Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Sepasang Pena

🇮🇩Larissa_Guamita
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19k
Views
Synopsis
Bercerita tentang kisah yang dimulai tanpa sadar ataupun tanpa sebuah kesepakatan. Yang membuat mereka tersesat sebagai kisah singkat yang paling teramat. Hingga Aruna gadis Aceh yang memutuskan kuliah di Turki membuat jarak yang tercipta kian membentang. "Jaga kesehatan ya" pesan terakhir yang sengaja Aruna simpan dan tanpa sedikit pun ada niatan untuk menghapusnya. Pesan terakhir yang dikirimkan Gana sebagai laki-laki yang sengaja membekukan suaranya untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Aruna sehingga membuat mereka terjebak dalam ketersesatan perasaan. 'Pada sebuah hikayat Tertulis pada kalimat yang singkat Bercerita hati yang terpikat Sebagai perjalanan tercepat Sebab tersesat Memilih rute tanpa sepakat Yang membuat hati teringat Sebagai mimpi yang teramat' Tertanda, Aruna.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bandara

Jarak kita tak lebih dari satu meter. Mata kita saling beradu tatap. Masing-masing menenggelamkan diri dalam pelupuk linang yang tercipta.

"Bang, titip ibu ya"

Tangannya membawa ku dalam dekapannya. Tangannya mengusap puncak kepala ku dengan lembut.

"Abang jaga diri baik-baik juga"

Pelukan itu semakin erat, menumpahkan temu yang akan tertunda sebagai sebuah rindu.

"Jaga diri baik-baik" bisiknya lembut.

Ku balas dengan anggukan kecil, tanpa diperintah tangan ku terulur menuju matanya seraya berkata, "gantengnya ilang…"

Ia mendengus kesal, membuatku terkekeh.

Tak jauh dari kami, ku lihat sepasang mata sendu yang sedang menatap kami berdua. Mata yang menyorotkan akan keberatan hati.

Tak lama pandangan ku langsung beralih padanya. Ku ayunkan langkah menujunya. Melebarkan tangan untuk mendekap tubuhnya erat.

"Jaga diri baik-baik bu"

Tak bisa ku elakkan jika tangisnya pecah, badannya bergetar. Ku eratkan lagi pelukan.

"Do'akan bu, Aru akan baik-baik saja" Cempaka hanya mampu membelai lembut puncak kepala anak gadis satu-satunya dan sedikit anggukan yang tidak dilihat oleh Aruna.

"Aruna pamit.." lepas sang gadis sembari menyalami tangan Cempaka dan Gibran bergantian.

Langkah Aruna berjalan diiringi dengan keberatan hati untuk melepasnya, ibu. Namun, apalah daya menjelajahi belahan bumi yang lain adalah impian yang didambakan oleh hati nya, seperti mendapatkan kesempatan berkuliah di negeri orang yang dikenal dengan julukan transkontinental, Turki.

Aruna memantapkan hati. Hari ini adalah perjalanan baru bagi Aruna untuk melengkapi perjalanan hidupnya sebagai takdir Tuhan yang harus diikuti peredarannya. Perjalanan panjang yang akan dihadapinya sendirian, tentunya tanpa Ibu dan Gibran di sisi nya.

Kaki Aruna sudah melangkah memasuki bagian dalam pesawat. Langkahnya menyusuri setiap kursi penumpang untuk mencari angka "145".

"Yaa ketemu!" seru Aruna.

Dengan hati-hati Aruna mulai memposisikan diri nya untuk duduk di kursi tersebut sembari mencari posisi ternyaman karena akan menghabiskan waktu selama 12 jam untuk sampai menuju tempat tujuan.

Aruna bukan satu-satunya pelajar Indonesia yang terpilih dalam seleksi untuk berkuliah di Turki, namun ada 7 orang lainnya yang memiliki nasib beruntung sama seperti Aruna sehingga Aruna tidak terlalu riskan berangkat ke negeri orang untuk pertama kalinya.

Sang pilot mulai mengepakkan sayapnya. Badan pesawat mulai membelah langit dengan gagahnya.

Matanya langsung terbelalak disuguhi oleh arakan awan yang terlihat langsung dari kaca jendela. Ia memuji-muji Tuhan atas ciptaan Nya. Begitu indah. Perpaduan yang sangat luar biasa.

Aruna memilih untuk memejamkan mata, beristirahat untuk menyimpan tenaga sebab pikirnya ketika datang nanti ia akan membutuhkan tenaga yang ekstra untuk mengurusi segala kebutuhan demi keberlangsungan kehidupannya selama di Turki nanti.