Chereads / My True Friendship / Chapter 24 - Voli

Chapter 24 - Voli

BUGH!

"REZVAN! LO ADA DENDAM KESUMAT APA SAMA JIHAN SAMPE DARI TADI NYERANG BAGIAN WAJAHNYA MULU!"Itu teriakan seorang gadis di sisi garis pertandingan sembari menggunakan toa. Ia menggeram lantaran Rezvan terus saja bermain brutal one vs one melawan Jihan tanpa bekerja sama dengan tim.

Beberapa pemain mengeluh akibat permainan brutal yang tak dapat mereka tandingi levelnya dari serangan Jihan dan Rezvan. Setidaknya hanya untuk menyeimbangi kecepatan saja, mereka harus berusaha sekuat tenaga agar tak tersandung.

Terlalu cepat dan tak terduga, bahkan kepala Juna sudah seringkali hampir terkena bola efek pukulan Rezvan yang tak main-main. Sang wasit, Kyara, sudah mengangkat tangannya menyerah akibat kehabisan nafas meniup peluit yang sering kali terjadi karena hal sepele.

Seseorang merebut paksa peluit yang baru saja ingin dilempar kearah pasir oleh Kyara dan berteriak lantang. "BERHENTI ATAU GUE PUKUL KEPALA KALIAN SATU-SATU PAKE TOA!?"

Permainan berhenti mendadak. Tidak. Bukannya permainan ini melanggar seluruh peraturan, hanya saja, permainan voli ini lebih mendominasi antar individu. Tidak ada kerja sama tim sama sekali!

Salah seorang pemain mengangkat tangannya. "Bisa kasih penalti gak? ini mah tau gini dari awal aja gak usah adain pertandingan per tim."Protesnya kesal sembari menghela nafas lelah.

Sedangkan teman yang jaraknya agak berdekatan dengannya mengangguk menyetujui. "Setuju banget, mending mereka di dupak biar lebih adil bagi kaum level F kek kita."

"Terus Jihan sama Rezvan level apa kalau gitu?"Tanya temannya yang lain yang diketahui menggunakan headband dikepalanya. "SSS boss!"

Ken, yang tepatnya sudah berdiri berhadapan dengan Rivan mengangguk-angguk mengerti. "Kaum level SSS dilarang bermusuhan dengan kaum level F+ seperti Rivan, kecuali gue, Leon, Indra, Geon dan William yang udah di level A+."

Hendri yang awalnya bersorak setuju mulai bergeming aneh sesaat setelah memahami ucapan dari salah satu temannya. Ia mendelik tajam kearah sang pelaku yang membuatnya tersinggung dengan jelas disini.

Ken menyeringai kecil dan mengangkat bahu seolah-olah ucapannya hanyalah bualan belaka yang tak perlu diterima maknanya. Tapi mengingat hari ini Hendri terpisah oleh geng seperbodohannya, otaknya sedikit bekerja dan paham kiasan tersirat yang Ken ucapkan.

"Ok-ok, Jihan dan Rezvan keluar dari permainan, gak ada protes, yang lain tetap bermain, tapi nanti akan ada pertandingan tambahan individu khusus Jihan dan Rezvan."Kata Fiana yang memutuskan perkelahian adu argumen diantara para pemain yang merasa terasingkan.

Rezvan mendecak kasar tanpa memprotes apapun keputusan Fiana, berbeda dengan Jihan, ia hanya mengangguk tak yakin sembari menjauhi arena pertandingan. Padahal niatnya memukul bola tepat mengenai kepala Rezvan tadi, tapi rencananya gagal akibat teriakan penengahan Fiana.

Bendera merah atau lebih tepatnya baju merah milik Cashel yang di rampok oleh Kyara untuk dijadikan bendera berkibar gagah mengikuti hamparan arah mata angin.

Di sisi lapangan, Bianca tersenyum cerah dan mengepalkan tangan kanannya keatas mulai bersemangat kembali saat menjadi MC setelah melihat Jihan dan Rezvan tersingkirkan.

"BAIKLAH, PERMAINAN VOLI KEMBALI DIJALANKAN! KETUA TIM HITAM ADA LEON CHAIDEN FILBERT! DAN TIM PUTIH ADA KEN QUANTAVIUS! KALIAN SEMUA SIAP BERMAIN!"

"YAAAAAAA!"

"PERTANDINGAN DI MULAI!"

Tim Hitam

• Leon

• Juna

• Treno

• Ilyan

• Arfan ( Anggota yang dipaksa masuk )

• William

Tim Putih

• Ken

• Hendri

• Rivan

• Reyhan

• Alvin ( Anggota yang habis diancam )

• Indra

Tim Support hebohnya...

"ITU AWAS WAJAH JUNA KENA BOLA LAGI NANTI!"

"JUNA KENA MENTAL ANJIR!"

"WOE TAKBIR! JUNA DIJADIIN KAMBING HITAM MULU!"

"AHAHAHAHAHAHAHAAHAHA JUN! KOMUK LO KONDISIKAN DONG!"

