Chereads / Sepasang Pena / Chapter 5 - Di Balik Masjid Biru

Chapter 5 - Di Balik Masjid Biru

"Ayooo cepetann!!" titah ku.

Kami bertiga berlari menuju lantai tiga dengan nafas yang terengah-engah.

Hari ini adalah hari dimana pertama kelas bahasa dimulai. Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa dari luar negeri diwajibkan untuk mengikuti kelas bahasa turki selama 1 tahun karena ketika kuliah nanti bahasa pengantarnya menggunakan bahasa turki.

"Akhirnya sampai juga" ucap Ajeng

"Alhamdulillaah.." sahutku dan Shindy berbarengan

Kelas dimulai pukul 08.00 pagi, tepat 5 menit sebelum kelas dimulai kami sudah berada di kelas.

Sebenarnya kampus kami tidak terlalu jauh dari dorm, hanya membutuhkan waktu 15 menit saja dengan menggunakan bus. Namun karena kami bertiga bangun terlambat, akhirnya kami semua dikejar oleh waktu.

Disana terlihat sudah banyak mahasiswa lain, tentunya dari berbagi negara. Kami pun segera mencari bangku yang masih kosong untuk ditempati karena kelas sebentar lagi akan dimulai.

"Cape juga yaa.." sahut Ajeng

"Haha masih beruntung tepat waktu, kalo engga?" jawab Shindy

"Berasa jadi atlet marathon tau" cercah Ajeng

Aku hanya menanggapi keduanya dengan menggelengkan kepala.

Tak lama lelaki paruh baya dengan menggunakan kemeja berwarna biru pudar yang memiliki corak garis-garis kecil beserta tas tangan di tangannya yang membuatnya terlihat begitu berwibawa memasuki kelas.

"Good morning" sapanya dengan senyum ramahnya

"Good morning" jawab semua orang yang berada dalam kelas serempak

Kelas bahasa turki pun dimulai. Di awali dengan perkenalan Pak Erward sebagai guru pengajar bahasa turki di kelas kami. Selanjutnya, beliau menyuruh kami untuk memperkenalkan diri secara bergantian.

Tiba giliran Shindy untuk memperkenalkan dirinya, setelahnya giliran ku untuk memperkenalkan diri.

"Hallo semua, perkenalkan nama saya Aruna Nadhifa dari kelas manajemen dan berasal dari Indonesia" tuturku

"Benar kamu dari Indonesia?" tanya pak Erward

"Iya"

"Ku kira kamu berasal dari Pakistan"

"Tidak, aku berasal dari Indonesia"

Pak Erward membalasnya dengan senyuman. Kemudian perkenalan pun berlanjut ke mahasiswa lainnya.

Tak heran jika pak Erward bertanya hal tersebut, sebab struktur wajah ku mirip dengan wanita timur tengah. Namun aku tetap bangga jika aku mengatakan aku adalah gadis aceh dari Indonesia.

------------------

"Laper nih, makan yuk!" ajak Ajeng

"Ayok, kemana nih?" tanya ku yang sama-sama merasakan lapar

"Kantin kampus aja yang deket" ajak Shindy

Kami pun berjalan menuju kantin yang berada di kampus. Kelas berlangsung selama 4 jam dan sudah berakhir beberapa menit yang lalu.

Disini banyak sekali orang yang berlalu lalang, tidak hanya dari Turki namun dari negara lain pun ada disini, berkumpul di satu tempat. Tempat dimana untuk membangun peradaban. Tempat sumber ilmu berada. Walaupun berbeda, namun rasa saling menghargai sangat dijunjung tinggi disini. Atmosfer toleransi pun sangat terasa kental disini.

"Mau tour dorm ga nih?" tanya Shindy

"Mau sih cuman takut kesasar, ga ada guidenya sih. Kan kampus luas banget" jawab Ajeng

Aku sibuk dengan makanan yang berada sudah di mulut sembari memperhatikan mereka bercakap.

"Kan ada peta nya" sahut Shindy

"Bagaimana kalau ajak kak Erika lagi?"

"Dia kan juga kuliah, khawatir kalau menganggu"

Percakapan diantara mereka pun berhenti. Keduanya sibuk dengan makanan masing-masing.

-----------------

Setelah sarapan yang digabung dengan makan siang tadi karena drama kali terlambat bangun, kami memutuskan untuk berjalan-jalan dulu menyusuri kota istanbul sebelum pulang menuju dorm.

"Heii, kalian mau kemana?"

"Kami mau jalan-jalan di istanbul kak"

"Boleh aku temani?"

