Jenderal Kiora memandu jalan bagi Haise kesebuah bangunan bersusun 3 dengan arsitektur sederhana tanpa ornamen dan berwarna putih pada seluruh bagiannya. Dari halamannya saja terlihat banyak Tabib yang lalu lalang sibuk mengerjakan sesuatu.
Jenderal Kiora menhentikan seorang Tabibyang sedang melintas dan bertanya. "dimanakah Tabib Daiho saat ini? "
Tabib muda itu melihat penampilan Jenderal Kiora untuk memastikan. Kemudian dia menjawab. "dia ada di lantai 2."
"terimakasih. "
Kemudian Tabib muda itu pergi melanjutkan aktifitasnya.
"Jenderal Kiora, kamu tunggu disini saja aku ingin berbicara dengan Tabib Daiho secara pribadi. " perintah Haise.
Jenderal Kiora mengangguk dan membiarkan Haise berjalan masuk kedalam sendirian.
Memasuki ruangan yang tidak luas itu sepintas terlihat luas dan karena efek dari cat dinding yang seluruhnya putih. Haise memandangi begitu banyak rak buku yang hampir ada pada semua sudut. Dia melihat seorang Pria cukup tua sekitar berumur 40- 50 tahun yang berjalan tanpa melihat langlahnya yang berjalan menuruni anak tangga karena asyik membaca buku di tangannya.
"Tabib Daiho. "
Mendengar namanya disebut Pria itu langsung menoleh kearah Haise dan kehilangan fokusnya hingga tak melihat langkahnya yang tidak tepat di qntara anak tangga dan terpeleset. Dengan sigap Haise langsung menangkap lengannya untuk menjaga keseimbangan tubuh Tabib Daiho.
"terimakasih." ucap Tabib Daiho sambil melihat sosok pemuda berumur 13 tahun di depannya yang menolongnya sebelum terjatuh. Ia-pun memperbaiki posisi berdirinya kemudian bertanya. "siapakah kamu, kenapa kamu memanggilku? "
"namaku Haise. "
Mendengar itu, Tabib Daiho jadi teringat sesuatu. Kemudian dia menggunakan bahasa yang sopan. "aku ingat anda adalah Putra dari Raja Zuhhud dan teman sekelas Pangeran Zassy. "
Haise mengangguk.
"Ada apa anda memanggilku? "
"aku ingin bertanya."
"hmm.... Boleh-boleh saja, katakan. "
"aku ingin tahu, apakah ada buku yang bisa membuat manusia tidak akan mati selamanya? " tanya Haise tanpa basa basi.
"huh... buku yang membuat orang tidak akan mati?... " Tabib Daiho mengulangi pertanyaan Haise yang tampak mengejutkannya.
Sorot mata Haise nampak serius menunggu jawaban dari Tabib Daiho.
"sebelum aku menjawab pertanyaan anda, aku ingin jawaban jujur kenapa anda menanyakan pertanyaan itu."
"karena aku tidak ingin mati. " jawab Haise singkat.
"........." Tabib Daiho hanya diam kemudian dengan enggan ia berkata. " ada kalanya orang tidak ingin mati, tapi kadang kala umur yang sangat panjang membuat orang jenuh dengan kehidupan. Sebaiknya kamu urungkan niatmu. "
Dari apa yang di ucapkan Tabib Daiho, Haise bisa memetik kesimpulan. "apakah itu artinya ada orang yang bisa mencapai tingkatan kehidupan Immortal? "
"......" Tabib Daiho memandang wajah muda yang begitu serius di depannya seperti singa yang sabar menunggu buruannya. Dengan menarik nafas panjang dia menjawab hanya dengan satu kata. "....ada. "
Mendengar itu seketika Haise tersenyum bahagia, senyuman dari wajah muda dan tampannya seperti pucuk bunga teratai yang mekar di pagi hari. Matanya berbinar-binar seakan melihat gunungan emas dan berlian yang menggiurkan. Dan iabertanya sekali lagi untuk memastikan. "benarkah? "
"?....." Tabib Daiho nampak tak mengerti mengapa Haise terlihat begitu bahagia mendengar ada cara untuk menjadi Immortal.
"Tabib Daiho, aku mohon jelaskanlah padaku lebih lengkap. " mata Haise masih berbinar-binar dan tak sabar mendengar setiap kata yang akan di ucapakan Tabib Daiho.
"...." Tabib Daiho tidak mengatakan apapun dan berjalan santai menuju tempat duduk di ruang baca, saat duduk ia kemudian menyuruh Haise. "...duduklah."
