Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 45 - chapter 45 - plot

Chapter 45 - chapter 45 - plot

( 2 hari kemudian di Kerajaan Tyoko)

Seekor burung kertas terbang diatas Istana Kerajaan Tyoko kemudian mendarat tepat di telapak tangan Raja Bakkara yang masih menginap di Istana Kerajaan yang di pimpin oleh kakaknya yaitu Raja Agata. Burung kertas itu adalah surat dari mata-mata kepercayaan Raja Bakkara yang bertugas di Ibu Kota Samaratungga. Melihat isi surat tersebut langsung tergambar senyuman lebar di bibirnya, ia pun segera menemui Raja Agata yang masih berada di kamarnya. Saat ia masuk ia menatap kakaknya dengan gerak mata yang mengisyaratkan agar semua Kasim, Pelayan dan Dayang untuk keluar. Kemudian Raja Agata-pun memerintahkan mereka untuk keluar gerbang kediamannya.

Saat dirasa sudah aman, Raja Agata bertanya. "ada apa? "

"kakak, idemu sungguh hebat, dalam waktu singkat rumor bahwa Pangeran Zassy masih hidup beredar dengan sendirinya hingga ke Ibu Kota Samaratungga. Tapi aku ingin tahu apa yang kakak lakukan dengan jenazah adik yang kita curi diam-diam dari Pemakaman Istana, sehingga membuat semua orang mengiranya sebagai Pangeran Zassy." puji Raja Bakkara.

"apakah kamu pernah mendengar pelukis wajah? "

Raja Bakkara mengangguk. "apa utu artinya kakak melukis wajah jenazah adik agar mirip seperti Pangeran Zassy? "

Raja Agata mengangguk.

Raja Bakkara berkeringat dingin. "lalu bagaimana cara kakak agar jenazah adik bisa ber-akting layaknya hidup, jangan katakan kakak menggunakan jasa Witch(penyihir)."

"tentusaja aku tidak seputus-asa itu dengan menggunakan jasa Witch(penyihir). "

"lalu apa yang telah kakak lakukan?

"aku hanya mencari anak yang memiliki ciri hampir mirip seperti Pangeran Zassy, dari tinggi tubuh, bentuk wajah, bahkan dia juga harus memiliki elemen Api level 3. Lalu melukis wajahnya agar mirip dengan Pangeran Zassy...."

"....." Mendengar penjelasan barusan membuat hati Raja Bakkara menjadi lebih tenang. Kemudian dengan tenang ia mendengarkan penjelasan dari kakaknya yang belum selesai.

"..... Kemudian Aku perintahkan dia untuk membuat kegaduhan di pasar agar semua orang bisa melihat wajahnya dengan jelas. Karena itu akan menggiring petugas setempat untuk mengejarnya dan saat sampai di hutan orang kepercayaanku sudah bersiap agar dia tampak menghilang di dalam hutan. Sedangkan jenazah adik telah aku posisikan dalam posisi berdiri menggunakan benang kaca. Dan saat petugas setempat mencari, mereka akan langsung melihat Tubuh Api yang berkobar dari kejauhan di dalam hutan."

".....hebat... Tapi aku masih belum mengerti bagaimana kakak membakar jenazah adik agar terlihat seperti terbakar. Karena setahuku tubuh orang yang telah meninggal tidak akan mengeluarkan Api dari pori-porinya."

"aku melumuri tubuhnya dengan minyak tanah karena itu tubuhnya bisa terbakar. Tapi agar mata-mata Kaisar Baykyu tidak curiga dengan mencim aroma minyak pada bekas kaki jenazah adik yang membakar rumput dibawahnya, aku telah memerintahkan orang kepercayaanku untuk membakar lebih banyak area agar menyamarkan tempatnya berdiri."

"lalu sekarang dimana keberadaan jenazah adik? "

Raja Agata merunduk seakan tergambar penyesalan di raut wajahnya. Dengan menarik nafas yang terasa berat ia menjawab. "tubuhnya telah lama mati dan terawetkan di dalam Es selama ini. Jujur, aku tidak mengira tubuhnya yang dulu kuat terhadap Api dengan waktu yang lama... " Raja Agata menghentikan Penjelasannya sejenak karena yang terasa berat baginya. Kemudian melanjutkan tanpa mampu melihat wajah Raja Bakkara secara langsung. ".....tubuhnya memang tahan terhadap Api tapi tidak dalam waktu yang lama, karena itu permukaan kulit tubuhnya mengalami kerusakan. "

"APA?!!" Raja Bakkara shock mendengar kenyataan tersebut. Kemudian wajahnya tampak sedih dan menyesal.

