Chereads / imperial on the ocean ice / Chapter 42 - chapter 42 - racun melawan racun

Chapter 42 - chapter 42 - racun melawan racun

Haise masih duduk sendiri di ruang baca setelah Tabib Daiho pergi, dan dalam pikirannya ia bertekat. "aku yakin saat ini Pemimpin Tetua Healer ke 7 masih hidup. Aku pasti akan menemukannya."

.................¤¤¤¤...............

Tak jauh dari Reruntuhan bekas Istana Es, terlihat asap mengepul sangat tebal membumbung kelangit hingga sekilas terlihat seperti mendung di siang hari. Asap tersebut berasal dari sebuah gundukan pembakaran yang berada di belakang bekas Istana Es. Terlihat beberapa Ninja mengangkut ribuan tulang belulang dan menyeret ratusan mayat yang memenuhi Aula menuju tumpukan pembakaran.

..................¤¤¤¤¤...............

(di gedung F)

Di antara 6 anak, hanyaYu Shi yang tidak memerlukan perawatan di ruang kesehatan. Ia-pun pergi memasuki gedung F dan berjalan-jalan melihat setiap sudut ruangannya, beberapa Ninja yang berjaga nampak membiarkannya berkeliaran kamapun yang ia mau di dalam gedung F.  Kemudian ia menaiki tangga menuju atap gedung F, matanya melebar saat melihat asap yang membumbung tinggi yang jaraknya cukup jauh hingga tidak akan terlihat jika berada di halaman gedung F. "asap itu berasal dari mana, apakah ada gedung yang terbakar?.  Tapi itu mustahil mengingat seluruh bagian bangunan yang ada di reruntuhan Ibu Kota ini terbuat dari Es Abadi. "

...............¤¤¤¤¤...............

(di Kerajaan Tyoko)

Raja Agata, Raja Tobba dan Raja Bakkara masuk kedalam sebuah ruangan untuk berbicara antar saudara secara pribadi. Sedangkan Raja Kamane dan Qussra menunggu di ruangan lain sambil dijamu oleh dayang dan penari-penari yang begitu indah meliuk- liukkan tubuh mereka.

Dalam ruangan, Raja Agata memerintahkan semua dayang dan kasim untuk menjauhi ruangan.

"kakak, apa kamu yakin tidak ada mata-mata disekitar sini? " tanya Raja Bakkara yang khawatir.

"tentu saja, karena aku sendiri yang menyeleksi mereka. Kalaupun mereka berhasil menyusup,  setidaknya tidak ada satupun dari mereka yang memiliki elemen Angin untuk memberi kabar secara cepat pada pemimpin mereka." jawab Raja Agata dengan percaya diri.

Mendengar itu Raja Bakkara sedikit lebih tenang.

"yang jadi kunci adalah kabar tentang kematian Pangeran Zassy. Dengan kata lain jika kita menyebarkan kabar bahwa Pangeran Zassy masih hidup maka hukuman mati bisa di hindari. Mau bagaimanapun juga tidak ada bukti fisik bahwa Pangeran Zassy telah mati. Kalaupun Pangeran Zassy memang telah mati, tapi kabar bahwa dia masih hidup akan membuat hukum yang berlaku menjadi bingung dan Kaisar Baykyu tidak akan bisa berbuat banyak." Raja Agata memberikan Instruksi pada para Raja untuk menyebarkan kabar palsu.

"menurut Kakak, rumor apa yang tepat dan kuat untuk membuat seakan-akan Pangeran Zassy madih hidup? " Tanya Raja Bakkara.

"dengan rumor Tubuh Api. "

".....?."

"seperti yang kalian tahu, bahwa keturunan langsung Kaisar dari Kekaisaran Samaratungga pasti memiliki Tubuh Api." Raja Agata menerangkan rencananya.

"bagaimana bisa cara itu di pakai, anak-anak kita memang memiliki Tubuh Api tapi tidak sekuat yang di miliki keturunan langsung dari Kaisar. Apalagi Pangeran Zassy di lahirkan setelah Kaisar Baykyu dipilih oleh langit menjadi Kaisar. Aku tidak yakin Tubuh Api milik anak-anak kita bisa meyakinkan bahwa dia adalah Pangeran Zassy." Tobba mengutarakan opininya.

"siapa bilang kita akan menggunakan anak-anak kita." Raja Agata tersenyum miring dengan raut wajah yang percaya diri.

"?!.... maksud Kakak? " tanya Raja Bakkara yang sedikit terkejut.

