Seperti pagi biasanya, bus membelah jalanan kota. Disepanjang perjalanan orang-orang sibuk berlalu lalang untuk memulai paginya dimulai dari anak sekolah, anak kuliahan, pekerja kantoran, hingga pedagang toko. Pemandangan yang selalu aku lihat dibalik kaca bus yang sedang melaju.
Sepanjang perjalanan, aku selalu mendapatkan hal yang mampu menyadarkan ku untuk menambah rasa syukur, seperti masih bisa terbangun misalnya.
Semakin hari, tugas di kampus semakin bertambah. Terbukti ketika memasuki bulan kedua kami sudah jarang sekali untuk berjalan-jalan entah hanya untuk sekedar minum kopi, berfoto ria di taman atau berekspedisi ke tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Semakin hari jadwal semakin benar-benar padat, terhitung bersama hari ini yang sudah memasuki bulan ketiga kami masih terus disibukkan dengan tugas-tugas yang terus beranak.
"Udah lama ya kita ga jalan-jalan" ujar Shindy
"Eheem" Ajeng menyetujui
"Jadi kapan nih?"
"Apanya yang kapan?"
"Jalan-jalan lagi"
"Eh pulang sekolah makan di luar aja yuk" usulku
"Boleh juga" Shindy menyetujui
"Asik akhirnya keluar juga" seru Ajeng dengan nada senang
-----------------
"Baik, kita lanjutkan materi yang sempat tertunda setelah kemarin membahas tentang sejarah Turki" tutur pak Bagas
Hari ini kelas masih diisi oleh pak Bagas. Untuk beberapa hari ke depan kelas memang akan diisi oleh pak Bagas, entah untuk berapa lama.
"Silahkan untuk dibuka bukunya. Saya ingin tidak ada yang tidak mencatatnya" tegas pak Bagas
Gaya nya dalam mengajar memang terbilang sangat disiplin dibanding dengan pak Erward namun keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam mengajarkan materi agar mudah untuk dipahami oleh kami.
"Baik, ada yang ingin ditanyakan sebelum lanjut ke pembahasan berikutnya?" tanya pak Bagas
Tidak ada yang menjawab satu pun.
"Tidak pak" kata beberapa orang
"Baik. Tutup buku kalian, saya akan mengadakan kuis kali ini"
Pak Bagas ini terbilang dosen yang penuh dengan kejutan. Bagaimana tidak, tanpa aba-aba ia mengadakan kuis setelah menyampaikan materi beberapa menit yang lalu.
Kami semua menghela nafas. Mau bagaimana lagi, kami tidak bisa menolak.
"Dalam kuis ini saya akan mereview materi yang telah disampaikan oleh pak Erward dengan mengambil rujukan dari referensi yang diberikan oleh pak Erward. Baik langsung saja kita mulai"
Akhirnya satu persatu pak Bagas membacakan soalnya. Satu persatu dari kami pun saling mengacungkan tangan untuk mengacungkan tangan. Ku kira mereka tidak siap untuk mengikuti kuis ini atau mungkin soal yang diberikan cukup mudah. Ah perasaan ku nya saja kali, jika mudah sampai detik ini aku belum menjawab satu pun.
Namun semakin bertambahnya soal, tingkat kesulitan pun semakin bertambah pula. Dan pada akhirnya tak ada satu pun yang mengacungkan tangannya. Tiba-tiba aku mengacungkan tangan sendirian karena aku ingat akan jawabannya.
"Ya Aruna silahkan jawab"
Aku pun menjawabnya dengan ragu, takut-takut salah. Namun di soal berikut dan seterusnya soal dilahap abis oleh ku.
"Baik kuis selesai. Nilai tertinggi hari ini di pegang oleh Aruna. Good job" ucap pak Bagas sembari melihat buku catatan yang berada di depannya
Setelah kuis, pak Bagas kembali melanjutkan materinya hingga tak terasa kelas pun berakhir.
---------------
"Ru mau pesan apa?" tanya Shindy
Aku masih sibuk memperhatikan setiap kejadian di sebrang jendela kafe
"Ruuuu..."
"Arunaa" Ajeng menepuk bahu ku
"Eh iya apa?" kesadaran ku pun pulih
"Mau pesan apa?" tanya Shindy sekali lagi
"Menu nya ada apa aja?"
"Nih" Ajeng menyodorkan daftar menu padaku
"Croissant sama kopi aja"
"Oke"
Seperti janji kami pagi tadi, sebelum pulang ke dorm kami melipir dulu sebentar ke kafe yang jaraknya tak jauh dengan dorm kami.
Setelah disibukkan dengan pemandangan di luar jendela, mata ku berburu ke setiap sudut kafe ini. Pandangan ku terhenti pada satu sudut yang merayu ku untuk segera menghampirinya. Dengan perlahan aku memenuhi permintaannya.
"Mau kemana Ru?" tanya Ajeng
"Noh kesana" tunjuk ku
Aku berjalan tanpa menoleh pada Ajeng yang bertanya. Badan ku terhipnotis untuk mendekatinya.
Ku lihat puluhan buku yang gagah bertengger cantik di rak kayu. Tersusun rapih menyuguhkan formasi yang mampu menggugah selera membaca menjadi bergejolak.
Jari ku mulai berselancar menemui satu-persatu buku di dalamnya. Jari ku terhenti pada buku yang bersampul warna coklat dengan sebuah judul "Dalam Secangkir Kopi". Dengan segera aku mengambil dari singgasananya.
'Saat ku kira kamu abadi
Karna selalu datang kembali
Yang membuat hatiku memuji
Dengan berbunyi narasi,
Apa kau punya kopi?
Gelasku belum terisi
Kau tampak berambisi
Melangkah bersama misi
Namun kembali pergi
Tanpa permisi'
"Ru lagj ngapain?" tanya Shindy yang tiba-tiba sudah ada di belakang ku. Aku hanya menunjukkan sebuah buku yang ada pada di tanganku.
"Simpen dulu, pesenan nya udah dateng tuh" katanya sembari mengembalikan buku yang berada di genggaman ku pada untuk kembali pada singgasananya. Aku tak bisa menolak, aku mengalah saja untuk mengikuti permintaannya.