Tak bisa dipungkiri, Sandy sangat kecewa. Bukankah Via telah berjanji tidak akan mengumbar apapun tentang hubungan mereka? Lelaki itu pun berjalan cepat menuju parkiran sekolah lalu segera menancap gas meninggalkan seorang gadis yang suaranya terus terdengar memanggil namanya.
Pada waktu yang sama, Via berusaha mengejar sambil sesekali meneriaki lelaki itu. Tapi dengan gerakan cepat lelaki itu melesat pergi meninggalkan Via yang merasa bersalah. Gadis itu mengacak rambutnya frustasi.
Kenapa sih mulut lo ember banget, Vir?! Tapi ini juga salah gue sih. Sekarang gue harus apa coba?! Umpat Via dalam hati.
Sesampainya di rumah, Via langsung meraih ponselnya lalu mengirimi Sandy pesan.
Alivia Anna: Sandy
Alivia Anna: San, sorry
Sandy N: jujur aja gue kecewa banget sama lo. Apa susahnya cuma nggak ngasih tau orang tentang hubungan kita? Lo udah ngancurin kepercayaan gue
Nafas Via tercekat. Kepercayaan. Via terus memaki dirinya yang ceroboh dengan mata yang berkaca-kaca. Sakit rasanya jika kita sudah tidak dipercaya seseorang yang kita sayangi.
Alivia Anna: maaf, San. Gue tau gue salah, apa gue bisa ngembaliin kepercayaan lo kayak dulu lagi?
Sandy N: harusnya itu dialog gue. Apa lo bisa ngembaliin kepercayaan gue lagi?
Sandy N: kayaknya gue mau pergi aja dari hidup lo, jadi lo nggak usah susah payah ngembaliin kepercayaan gue lagi
Alivia Anna: nggak semua masalah diselesain dengan pergi, San
Sandy N: sorry, tapi kepercayaan nggak bisa semudah itu lo dapetin
Alivia Anna: gue janji nggak bakal ngecewain lo lagi
Sandy N: janji yang kemaren aja nggak ditepatin, masih mau janji lagi?
Via tak berkutik.
Alivia Anna: maafin gue, San, maaf.
Read
Gue ngemis banget? Persetan dengan kata orang! Gue sayang banget sama lo, San! Batin Via.
Gadis itu benar-benar tak tahan menahan bendungan air matanya. Bendungan itu pun runtuh.
Berkali-kali Via mengirimi Sandy pesan. Namun tak kunjung ada balasan. Padahal lelaki itu sedang on data. Gadis itu menyadari bahwa ini semua memang kesalahannya. Via mengirim voice note pada Virsya.
"Vir, gimana, dong? Sandy udah bener-bener nggak percaya lagi sama gue. Bahkan dia bilang mau pergi dari hidup gue! Gue sayang banget sama dia, Vir," lirih Via dengan suara khas orang menangis.
"Maafin gue, Vi. Gue bener-bener lupa. Gue nggak sengaja, Vi, sumpah. Maafin gue, Vi, maaf. Lo boleh marah sama gue. Gue bisa bantu apa, Vi?" kata Virsya dengan nada paniknya melalui voice note.
"Udah, nggak apa-apa, Vir, lagian ini salah gue juga, kok." jawab Via masih dengan sisa-sisa isak tangisnya.
Setelah itu ponsel Via matikan. Lalu dia menenggelamkan kepalanya pada bantal lalu berteriak sekuat mungkin. Berharap dengan berteriak bebannya hilang walaupun sedikit. Gadis itu tenggelam dalam tangisnya sambil terus memaki dirinya sendiri.
Pada waktu yang sama, Sandy merasakan kekecewaan. Di benaknya terus berputar kejadian beberapa jam yang lalu. Apakah dia egois mengabaikan gadis itu seperti ini? Walaupun Sandy sangat menyayangi gadis itu, tetapi apalah daya ketika kepercayaan sudah hancur?
Kepercayaan itu seperti sebuah kertas. Sekali kamu meremas kertas itu, maka bentuknya tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Lurus, rapih, indah. Kamu kini hanya bisa memandangi kertas dengan banyak garis tak beraturan yang membuatnya tak nampak seperti awal. Sama seperti kepercayaan. Sekali kamu membuat orang lain kecewa, meskipun kepercayaan itu bisa kembali, kepercayaan itu tidak akan sama seperti dulu, sebelum kamu melakukan sebuah kesalahan.
