Chereads / Between Love and Time / Chapter 33 - 32

Chapter 33 - 32

Jantung Via berdebar. Gadis itu merasakan desiran hangat yang menjalari hatinya. Walaupun sesaat yang lalu gadis itu dibuat cemburu, tapi tetap saja hatinya tidak bisa dibohongi bahwa dirinya sangat mencintai lelaki itu. Hingga secuil kalimat manis pun mampu membuat jantung Via berdebar.

Alivia Anna: tapi percuma aja kalo lo milih gue tapi masih deket sama cewek-cewek yang lain. Emang lo anggap hati gue apaan?

Satu hati hanya boleh mencintai satu hati 'kan? Batin Via.

Sandy N: maafin gue, gue tau gue salah. Tapi 'kan gue udah milih lo sekarang

Alivia Anna: kalo lo mau serius sama gue, lo harus tau satu hal. Kalo gue itu pencemburu hebat.

Sandy N: iya gue tau, semua orang yang sayang sama pasangannya emang selalu gitu. Asalkan jangan melebihi batas

Alivia Anna: ya udah lupain aja masalah tadi, haha gue emang lebay

Sandy N: tau huu, lagian masa cuma gitu doang mewek wkwk

Alivia Anna: iya lo bisa ngomong gitu karena lo belum ngerasain diposisi gue

Sandy N: elah baper amat gue cuma bercanda keleus

Alivia Anna: oh, sorry lagi nggak pengen bercanda

Percakapan berlangsung lama. Tetapi beda dari biasanya. Sedikit canggung. Hingga tiba saatnya jarum jam menunjuk ke arah angka 10 yang mengharuskan mereka untuk tidur.

Pagi ini Via berangkat sekolah diantar Gito sampai gerbang sekolah. Karena ini sudah pukul 06:45, gerbang kini dipadati siswa yang hendak masuk ke area sekolah. Beberapa perempuan centil tidak langsung memasuki area sekolah, tetapi memperhatikan Gito terang-terangan.

Yang membuat Via dan Gito menahan tawa adalah seorang perempuan yang sepertinya satu angkatan dengan Via memperhatikan Gito sambil terus berjalan perlahan. Kepalanya memutar sekitar 90°. Bahkan dia tak sadar bahwa jalannya tidak lurus. Saat perempuan itu menolehkan kepalanya ke depan, dahinya yang lebar sukses menabrak pagar yang membuat orang-orang yang melihatnya menahan tawa. Tetapi ada juga yang terang-terangan terbahak.

"Se-ganteng itu kah gue, Kak?" tanya Gito pada Via sambil memasang wajah sok cool-nya.

"Iya, dong. Liat aja gimana kakaknya," jawab Via sambil mengibaskan rambutnya centil. Lalu mereka berdua pun tertawa.

"Ya udah sana berangkat, nanti telat, lho," kata Via sambil mengacak rambut adik kesayangannya itu.

"Ish! Rambut udah rapih-rapih malah diacak-acakin!" kata Gito merajuk. "Ya udah gue berangkat, ya, Kak," katanya lagi sambil menyalimi tangan Via.

"Hati-hati, Dek!" seru Via yang dibalas acungan jempol kiri adiknya.

Via pun berjalan di koridor menuju kelasnya. Semua mata tertuju padanya. Tapi Via tak menghiraukan tatapan itu. Saat dia memasuki kelas, sahabat-sahabatnya menyambutnya dengan ramai seperti biasa.

Bel berbunyi tanda pelajaran pertama akan segera dimulai.

***

Mereka berdelapan pun berjalan menuju warung bakso yang ada di kantin. Sambil menunggu pesanan mereka seperti biasa rumpi no secret mwah terlebih dahulu.

"Eh, kebayang, ya, nanti kita bersebelas kalo udah gede reunian bawa pasangan masing-masing," kata Mila sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Iya, ya, berarti nanti kalo reunian bukan bersebelas, dong? Berdua puluh satu?" timpal Diany.

"Kok, dua puluh satu? 'Kan 11 dikali 2 itu 22, Ny," kata Geta membenarkan.

"Yeh, 'kan si Via sama Sandy, berarti tinggal yang lain yang bawa pasangan, ngarti nggak?" tanya Diany dengan logat Betawi-nya.

"Oh... Ngarti-ngarti," jawab Geta dan yang lain.

"Do'ain aja semoga langgeng," kata Via yang sedari tadi hanya menyimak.

