Chereads / Between Love and Time / Chapter 29 - 28

Chapter 29 - 28

Bahagia. Mungkin satu kata itu yang bisa Via deskripsikan dari semua rasa yang bercampur aduk dalam benaknya. Via merasa pegal karena sedari tadi dia harus menundukkan kepalanya. Namun dengan cara itulah dia bisa mencium aroma khas tubuh Sandy dan terlindung dari hujan.

"Pegel nggak?" tanya Sandy seolah tahu apa yang tengah di rasakan gadis itu.

"Iyaaa," jawab Via dengan nada manjanya.

Sandy pun dengan perlahan turun dari motornya yang telah dia pasang standar. Lalu menatap Via lekat-lekat.

"Kamu ada yang basah nggak?" tanya Sandy dengan nada yang benar-benar lembut. Beda dari biasanya.

"Cuma kaki aja, kamu?"

"Sama," jawab Sandy. "Lanjut lagi?" tanyanya kemudian.

"Iyaa," jawab Via dengan senyumannya.

Mereka berdua pun mulai melaju kembali setelah memasukkan jas hujan kedalam jok motor karena hujan sudah berhenti. Jalanan sepi sekali. Hanya ada mereka berdua. Sandy dengan sok-nya mengendarai motor dengan sengaja dia belok-belokkan yang membuat Via mau tidak mau mencengkeram baju Sandy. Takut.

"Bawa motornya yang bener!" bentak Via.

"Bodo amat! Udah punya SIM ini," jawab Sandy dengan nada jahilnya.

Punya SIM apanya 17 tahun aja belom! Batin Via.

"Pala lo peang punya SIM! Yang bener bawa motornya nanti jatoh, lho!" kata Via.

"Nggak bakal!" jawab Sandy dengan percaya dirinya.

Dan tak lama kemudian yang ditakutkan pun terjadi. Di jalanan tanah merah dan situasi habis hujan, Sandy dengan sok-nya membawa motornya dengan ugal-ugalan. Alhasil ban motornya tergelincir yang membuat Sandy dan motornya jatuh ke sebelah kiri namun Via dengan ajaibnya terjatuh dengan posisi berdiri. Via pun mentertawakan Sandy. Akhirnya Via memutuskan untuk berjalan kaki sampai di jalan yang bukan lagi tanah merah.

"Makanya kalo dikasih tau tuh dengerin!" omel Via.

Sandy hanya cengengesan. Saat mereka sudah berada di jalan yang bukan lagi tanah merah, mereka kembali berjalan dengan tawanya. Menertawakan kejadian tadi.

***

Pagi yang cerah. Via berangkat sekolah di antar oleh Papanya yang telah kembali dari luar kota. Saat Via telah pamit dan menyalimi tangan Papanya, dia berjalan memasuki area sekolah. Dia tak bisa menahan senyumnya bila mengingat kejadian kemarin. Saat memasuki kelas, Via tahu apa yang harus dia lakukan. Drama seolah kemarin tak terjadi apapun.

Sebagai seorang perempuan, Via gemas sendiri. Mulutnya gatal ingin menceritakan hal bahagia itu. Akhirnya dengan diam-diam Via menceritakannya pada Sophie.

Saat ini, benar-benar free class. Teman laki-laki kelas X.3 bermain basket melawan laki-laki kelas X.2. Via tak bisa menutupi lagi bahwa dirinya kini telah benar-benar jatuh cinta pada Sandy.

Via berjalan menuju kantin untuk membeli dua botol air mineral. Saat dia kembali, dia melihat Sandy berjalan ke arahnya, oh salah, ke arah kelas lebih tepatnya dengan keringat yang bercucuran. Doi gantengnya nambah kalo keringetan abis olahraga, iya nggak sih?

Ya ampun, mau pingsan! Batin Via yang lebaynya sedang kambuh.

"Nih, buat lo," kata Via sambil memberikan satu botol air mineral pada Sandy saat lelaki itu telah berada tepat dihadapannya.

"Eh, nggak usah!" kata Sandy sungkan, "jadi repot." sambungnya sambil mengambil botol yang disodorkan Via. Dasar.

"Najis! Repot-repot di ambil!" kata Via terkekeh.

"Mubazir, elah!" jawab Sandy sambil menaik turunkan alisnya.

Mereka memasuki kelas, Via pun meminjam ponsel Sandy.