Dengan antusias seperti kelinci yang melompat duduk diatas kursi, Haise duduk tepat didepan Tabib Daiho dengan mata yang tak berkedip dan fokus.
"memang benar ada cara agar manusia bisa mencapai tingkatan kehidupan Immortal. Tapi untuk memperolehnya adalah sesuatu yang sangat mustahil. "
"katakan saja padaku. "
"dahulu kala ada seorang musisi yang sangat berbakat, tak sengaja dia menemukan sebuah buku musik yang terdiri dari 13 bait..."
".....?" Haise tidak mengerti apa hubungannya kehidupan Immortal dengan buku musik. Tapi ia tetap sabar mendengarkan tanpa sekalipun menyela.
"pemain musik itu membaca dan berusaha menirukan isi setiap bait musik di dalam buku itu. Tapi isi dari buku itu sangatlah mustahil untuk di tirukan, setelah bertahun-tahun mencoba dia akhirnya berhasil menirukan bait pertama. Dan tepat saat ia memainkan bait musik dengan benar, tubuhnya seketika mengalami kerusakan parah. Sayangnya rasa penasarannya sangatlah besar dan ia berusaha memainkan bait lainnya, karena itu lagi-lagi tubuhnya mengalami kerusakan bahkan lebih parah. Dan tragisnya adalah...." Tabib Daiho berhenti sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam, kemudian melanjutkan. "....saat itu ia tidak tahu istri dan dua anaknya sedang mencarinya karena itu mereka tak sengaja mendengarkan Soneta Iblis yang ia mainkan. "
"Soneta Iblis... " Haise mengulangi nama lagu itu dengan suara berbisik. Kemudian dia bertanya. "....apakah mereka masih hidup? "
Tabib Daiho menggelengkan kepala dan melanjutkan. "... Tidak tahu mengapa, Berbeda dengan Pria itu, istri dan kedua anaknya seketika mati saat hanya mendengarkan bait ke dua. Karena itu Pria itu sangat berduka dan menyesal, kemudian ia memberikan Buku Soneta Iblis kepada Pemimpin Tetua Healer ke 3 untuk di amankan agar tidak ada orang lain yang menggunakannya. "
"apakah Pria itu sudah berhasil mencapai kehidupan Immortal? "
Tabib Daiho menggelengkan kepalanya. "...dia hanya bisa mendengarkan dan memainkan hingga bait ke 4, karena itu dia tidak bisa mencapai kehidupan Immortal."
"apakah aku harus bisa memainkan dan mendengarkan ke 13 bait lagu dari Soneta Iblis? "
"aku tidak tahu, yang aku tahu hanyalah untuk memainkan Soneta Iblis di butuhkan orang yang sangat berbakat dan untuk mendengarkannya di butuhkan orang yang sangat kuat dan tangguh. Dalam catatan sejarah belum ada orang yang berhasil hidup setelah memainkan atau mendengarkan Soneta Iblis pada bait ke 4. Tapi dari apa yang tertera di Buku itu, memang benar siapa saja yang berhasil bertahan dari Soneta Iblis hingga bait ke 13, ia akan mencapai kehidupan Immortal."
"jika semua orang yang telah memainkan ataupun mendengarkan Soneta Iblis tidak ada yang berhasil hidup. Kenapa tadi Tabib Daiho mengatakan ada manusia yang mencapai tingkatan kehidupan Immortal?" tanya Haise yang mengingat kata 'ada' yang di ucapakan Tabib Daiho sebelumnya.
Dengan menarik nafas yang terasa berat, Tabib Daiho menjawab. ".....karena sebetulnya ada cara lain selain dengan cara itu tapi cara ini lebih keji. "
"....." Mendengar itu Haise menelan ludah karena mendengar cara yang sebelumnya saja sudah mengerikan.
"cara ini bisa di bilang gampang tapi juga bisa di bilang sangat susah. "
"....."
"karena orang yang menjalaninya bisa disebut tidak hidup juga tidak mati. "
"...."
"yaitu dengan cara menjadi Lich."
"Lich?.... Kenapa Tabib Daiho mengklasifikasikan Lich sebagai manusia dengan kehidupan Immortal? " tekanan suara Haise terdengar sedikit marah tapi ia tahan.