"apakah kakak akan menggunakan salah satu dari saudara-saudara kita, bukankah postur tubuh kita terlalu tinggi dan besar untuk menirukan tubuh anak yang masih berumur 13 tahun? " Raja Tobba menyela.

"aku memang akan menggunakan salah satu dari saudara kita, tapi bukan yang hidup. "

"apa maksud kakak? " tanya Raja Tobba yang tidak mengerti.

"kita memiliki saudara yang sudah meninggal saat masih berumur 12 tahun dan jasadnya terawetkan dalam Es Abadi di pemakaman Istana."

"?!! Kakak aku tidak bisa terima ini, bagaimana mungkin kita tidak menghormati saudara kita yang telah lama meninggal?!" nada suara Raja Bakkara meninggi.

"sebelumnya aku sudah memikirkan itu. Biasanya manusia rela mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan nyawa manusia lainnya, bukankah lebih indah di dengar jika mengorbankan yang telah mati untuk menyelamatkan nyawa yang hidup. "

"?!" Raja Bakkara tak bisa menyela meskipun dalam hatinya masih belum bisa menerima.

".....aku setuju dengan pendapat Kakak." Raja Tobba menyetujuinya meski tampak duka yang tergambar di matanya.

...............¤¤¤¤¤¤...............

(di gedung F)

Hari sudah malam, Yu Shi bersama 4 teman sekamarnya asyik berbincang.

"Yu Shi hebat, bisa lari sampai garis Finish." Wang Xie kagum.

"sebetulnya aku beruntung dan aku tidak yakin bisa mencapai garis finish. lalu bagaimana dengan mu? " ucap Yu Shi sedikit merendah.

"aku berusaha keras berlari, tapi saat aku bangun ternyata sudah berada di ruang kesehatan. " Wang Xie menceritakan pengalamannya sambil bergerak menidurkan tubuhnya yang lelah.

"bagaimanapun juga aku bangga padamu Yu Shi, di antara begitu banyak anak yang berlari bersama kita, hanya ada 2 anak dari kelompok semut yang berhasil lolos." ucap salut dari Hyo Soka.

Yu Shi tersenyum tipis.

Malam semakin larut, lampu kamar sudah di matikan beberapa jam yang lalu. Sedangkan Yu Shi justru terbangun dari tidurnya dan melihat semua teman-temannya begitu lelap tertidur. Ia-pun berdiri dan mengambil mantelnya keluar dari gedung F,  beberapa Ninja yang berjaga membiarkannya begitu saja keluar dan berkeliaran entah kemana tanpa mengawasi ataupun mengikutinya. Angin dingin malam ini terasa cukup kencang tapi tubuh Yu Shi sudah mulai terbiasa dengan cuaca dingin, tanpa merasa terganggu dia terus berjalan kearah bangunan nomer 16.

Memasuki gedung nomer 16, Yu Shi melihat Jae Hyuk sibuk meramu beberapa  dedaunan yang memiliki warna mencolok dan berbintik.

"Guru sedang membuat apa? " Yu Shi mendekat untuk mengamati.

"aku sedang membuat racun. "

"racun... Apakah guru akan mendapatkan misi sehingga menyiapkan racun? "

"tidak, aku membuat racun bukan karena itu. " jawab Jae Hyuk yang masih sibuk meramu beberapa

"...?"

"aku membuatnya untuk mengobati. " jawab Jae Hyuk sambil menghentikan kegiatannya.

"bagaimana bisa? "

Tangan kanan Jae Hyuk bergerak santai menyentuh pundak Yu Shi.

Awwwwch!!!  Tiba-tiba Yu Shi merasakan sakit seperti di tusuk jarum. Pada saat yang sama Jae Hyuk mengangkat tangannya dari pundak Yu Shi.

"?!!!" Mata Yu Shi terbelalak saat melihat sebuah jarum cukup pajang  keluar perlahan dari pundaknya yang kini berada di antara dua jari Jae Hyuk. Seketika tubuhnya terasa seperti di cabik-cabik. "?!!!!.....a, apa yang telah guru lakukan padaku? "

Dengan santai Jae Hyuk mengamati jarum panjang di antara kedua jari-jarinya. "apakah kamu pernah mendengar racun dilawan dengan racun? "

Yu Shi menggelengkan kepalanya sambil menahan rasa sakit seperti dagingnya di cabik-cabik dari dalam hingga tubuh kecilnya berlutut di lantai.