"Boleh kak, tapi kakak tidak sedang ada jam kuliah kan?"

"Tidak, kelas ku sudah selesai hari ini"

Kebetulan ketika langkah kami hendak melangkah keluar gerbang, kak Erika secara tiba-tiba datang. Begitulah cara tangan Tuhan membantu tanpa perlu diminta, akan selalu ada jalan.

Tidak asik ketika berkunjung ke Turki tepatnya di kota istanbul, jika tidak menyambangi masjid Sultan Ahmed atau yang terkenal dengan sebutan masjid biru.

Tour kita hari ini adalah tempat tersebut. Dengan senang hati, kak Erika menawarkan diri untuk selalu menjadi guide kami.

Cukup membutuhkan waktu selama 20 menit untuk kita akhirnya sampai masjid biru dengan berjalan kaki. Salah satu masjid termegah yang berada di istanbul.

Mulai dari halaman masjid ini pun terlihat begitu indah. Bangunannya terlihat sangat gagah. Masjid Biru memiliki banyak fitur seperti kubah, setengah kubah, dan menara yang ramping. Enam menara yang menjadi karakteristik masjid tersebut merupakan sesuatu yang tidak biasa dalam gaya arsitektur khas Ottoman.

Empat menara tersebut masing-masing memiliki tiga balkon. Sementara dua lainnya yang berada di ujung halaman hanya memiliki dua.

Dari seluruh masjid Ottoman yang ada, Masjid Biru memiliki halaman paling besar. Di sebelah halaman, kami dapat melihat makam Sultan Ahmed.

Sementara di seberang makam, kami bisa melihat German Fountain. Air mancur tersebut merupakan hadiah dari Kekaisaran Jerman kepada para Ottoman.

Di dalam bagian dalam masjid pun tidak kalah mewahmya. Bagian dalam masjid dihiasi oleh lantai biru yang datang dari Iznik, kota yang terletak sekitar 90 km dari tenggara Istanbul. Jumlah lantai biru yang digunakan dalam masjid tersebut adalah 21.043.

Masjid Biru memiliki total 16 platform muazin, orang yang mengumandangkan adzan, di menara-menara yang dimiliki.

Lantai bawah masjid tersebut dihiasi oleh lantai dengan desain tradisional seperti bunga. Sementara hal yang paling mendominasi pada lantai atas masjid adalah lebih dari 200 kaca patri dengan desain unik.

Ayat-ayat Al Quran menghiasi bagian dalam masjid tersebut. Banyak dari mereka dibuat oleh seorang kaligrafi terhebat pada masa itu, Seyyid Kasim Gubari.

Walaupun masjid ini dibuka untuk para turis, namaun masjid ini masih berfungsi sebagaimana fungsinya masjid sebagai tempat beribadah dengan menetapkan beberapa peraturan tertentu, salah satunya seperti menutup sementara kunjungan wisatawan selama 30 menit, atau selama shalat lima waktu sedang berlangsung.

Kak Erika menjelaskannya dengan sangat detail. Kami merasa senang terbantu oleh nya. Tak lupa kami mengabadikan moment tersebut dengan menggunakan kamera digital milik ku yang sengaja dibawa dari Indonesia sebab aku merasa akan banyak sekali hal bersejarah dalam hidup yang harus diabadikan.

Kami merasa senang sekali bisa berkunjung ke masjid biru dan merasakan kekhusyuan shalat di dalam masjid tersebut, begitu nyaman.

"Kak Erika terimakasih banyak ya, sudah mau direpotkan oleh kami bertiga" ucapku.

"Iya kak makasih" ucap Ajeng dan Shindy

"Sama-sama, tidak repot-repot ko. Aku senang sekali bisa mengajak kalian jalan-jalan"

"Yasudah kak besok-besok ajak jalan-jalan kami lagi ya" tungkas Ajeng

"Huss Ajeng, kan kak Erika juga banyak yang perlu dikerjainnya" sahut Shindy

"Gapapa ko gapapa. Nanti kalau kalian butuh, kalian hubungi saja nomor ku ini atau bisa langsung datang ke kamar ku saja" ucap kak Erika dengan senang hati

"Baik kak terimakasih kasih banyak" jawab kami serempak

"Oh ya, kebetulan besok jadwal kuliah ku kosong, kalian mau kan aku ajak ke tempat lain lagi?"

"Wah boleh kak"

"Asik"

Kami bertiga sangat excited menjawab.

"Yasudah yuk pulang, kita lanjutkan lagi besok."