"Langgeng? Lo mau status lo sampe gede cuma gebetan si Sandy doang?" tanya Sophie dengan satu alisnya terangkat.

"Tau, dih! Nggak ada kepastian itu sakit gewlak!" kata Vina.

"Jangan mau status digantung lama-lama, emangnya lo semvak basah apa digantung lama-lama?!" kata Mila tanpa menyaring perkataannya.

"Kalo nggak ada kepastian itu emang sakit, mau marah nggak bisa, cemburu juga sama, lo sama aja nyiksa diri sendiri, Vi," kata Rasty.

"Lo harus minta kepastian sama dia," timpal Geta.

"Gue malu, ntar kesannya tuh gue agresif banget minta kepastian kayak gitu," jawab Via.

"Nggak usah malu, dari pada nanti diserobot si Putri, mau? Atau si Jihan?" tanya Vina yang langsung membuat Via tercekat.

Dan akhirnya pesanan pun datang menyelamatkan Via dari pertanyaan dan pernyataan sahabatnya yang membuatnya skakmat.

Setelah menghabiskan dan membayar bakso, mereka pun berjalan menuju kelas. Saat Via duduk di tempat duduknya, Sandy menghampirinya.

"Phie, gue numpang dulu, lha, bentaran di kursi lo," kata Sandy sambil menaik-turunkan alisnya.

"Iya dah," jawab Sophie sambil berjalan menuju kursi Sandy.

Jantung Via mulai berdetak tidak normal saat Sandy duduk di kursi sampingnya sambil menatapnya lekat-lekat. Via pun mendorong wajah Sandy dengan tangannya untuk menetralkan detak jantungnya dan menahan semburat merah muda yang dia rasakan menjalari pipinya.

"Ish! Nggak usah ngeliatin gue kayak gitu!" kata Via.

Sandy pun tertawa, "Emang kenapa?" tanyanya sambil mencubit pipi Via dengan gemas. Seketika kelas menjadi ramai.

"Cieeeeee," ledek teman sekelasnya.

Via yang salah tingkah mulai memukuli lengan Sandy dan selanjutnya mereka berdua tertawa bersama.

Kesembilan sahabatnya tersenyum ikut senang melihat Via dan Sandy kembali seperti biasa lagi.

"Kapan atuh gue kayak mereka?" tanya Vina dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Kapan-kapan," jawab Virsya tanpa dosa. Mereka semua pun tertawa.

Dengan gerakan perlahan jemari Sandy menganyam jemari Via yang mungil hingga jemari mereka menyatu di kolong meja tanpa ada yang mengetahui kecuali mereka berdua dan Tuhan. Sandy menoleh ke arah Via yang ternyata juga menoleh ke arahnya. Mata mereka bertemu lalu saling melempar senyum. Tangan mereka terlepas saat bel masuk berbunyi.

Saat hendak pulang, Via merasakan ponselnya bergetar. Dia merogoh saku roknya lalu melihat notif pada lockscreen ponselnya.

Agito Alpha: Kak, gue baliknya sore soalnya males liat muka orang yang sekarang ada di rumah lagi cari muka sama Mama. Gue harap lo balik di anter gebetan baru lo biar orang itu  itu cemburu

Via tahu siapa orang yang adiknya maksud.

Alivia Anna: lo udah bilang ke Mama kalo lo pulang sore?

Agito Alpha: males amat, mau masuk gerbang juga nggak jadi. Mereka ngobrolnya di teras, Kak

Alivia Anna: oke, makasih banyak atas infonya adikku sayang😚

Agito Alpha: sama-sama kakakku sayang😚

Saat Via mengadahkan kepalanya dari layar ponsel, dia terkejut karena tepat dihadapannya ada Sandy.

"Pulang bareng, yuk," ajak Sandy dengan cengiran khasnya yang selalu membuat jantung Via berdetak tidak normal.

"Emang nggak ngerepotin?" tanya Via basa-basi.

"Nggak, kok," jawab Sandy.

"Oke, gue nebeng," jawab Via lalu mereka pun berjalan menuju parkiran.

Sandy mulai menancap gasnya menuju rumah Via. Saat mereka berdua sampai, Sandy terkejut melihat ada seorang lelaki yang seumuran dengannya sedang mengobrol dengan Mamanya Via. Lelaki yang sedang mengobrol itu pun sadar akan kehadiran Sandy dan Via di depan gerbang, lalu Mama Via pun berdiri dari duduknya.

Siapa tuh cowok? Kayaknya akrab banget sama Mamanya Via? Batin Sandy.