diseberang telepon.
"Ih terbaik deh lo. Ya udah cepet jemput gue." kata Via sambil tersenyum ramah pada Bapak satpam yang menyapanya.
"Siap!" jawab Gito dan panggilan pun diakhiri.
Memang sudah kebiasaan Via jika dia kehujanan pasti dia berteduh di pos satpam lalu menelpon Gito untuk menjemputnya. Tak lama kemudian seorang lelaki tampan berumur 14 tahun berjalan santai dengan celana boxer serta jaket adidas yang dikenakannya dan tak lupa sebuah payung besar yang dia pakai mengahampiri pos satpam.
"Cepet ngapa, Kak!" seru Gito menggaet tangan Via.
"Oke! Mari, Pak!" seru Via ramah pada Bapak satpam.
"Monggo, Neng," jawab Bapak satpam dengan ramah.
Saat sampai di rumah, Via dan Gito langsung disambut Mama Via dengan sebuah handuk di tangannya.
"Nih, Kak, langsung mandi, ya, sayang," kata Ibu dari kedua anak itu seraya memberikan handuk pada putri sulungnya, "kamu langsung cuci kaki, ya, ganteng," katanya lagi sambil mengusap kepala putra bungsunya lembut.
"Siap 86!" seru kedua anaknya.
Setelah mandi dan memakai piama tidurnya, Via berjalan menuju meja riasnya dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Gadis itu teringat pemandangan tadi yang dia lihat saat di halte.
Apa gue tanya langsung ke orangnya aja kali, ya? Ah, tapi 'kan gue cuma gebetannya. Apa hak gue? Tapi, apa boleh seseorang mencintai dua orang sekaligus dalam waktu bersamaan? Eh, tapi 'kan ngeboncengin bukan berarti cinta. Ih! Tapi... Batin Via.
Via mengambil satu botol green tea dari dalam lemari pendinginnya. Lalu mulai menyesapnya perlahan melalui sebuah sedotan. Gadis itu meraih ponselnya. Baru saja dia ingin mengirimi pesan pada Sandy, cowok itu telah mendahuluinya.
Sandy N: P
Alivia Anna: iya
Sandy N: lagi ngapain?
Alivia Anna: minum green tea, lo?
Sandy N: lagi duduk
Alivia Anna: duduk doang? Nggak nafas?
Sandy N: nafaslah oon
Alivia Anna: ya kirain
Sandy N: lagi chat sama siapa aja?
Alivia Anna: sama lo doang, knp?
Sandy N: masa?
Alivia Anna: ya iyalah! 'Kan gebetan gue lo doang kampret!
Sandy terdiam sejenak. Lalu mulai mengetik untuk membalasnya.
Sandy N: oh gitu
Alivia Anna: iyaaa
Via berjalan keluar pintu kamarnya yang langsung menuju balkon. Menikmati aroma khas hujan yang membuatnya rileks sambil menutup kedua matanya. Saat Via membuka kedua matanya dia dikagetkan oleh seorang laki-laki yang wajahnya dekat sekali dengannya dan reflek Via berteriak sambil melempar botol green tea kosong ditangannya ke wajah laki-laki itu.
"Sakit, taik!" umpat Gito memegang hidungnya yang memerah akibat terkena lemparan botol dari kakaknya.
"Sorry, sorry, lagian lo ngagetin gue sih, Dek. Udah tau gue gampang kaget!" jawab Via kesal.
"Hehe, oh iya, Kak, gue mau nanya sesuatu sama lo." kata Gito dengan semburat merah muda dipipinya.
"Lo mau nanya apaan? Kok, muka lu malu-malu bagong gitu?" tanya Via curiga.
"Ih! Tuh 'kan! Belum apa-apa udah diledekin!" jawab Gito mengerucutkan bibirnya.
"Ututututuuuu tayang-tayang," kata Via sambil mengacak rambut adiknya. "Lo pasti mau nanya tentang cewek 'kan?" sambung Via menjawil hidung adiknya.
Gito menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil cengengesan. "Iya nih, Kak." jawabnya malu-malu.
"Mau nanya apa?" tanya Via menatap Gito lekat-lekat.
"Cewek itu sukanya apa sih?" tanya Gito.
"Menurut gue sih, selain suka boneka, cewek suka hal yang manis. Nggak cuma makanan, tapi perilaku dari lo juga yang manis udah bikin dia klepek-klepek." jawab Via dari lubuk hati yang paling dalam. "Tapi awas, lo nggak boleh ngedeketin cewek cuma buat main-main. Lo harus serius. Apalagi kalo nembak. Pacaran itu bukan sekedar status. Tapi komitmen dan tanggung jawab. Kalo lo nyakitin cewek, lo harus inget, Dek, kalo Mama dan kakak lo juga cewek." jelas Via.
"Tenang aja, Kak. Gue nggak bakal mainin hati cewek. Gue nggak se-bangs*t mantan lo, ya." Jawab Gito yang langsung membuat keduanya tertawa.
"Oke, bagus. Selamat berjuang dalam dunia percintaan adikku, sayang." kata Via yang membuat Gito terkekeh.
"Wkwk lo jadi dokter konsultasi cinta gue, ya, Kak," kata Gito seraya berjalan mengikuti Via menuju kamarnya.
"Siap boss!" jawab Via sambil hormat. Adik gue udah gede, ya? Batin Via terkekeh.
***
Batin Via terkekeh melihat bayangannya dicermin pagi itu. Matanya sipit sekali. Dia habis menangis karena semalam nonton drama korea Descendants Of The Sun secara maraton. Dan karena itu, dia menjadi tergila-gila oleh pemeran utama laki-laki dalam drama tersebut yang berperan sebagai kapten Yoo yang nama aslinya adalah Song JoongKi.
Saat Via sampai dikelasnya, keenam sobatnya langsung menghampirinya.
"Lo kenapa, Vi?" tanya Diany.
"Lo ada masalah?" tanya Resty.
"Engga, kok," jawab Via menahan tawa.
"Lha, terus mata lo kenapa bengkak?" tanya Mila.
"Gue abis nonton drama korea maraton, njir! Sedih banget!" jawab Via yang langsung membuat keenam sahabatnya memasang ekspresi muak.
"Kirain kenapa njir!" celetuk Vina.
"Tau dih!" timpal Mila.
"Huu, ketularan Virsya, ya, lo?" kata Sophie.
"Awas aja kalo lo lo pada kalo nonton DOTS mewek!" kata Via sebal.
"Oke, siapa takut! Mumpung besok minggu, gimana kalo kita nobar DOTS maraton dari pagi?" tantang Vina.
"Awas kalo kalian mewek!" kata Virsya.
Keesokan harinya mereka bertujuh memutuskan untuk nobar DOTS di rumah Geta. Supaya gereget Via dan Geta diam-diam memasang kamera untuk memvideokan mereka dari awal mereka memasuki kamar Geta. Dan saat dramanya tamat. Sophie terang-terangan menangis. Dan sisanya tidak mau mengaku. Saat Via dan Geta mengambil kamera yang sengaja mereka simpan itu, mereka terbahak. Melihat Vina dan Mila yang diam-diam menangis lalu menoyor mereka berdua.
🧁🧁🧁
gmna awal februari nya? semoga lancar dan yg blm bisa terlaksana di 2020 semoga bisa terwujud ditahun ini yaaa
jgn lupa buat masukin cerita ini ke keloksi kalian dan mengundi/gift power stone di tiap akhir bab nya xixixi kalo bersedia review juga boleh 🥰 thx uuuuu