Via berjalan gontai menuju kursinya. Hari terasa sangat berat. Sandy, lelaki itu bahkan seolah menganggap Via tak ada. Jangankan menyapa gadis itu, meliriknya pun enggan. Via mengusap wajahnya dengan kasar.
Sebenarnya Sandy tidak ingin melakukan hal ini pada Via. Tetapi dia kepalang kecewa. Janji kecil saja sudah diingkari, apalagi yang besar? Pikirnya. Gebetan masih banyak. Tapi mengapa lelaki itu merasa hampa? Dia ingin sekali menyapa gadis itu, tetapi apalah daya ego sudah menguasai dirinya.
Sudah tiga hari berlalu tanpa komunikasi sama sekali dengan lelaki itu. Via terus saja mengirimi Sandy pesan. Namun tak kunjung dibaca oleh Sandy. Via merasa hampa. Hampa sekali. Yang lebih menyakitkan lagi, dia harus berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja.
Fake. Semua senyuman, tawa, canda, semuanya fake. Palsu. Tetapi sepertinya aktingnya berhasil. Karena tak ada satu pun yang curiga padanya.
Alivia Anna: Sandy, plis maafin gue. Gue sayang banget sama lo. Gue nggak mau kayak gini. Maafin gue
Send.
Gadis yang telah lelah karena aktingnya itu pun tertidur setelah mengirim pesan kesekian kalinya walaupun tidak dibaca oleh sang penerima.
Sandy benar-benar tak tahan lagi. Dia rindu pada gadis itu. Sangat rindu. Akhirnya setelah susah payah melawan egonya, lelaki itu membuka pesan dari gadis yang dia cintai itu.
328 pesan dari Alivia Anna belum dibaca.
Setidaknya itu yang lelaki lihat dari bilah status ponselnya. Lalu dia meng-klik-nya. Dan terlihatlah pesan-pesan dari gadis itu lalu jarinya mulai mengetik balasan.
Sandy N: oke, gue maafin lo. Asal lo bisa buktiin kalo lo nggak bakal ngecewain gue lagi. Sekali lagi lo bikin gue kecewa, gue bakal bener-bener pergi dari hidup lo
Send.
Gue jahat nggak sih? Batin Sandy sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur kamarnya.
Saat gadis itu terbangun dari tidurnya, dia langsung mengecek ponselnya dengan nyawa yang masih belum terkumpul semua. Dan gadis itu langsung membulatkan matanya. Senang sekali rasanya. Dengan cepat dia mengetik.
Alivia Anna: oke, gue buktiin sama lo kalo gue nggak bakal ngulangin kesalahan gue. Makasih banget lo udah maafin gue
Sandy N: iya selo
Via merasa sangat canggung sekarang.
Alivia Anna: lagi ngapain?
Sandy N: lagi tiduran, lo?
Alivia Anna: duduk
Sandy N: nggak tidur siang?
Alivia Anna: baru banget bangun
Sandy N: udah keciri kebonya
Alivia Anna: mana ada kebo imut?
Pede banget nggak sih gue? Batin Via. Gadis itu senyam-senyum sendiri menatap ponselnya.
Sandy N: pede banget lo -_-
Alivia Anna: pede itu modal hidup wkwk
Sandy N: serah lo dah
"Mulai ada kemajuan! Yeay!" Pekik Via kegirangan.
Gadis itu pun mulai melompat-lompat di atas kasurnya sambil terus bergumam tidak jelas yang intinya dia bahagia. Dan tiba-tiba kakinya terpeleset lalu tubuhnya sukses mendarat di lantai.
"Aaaaww!!!" teriak Via. Kakinya terkilir.
Tak lama kemudian Papa, Mama beserta Adik Via datang. Lalu Gito segera memanggil tukang urut langganan keluarga mereka. Dan teriakan Via saat diurut terdengar sampai ke ruang tamu.
🧁🧁🧁
gais maaf bgt telat:(