"Mau ngapain? Nggak ada apa-apa." Kata Sandy dengan wajah yang tak bisa diartikan.

"Ya udah, nggak jadi," jawab Via lalu mengembalikan ponsel Sandy.

Huuhh. Batin Sandy mendesah.

Di sekolah yang berbeda, Dio sedang berduaan dengan seorang gadis yang notabene adalah kekasih barunya. Dia bahagia, namun rasanya ada sesuatu yang mengganjal pada hatinya. Namun tak dihiraukannya.

***

Via dan keluarganya sedang berkumpul diruang tamu. Via dan Gito sedang bermain PS bersama. Dia melirik sekilas pada Mama dan Papanya yang sedang mengobrol. Sepertinya mereka membicarakan hal yang serius.

"Yeay! Gue menang!" pekik Gito saat Kakashinya dalam PS berhasil menghabisi sang tokoh kebanggaan kakaknya yang sebelumnya tak bisa dia kalahkan, Sasuke.

"Dih! Gue lagi nggak fokus, anjir!" kata Via sebal.

"Njir, dasar lo ngeles mulu Dijjah Yellow!" ledek Gito.

"Eh, gimana doi lo, Dek?" tanya Via saat mereka tengah melanjutkan bermain PS.

"Gimana apanya?" tanya Gito masih fokus dengan PSnya.

"Lo jadi nembak nggak?" Tanya Via.

"Jadi, dong." jawab Gito bangga.

"Diterima?" tanya Via lagi.

"Ditolak, dong." jawab Gito tak kalah bangganya.

"Bhaks!" Via pun terbahak melihat tingkah adiknya. Ditolak, kok, bangganya setengah mati.

"Ngape law?" tanya Gito sesantai mungkin.

"Najis! Alay lo!" kata Via meringis.

"Ketularan lo 'kan, Kak!" jawabnya dengan kekehan.

"Wtf!" umpat Via.

Walaupun perhatiannya sedikit teralihkan oleh tingkah adiknya, Via masih tetap penasaran apa yang tengah orangtuanya bicarakan. Tiba-tiba poselnya bergetar.

Sandy N: selamat malam😘

Alivia Anna: najis gewlak dicium bangkong

Sandy N: Via yang kamu lakukan ke saya itu JAHAT!

Alivia Anna: korban AADC dasar!

Sandy N: wkwk bodo

Alivia Anna: semerdekanya lo ae dah

Sandy N: mau jalan lagi nggak sama orang ganteng akut?

Alivia Anna: narsis parah!

Sandy N: mau nggak?

Alivia Anna: gimana ya, Bang, harga pas nya udah segitu

Sandy N:  ayolah, neng, 70 ae dah

Alivia Anna: njir jadi dagang gue

Sandy N: tau lo! gimane jadi jalan nggak?

Alivia Anna: jadiiiiiiii

Mau! Mau banget! Batin Via. Gadis itu pun mulai jingkrak-jingkrak.

Sandy N: oke, besok pulang sekolah gue jemput

Via yang bahagianya tak kentara itu pun tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak cerita pada temannya. Tapi entah kenapa Via pun akhirnya bercerita pada Virsya.

Alivia Anna: plis deh gue bahagia banget

Virsya: wkwk ngape?

Alivia Anna: tapi lo jangan bocor, ye?

Virsya: tenang gue udah pake yang ada sayapnya

Alivia Anna: njir!

Via pun menceritakan semuanya pada Virsya. Karena dia yakin bahwa Virsya tidak akan keceplosan apalagi sengaja membeberkannya.

Sekolah terasa berjalan lebih cepat. Via benar-benar tak pandai menutupi perasaannya pada Sandy. Saat mereka sedang bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba Virsya dengan lantangnya berbicara yang sukses membuat jantung Via berhenti berdetak.

"Cie yang mau jalan sama Via!" ledek Virsya pada Sandy dengan polosnya.

Via menelan ludahnya dengan susah payah. Bukankah Virsya telah berjanji padanya untuk tidak membocorkan hal itu?  Seketika teman-teman jadi ramai menyoraki Via dan Sandy.

"Cieee."

Dan saat itu pula Sandy dengan gerakan cepat meninggalkan kelas dengan tatapan yang Via tahu apa artinya. Tatapannya sangat tajam. Tatapan kekecewaan dan amarah.