"sekarang satu-satunya yang bisa aku lakukan hanyalah menyuruh pelukis wajah untuk menyamarkan permukaan kulit Jenazah adik yang rusak. Kemudian aku baru bisa mengembalikannya kemakam Istana secara diam-diam."

Raja Bakkara hanya diam tak berkomentar karena semua yang telah terjadi merupakan hasil dari kesepakatan bersama.

.........¤¤¤¤¤¤.........

Cahaya pagi menyinari jendela kamar, empat anak-anak bersiap menggenakan baju dan mantel mereka dan bersiap pergi untuk latihan di halaman depan gedung F. Sudah 4 hari sejak latihan lari 20 kilometer dimulai, tapi dikamar yang sama hanya Yu Shi yang berhasil lolos dan memasuki tahap 2 latihan. Sedangkan anak yang lain masih harus terus latihan lari setiap harinya. Mereka hanya bisa menatap iri sekaligus sedih saat melihat Yu Shi yang masih belum sadarkan diri dan terbaring di dalam ranjangnya. Sudah 2 hari berlalu sejak ia jatuh pingsan, tapi setidaknya kini tubuhnya terlihat membaik, suhu tubuhnya normal, warna kulitnya yang memerah kini kembali seperti semula, bahkan tubuhnya kini tidak bengkak.

Wang Xie, Ming Ruo, Yi Fang dan Hyo Soka keluar kamar meninggalkan Yu Shi sendiri tanpa seorangpun yang menemani.

Waktu berlalu sangat cepat tak terasa matahari sudah berada di ufuk barat dan langit mulai berwarna merah tanda waktu sudah akan sore. Hari ini ada 14 anak yang lolos menuju tahap 2 diantara ribuan anak lainnya yang masih berjuang di tahap 1. Diantara 14 anak tersebut nama Hyo Soka masuk kenalannya, wajahnya yang biasanya terlihat dingin sekilas tergambar senyum tipis di bibirnya. Tapi dia malam ini sepertinya harus menginap di ruang kesehatan karena permukaan kulit tubuhnya melepuh karena latihan ke 3 pada tahap 1.

Hari semakin alam Wang Xie, Yi Fang dan Ming Ruo segera menuju kamar dan mengistirahatkan tubuh mereka yang sangat lelah.

Saat membuka pintu mata Ming Ruo melebar melihat bayangan disudut ruangan yang sekilas terbias oleh cahaya dari luar. Dia tampak penasaran bayangan apa itu, kemudian ia memberanikan diri membuka penutup Crystal Nur yang berukuran kecil namun mampu menerangi seisi ruangan. Ternyata itu adalah Yu Shi yang duduk jongkok di sudut ruangan dengan memeluk kedua lututnya dan merundukkan kepala hingga wajahnya tak nampak.

"Yu Shi, kamu sudah sadar. Kenapa kamu duduk di sudut seperti itu?" tanya Ming Ruo.

"....." Yu Shi hanya diam tak menjawab.

Ming Ruo berjalan mendekat kearah Yu Shi kemudian berjongkok di depannya. Sedangkan Wang Xie dan Yi Fang berdiri di belakangnya.

"ada apa, apakah ada yang membuatmu resah? " tanya Ming Ruo.

"...." Yu Shi masih diam.

"Ming Ruo, mungkin dia ingin merenung sendiri. Lebih baik kita biarkan dulu dia seperti itu, aku yakin dia besok baik-baik saja." Yi Fang berpendapat.

Ming Ruo masih cemas melihat kondisi Yu Shi, tapi dia sama sekali tidak merespon panggilannya karena itu dia menuruti kata-kata dari Yi Fang untuk membiarkannya seperti itu. Kemudian ia merentangkan tubuhnya di ranjang dan berselimutkan bulu tebal. Tapi matanya masih melihat kearah Yu Shi dengan hati cemas.

Semua anak berpikir Yu Shi sekarang dalam kondisi sedih dan tidak ada yang tahu apa yang membuatnya sesedih itu hingga mereka menduga bahwa kesedihannya karena sakit yang ia alami hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Tapi sebetulnya tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya saat ini kesadaran Yu Shi sedang pergi dari tubuhnya dan bergerak keluar gedung F.