Hendri tertawa terbahak-bahak diatas pasir tanpa alas akibat merasakan nyeri pada perutnya yang ngilu. Tangan kiri pemuda itu memegang ujung meja kosong disampingnya yang tepat bersebelahan dengan ruko perdagangan kosong.
Tangannya bergetar kuat, seakan-akan bisa rapuh kapan saja saat ia tidak memberikan kekuatan penuh untuk memegang ujung meja kuat-kuat. Kakinya terkulai lemas dan tak terasa akibat rasa sakit diperutnya masih menjalar kuat keseluruh tubuhnya.
"SUMPAH BRENGSEK! GUE... AHAHAHAHAHA GAK KUAT... PFFTTT BWAHAHAHAHAHAHAHAHA!"
"ZIANO CABUL ANJIRRR!" Timpal Juna yang keadaannya tak jauh berbeda dari Hendri—atau mungkin lebih parah darinya.
Fiana refleks menutup kedua matanya saat melihat adegan pertumpahan darah tepat dihadapannya. Benar-benar adegan tak terpuji sampai membuat seorang Rezvan secara tak sengaja menghancurkan potongan kayu usang dibelakangnya akibat menahan tawa.
Falisa bengong ditempat dengan mulut terbuka kecil melihat keganasan adiknya yang malah melakukan hal nekat, ia melotot kaget kearah Ziano yang masih saja melakukan hal tak terpuji, membuatnya cepat-cepat berinisiatif memukul kepalanya kuat.
DUAGH!
"KENAPA SI KAK!?"
"HEH BERHENTI! DILIATIN ORANG! MALU-MALUIN ZI!"
Falisa mendorong Ziano menjauh dari Arfan yang sudah kehilangan nyawa dan hampir saja pingsan, pemuda itu benar-benar babak belur akibat pertarungan tak menguntungkan dari Ziano.
Pemuda yang memukulnya benar-benar nekat merobek baju pantai nya sampai compang-camping, setelahnya ia dipukul habis-habisan tanpa naluri kewarasan seorang manusia.
Sungguh ironis sekali takdir Arfan yang mencoba menjahili Ziano hari ini. Dan ini cukup memalukan, dirinya bahkan sudah cukup menyakinkan untuk dikatai seorang gelandangan yang belum makan beberapa hari terakhir.
PUK
Falisa melepas jaketnya yang cukup kebesaran ditubuhnya dan memberikannya diatas kepala Arfan yang masih mencoba menyadarkan diri. Setelahnya gadis itu memukul kepala Ziano beberapa kali walau tak terlalu memakai tenaga agar adiknya mengembalikan kewarasan.
"Widih, gelandangan mana nih? kok cakep? AHAHAHAHAHAHAHAAHAHA!" Ledek Treno sembari menunjuk-nunjuk wajah Arfan menggunakan tusuk sate yang sudah kosong.
Arfan meludah kasar dibawah kakinya sembari merenggut tertahan, ia memilih memakai mantel yang diberikan Falisa dengan cepat agar dirinya tak kembali diledek begini. Sungguh, ia sangat menyesal sudah menantang Ziano seperti tadi.
"Kadang gue gak tau cara anak laki-laki bercanda, terlalu ekstrim!" Komentar Fiana saat dirinya baru saja memberanikan diri membuka mata yang beberapa manit lalu tertutup.
Juna menggeleng sebagai jawaban dan menolak argumen Fiana. "Ya gak bisa dong, kan emang bercanda anak laki-laki gak kayak anak cewek yang cuman, hahaha, hihihi, hohoho, fufufu!"
Treno yang baru saja memakan sate guritanya refleks menyembur membuat makanan yang baru saja masuk mulut itu terbuang kemana-mana dengan random. Beberapa jatuh tepat diatas rambut Arfan yang tengah berusaha untuk berdiri.
"BAJINGAN!" Amuknya galak saat beberapa helai rambutnya terasa lengket, ia merinding jijik dan melempar sendal tepat ke wajah Treno.
Dan binggo!
Tepat sasaran!
"Pfffttt... AHAHAHAHAHAHANJIR JUNA!" Rezvan mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah akan tingkah kebodohan temannya itu. Dia sudah cukup lelah tertawa dan kali ini harus merasakan perutnya nyeri akibat terlalu lama menahan tawa yang hampir meledak tadi.
BUAGH!
"AGGGGHHHHH!
"BWAHAHAHAHAHAHAHAHA!"
Hendri meringkuk diatas pasir saat melihat bagaimana Fiana menendang bokong Juna dengan sadis, bahkan ia tertawa sampai tak bersuara membuat oksigen tak dapat masuk kedalam hidungnya.
Disaat yang bersamaan, Hendri lupa bagaimana caranya bernafas, ia lelah tertawa, tapi adegan kekerasan tak terpuji dihadapannya membuat niat awalnya kacau dan malah menyakiti rahangnya yang terus-menerus tertarik.
"Coba ngoceh lagi, ini gue injek punggung lo." Ancam Fiana saat kaki kanannya benar-benar menggantung di udara bersiap menginjak punggung Juna yang tengkurap diatas pasir.