"KORBAN BULLY NIH JUNA! JADI UMPAN MULU!"

Tim Pertandingan hebohnya...

"HEH SETAN! BOLA NYA DIATAS KEPALA LO!"

"BABI! CEPET LOMPAT!"

"TAI AYAM KAGET ANJING!"

"SMASH WOE!"

"SUMPAH GAK SOPAN BANGET GUE DARI TADI JADI UMPAN MULU!"

"JUNA JANGAN BANYAK PROTES YA! KORBAN HARUS NURUT SAMA KETUA!"

"ILYAN ANJING MENTANG-MENTANG LO GAK DIJADIIN UMPAN KEK GUE BELAGU AMAT SI!"

"JUN AWAL KEPALA LO!"

"JUNA MENTAL NGEDENS!"

"SERANG AJA JUNA GAES! WAJAHNYA BULLY ABLE SOALNYA!"

"SIAP KOMANDAN!"

Bianca terbahak-bahak sembari memegangi perutnya melihat kerusuhan yang terjadi. Tanpa disadari, ia terjelungup kebelakang akibat tawanya yang sudah lepas kendali.

Rezvan dan Jihan kompak menertawakan Bianca yang rambutnya sudah penuh oleh pasir. Bukannya membantu, kali ini Jihan memilih melempar beberapa pasir yang baru saja ia genggam ke wajah cantik Bianca.

Rezvan yang tak ingin terkena amukan Bianca memilih pergi menjauh. Baru saja berjalan 5 langkah, Bianca sudah menganiaya Jihan yang terlihat puas sudah membuat sepupunya itu menderita.

Pemuda jangkung yang memilih menjaga jarak dari sepupunya memilih tempat lain untuk menonton pertandingan atau lebih tepatnya menertawakan pertandingan yang penuh dengan kerusuhan.

"Mending sama Fiana aja deh."Katanya sembari berjalan mendekati Fiana dan Kyara yang kali ini terlihat sudah sangat akrab.

Fiana dan Kayra kompak bersorak girang menonton pertandingan yang berjalan cukup sengit kali ini sebagai tim. Gadis berkulit pucat itu sedikit mengernyit saat mengingat sesuatu.

"Oiya, Kyara kalau gak salah dipanggil Kael kan sama Ken? kenapa begitu?"Tanyanya hati-hati agar tak terlihat cukup menyinggung walaupun ia tak yakin pertanyaan itu mengganggu sisi ke sensitif-an.

Gadis diajak bicara berkedip beberapa kali dan tersenyum tipis. "Kan namaku Kyara Kael Quantavius Kak, makanya Kak Ken manggil aku Kael, mungkin panggilan kesayangan?"Sedikit terkekeh saat dirinya malah bertanya balik, tapi tak terlalu gadis cilik itu hiraukan, ia memilih fokus ke pertandingan tanpa mengetahui tatapan tak bermakna seseorang.

"Kamu... nama kamu Ael?"

Kyara. Gadis yang tadinya fokus ke pertandingan kali ini menegak kaget dengan tangan yang mulai bergetar kecil. Ia sedikit menoleh saat melihat seseorang menatapnya penuh dengan tanda tanya.

"Iya... tapi bagaimana bisa Kakak tau nama itu?"Matanya menatap dalam penuh kecurigaan kearah orang yang baru saja melontarkan pertanyaan. Gadis itu meringsut kecil saat ada orang lain yang menyinggung nama kecil nya di masa lalu.

Orang yang bertanya itu tersenyum miring dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kamu adalah orang penting, intinya saja, setelah ini jadilah gadis yang berguna untukku."Katanya penuh ambigu sembari mengusap lembut rambut gelombang panjang milik Kyara.

Fiana yang sedikit tak memahami pengertian Rezvan mengernyit heran. "Memangnya ada petunjuk?"

Sang pelaku yang balik ditanyai malah mengembangkan senyum aneh. "Iya, ada sesuatu yang dimiliki Ael, tapi hanya keluarganya yang tau."Jawabnya ringan diiringi terduduknya ia tepat di samping Fiana.

Kyara menarik nafas sejenak sebelum menyuarakan protesnya. "Kak Rezvan, panggil saja aku Kyara atau Kael ok? tapi jangan panggil aku Ael, boleh?"

Rezvan yang diajak bicara tersenyum tipis sembari menengadah kearah langit. "Iya boleh, tapi lain kali, ada saatnya nama itu jadi sesuatu yang berharga bagi rencana gue."Jawabnya dengan akhiran yang lirih. Walau sudah jelas, hanya Fiana yang dapat mendengarnya.

Gadis berkulit pucat disampingnya menunduk dan sedikit berpikir. Ia menoleh kearah Kyara yang sudah kembali fokus kearah pertandingan dan berbalik menatap Rezvan yang juga mulai memfokuskan perhatiannya kearah pertandingan.

"Sekarang, apa lagi yang di rencanakan olehnya..."