"Tentu saja Lich bisa di sebut manusia dengan kehidupan Immortal. Entah anda mau setuju atau tidak, kenyataannya mereka bisa hidup dalam jangka waktu yang sangat-sangat lama. Tapi hidup mereka sebetulnya jauh lebih buruk dan mengerikan dari menerima kutukan. "
Tangan Haise menggepal erat karena kesal dan geram yang ia tahan, tapi ia masih berusaha menahan diri dan mengontrol emosinya kemudian bertanya. "...apakah ada cara lain? "
"hmmm.... Cara yang lain ya..." ucap Tabib Daiho sambil berpikir.
"...." Haise diam sambil berharap.
kemudian Tabib Daiho menjawab. ".... saat ini tidak ada cara lain."
Wajah Haise seketika muram mendengar jawaban barusan, harapannya terasa sangat berat untuk digapai.
"jika anda menemukan cara baru untuk menjadi Immortal jangan lupa untuk mengabariku ya. " ucap Tabib Daiho sambil tersenyum sedikit menyidir sambil menepuk pundak Haise yang diam mematung di depannya.
"...Tabib Daiho, bagaimana cara agar aku bisa mendapatkan Buku Soneta Iblis? "
"?!" Tabib Daiho seketika terkejut dengan pertanyaan Haise. "anak ini! Kenapa keinginannya untuk Immortal begitu kuat!. Tidak-kah ia paham dengan apa yang aku terangkan barusan?!"
"katakan bagaimana caraku untuk mendapatkan Buku Soneta Iblis? "
"Buku Soneta Iblis tersimpan dalam perpustakaan khusus di Sekolah Mountain Healer. Dan hanya Pemimpin Tetua Healer saja yang tahu lokasinya dan juga memiliki akses untuk membukanya. Sedangkan saat ini belum ada lagi Healer yang mampu mencapai level 10 elemen Air untuk menjadi Pemimpin Tetua Healer ke 8. Jika anda benar-benar menginginkannya anda harus mencari orang berkemampuan yang memiliki elemen Air level 10 untuk menjadi Pemimpin Tetua Healer selanjutnya."
"....bukankah 22 tahun lalu Sekolah Mountain Healer memilih seorang Healer muda untuk menjadi Pemimpin Tetua Healer baru yang ke 7, jika aku tidak salah dia bernama Bayu Hyun. Aku yakin dia tahu lokasi dan akses masuk kedalam Perpustakaan khusus di Sekolah Mountain Healer."
Mendengar Haise menyebut nama Bayu Hyun, Tabib Daiho mengerutkan dahi. "dia menyebutkan nama kelahiran dari Kaisar Baykyu tanpa rasa hormat. Memang asal-usul Kaisar Baykyu sangatlah di rahasiakan terutama masa lalunya. Aku tidak bisa menyalahkan anak ini sepenuhnya karena ketidak tahuannya. "
"Tabib Daiho, kenapa kabar tentang Pemimpin Tetua Healer ke 7, Bayu Hyun Tiba-tiba lenyap. Padahal kabar kematiannya di Kekaisaran Angin bersama dengan Kaisar Assari terdengar janggal. Bahkan kalaupun dia benar-benar mati, seharusnya Sekolah Mountain Healer mengadakan upacara kematian bagi pemimpin mereka, tapi dalam catatan sejarah mereka tidak mengadakannya. "
"anak ini sudut pandangnya cukup tajam juga. Kami tidak mengadakan upacara kematian karena memang tidak ada kematian. Jika kami berpura-pura melakukan upacara kematian sedangkan mantan pemimpin kami belum mati, itu sama saja penghinaan." pikir Tabib Daiho sambil mengamati ekspresi Haise yang serius berpikir."
"Tabib Daiho, aku yakin kamu tahu bahwa Pemimpin Tetua Healer ke 7, Bayu Hyun masih hidup. "
Ekspresi Tabib Daiho hanya datar menanggapi opini dan tebakan dari Haise. Dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya, kemudian ia berkata dengan suara tegas namun pelan. "....jangan panggil mantan Pemimpin Tetua Healer ke 7 tanpa rasa hormat lagi, apa anda mengerti?"
".....!" Haise sedikit terkejut mendengar ucapan tegas dari Tabib Daiho. Kemudian ia mengangguk pelan tanda mengerti.
Tabib Daiho beranjak dari tempat duduknya tanpa mengatakan apapun dan meninggalkan Haise yang masih belum menemukan jawaban yang tepat di kepalanya.
"......." Haise diam tak mengikuti ataupun mengejar Tabib Daiho yang berjalan tegas keluar ruangan. karena ia menyadari Tabib Daiho sedang tersinggung.