Arfan yang baru saja teraniaya kembali oleh Treno refleks bergidik samar. Padahal sebelumnya Fiana masih malu-malu dengan mereka, tapi lihatlah sekarang!? seperti apa Fiana saat ini!?
Sepertinya Fiana sudah mulai salah pergaulan!
Menjadi cukup serampangan!
Dan salah mencari kawan!
Termasuk juga dirinya. Arfan akui, bahwa ia adalah salah satu setan pencipta Fiana yang serampangan begini. Jadi, tentu saja ia mengakui dosa-dosanya.
"LEON! TOLONGIN GUE!"
"Ada apa?" Baru saja dipanggil, tiba-tiba pemuda itu sudah datang sendiri secara naluriah dan menatap heran kearah Juna.
"Memang kita memiliki ikatan batin yang kuat ya Le."Kata Juna sebagai basa-basi saat melihat Leon mengernyit aneh kearahnya.
Leon melontarkan pertanyaan, bukannya dijawab tapi Juna malah mengganti topik lain, dan inilah alasannya Leon sangat hobi menindas Juna. "Omong kosong! gak usah bicara kalau gak penting."
"BERCANDA! INI TOLONGIN GUE DEH WOI! DEMI DAH!"
Akhirnya mengalah dan tak melanjutkan tingkah jahilnya, Juna melirik kebelakang sekilas dan bola matanya bersitatap dengan bola mata Fiana yang menatapnya tajam dan bengis, pemuda itu merinding disko dan segera mengalihkan pandangannya seakan tak pernah melihat apapun.
Leon yang awalnya berniat membiarkan saja pada nyatanya mengalah dengan ego, sebrengsek apapun Juna terhadapnya, begini-begini Juna juga tetap adiknya, jadi tentu sudah menjadi tugas Leon untuk membantunya.
Kalau kata Liona...
"Kak Leon itu tsundere ke Kak Juna, kelihatannya kasar, tapi pada nyatanya juga perhatian karena Kak Juna nasibnya gak beda jauh dari Kak Leon, makanya Kak Leon juga mau menjaga Kak Juna sebagai Kakak tertua yang penuh tanggung jawab."
Sangat mengharukan.
Walau mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan acara kdrt-an.
"Fiana kejam banget sekarang..." Komentar Juna yang baru saja dibantu berdiri oleh Leon dengan selamat tanpa merasakan punggungnya terinjak oleh sesuatu.
Sang gadis yang dikomentari hanya mendelik kecil tanpa merasa bersalah dan mengendikkan bahu. "Entahlah, kata Jihan kalau kalian bikin kesel ditindas aja."
"OHOKK!" Untuk yang kesekian kalinya, pemuda yang sedari tadi mengemil sate gurita tanpa henti itu terbatuk-batuk kaget, tangan kanannya menepuk dadanya kuat agar batuknya sedikit mereda.
Hendri yang gemas sendiri tanpa hati nurani menabok punggungnya kuat, bukannya batuk yang berhenti, tapi Treno malah tersungkur dan mencium gumpalan pasir.
"Indahnya pemandangan."
"KDRT MACAM APA INI KAWAN! AKU LELAH! AKU GILA! AKU MAU RESIGN JADI MANUSIA!"
Rezvan yang mendengar penuturan drama Treno itu mengernyit tak setuju dan mendekatinya. Ia berjongkok dan menunduk mencoba melihat wajah pemuda itu yang sudah penuh akan pasir.
"Lo mau resign jadi manusia? bukannya lo sejak awal udah bukan manusia ya? perasaan lo kan setan yang memiliki darah kental penghuni taman safari."
"Bajingan."
"PFFFTTT BWAHAHAHAHAHAHAHAHA REZVAN BENER BANGET!"
"PIKS, SETELAH HARI INI GUE BAKALAN JADI FANS REZVAN!"
"AHAHAHAHAHAHANJIR GOBLO! TRENO TERSAKITI SEKALI!"
"Emang bener seharusnya sejak awal gue gak temenan sama kalian."
Ziano mendecih dan menendang punggung Treno agar tersungkur kembali keatas pasir. "YA AMPUN ZIANO!" Falisa yang melihat kejadian itu menutup mulutnya tak habis pikir melihat sikap tak ada sopan adiknya.
"Heh denger ya! kalau bukan karena gue mau jadi temen lo! dulu siapa yang dengan baik hati dan sukarela nya nyelametin lo dari anak-anak sombong kelas 9G itu?" Tanya pemuda itu yang kali ini menatap tak bersahabat kearah Treno.
Indra yang baru saja datang ke lokasi keributan menggeram dan menarik kuat pundak Ziano agar menyingkir dari belakang tubuh Treno, pemuda itu membantu Treno berdiri dengan hadiah pukulan dikepalanya.
"IYA SUMPAH MAAF! GUE KHILAF! GUE SAYANG KALIAN! MAKASIH KAWAN-KAWAN!"
"Makanya, kalau punya mulut dijaga, udah tau Ziano lagi sensi an, malah di lawan."