"kadang obat samasekali tidak bisa menyembuhkan orang yang terkena beberapa jenis racun tertentu. Dan untuk menghilangkan efek racun, maka di butuhkan racun yang bertolak belakang dengan dosis tertentu. Tapi sayangnya selama ini aku tidak punya banyak kesempatan untuk mengujinya."

".....jadi... Maksud guru adalah ingin menjadikanku sebagai kelinci percobaan?.... " ucap Yu Shi dengan menahan rasa sakit yang seperti di cabik-cabik hidup-hidup, suhu tubuhnya semakin panas hingga pipinyapun memerah seperti tomat.

"tahanlah sebentar lagi, aku akan meramu racun untuk menangkal racun yang masuk kedalam tubuhmu. " ucap Jae Hyuk yang kembali meramu dedaunan beracun di mejanya.

Aaaaeeehhh!!!.....  Yu Shi menggeram kesakitan.

Tubuh Yu Shi kini menggeliat di lantai menahan rasa sakit dalam tubuh kecilnya. Suhu tubuhnya semakin panas dan dengan energi yang tersisa ia melepaskan mantel di tubuhnya dan merangkak keluar gedung nomer 16 untuk mengguling-gulingkan tubuhnya di atas permukaan salju. Racun itu membuat tubuh Yu Shi seperti di panggang dari dalam dan di cabik-cabik.

"seumur hidup aku tidak pernah merasakan sensasi terbakar karena aku memiliki Tubuh Api. Apakah ini yang di sebut terbakar? " pikir Yu Shi yang masih sibuk memendam tubuhnya dalam salju yang membuatnya lebih nyaman.

15 menit kemudian, Jae Hyuk keluar gedung nomer 16 dan melihat Yu Shi yang masih mengubur diri di dalam gundukan salju. Kemudian ia berjongkok melihat Yu Shi lebih dekat. "hei... Apa kamu baik-baik saja?"

"aku tidak baik. " jawab Yu Shi yang kesal dan menggeram karena menahan rasa sakit.

Tanpa banyak bicara,  Jae Hyuk menusukkan jarum di tangan kanannya tepat pada betis Yu Shi yang sedikit tertutup salju. Karena rasa sakit seperti di cabik dan sensasi panas yang begitu kuat membuat Yu Shi tak bisa merasakan tusukan jarum yang barusan menancap di betisnya.

"?....." Perlahan rasa sakit seperti di cabik-cabik dan sensasi panas di tubuhnya menghilang. Yu Shi-pun keluar dari gundukan salju yang membenam tubuhnya. Ekspresinya sedikit bingung sambil melihat kedua tangannya kini tidak berwarna merah kemudian dia berdiri.

Jae Hyu masih jongkok ditempatnya sambil mengamati Yu Shi.

Perlahan rasa dingin mulai terasa kuat menusuk tulang hingga tubuhnya menggigil kedinginan dan terbersit dalam pikirannya untuk masuk kembali ke gedung 16. Tapi tiba-tiba sensasi panas dan tubuh seperti di cabik-cabik dari dalam kembali lagi. Beberapa saat kemudian rasa dingin menusuk tulang kembali lagi seakan semua rasa sakit itu secara bergantian menyiksa tubuh kecil Yu Shi yang menggeliat tak karuan di atas salju.

"KAMU KURANG AJAR!!! " Yu Shi mengumpat dengan marah karena menahan rasa sakit yang bertarung di dalam tubuhnya. Dengan energi yang sedikit, ia merangkak menyerang Jae Hyuk yang tak jauh darinya.

Wajah Jae Hyuk mulai tampak sedikit cemas dan ia membiarkan Yu Shi merangkak untuk menyerangnya, tapi tenaga Yu Shi yang lemas dan lemah seperti serangan dari gigitan nyamuk bagi Jae Hyuk.

Setelah beberapa jam merasakan rasa sakit yang bertarung di dalam tubuhnya, Yu Shi mulai kehilangan kesadarannya. Jae Hyuk masih jongkok di dekatnya, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk mendeteksi kondisi Yu Shi. "kondisinya sekarang sudah normal kembali bahkan kedua racun level 10 sudah membaur dengan sempurna dalam tubuhnya. Anak ini sangat tangguh, dia bisa bertahan lebih lama dari yang aku duga. Melihat reaksi yang di timbulkan oleh kedua racun, sudah jelas anak biasa pasti akan mati kurang dari 5 menit. Bahkan jika aku sendiri tidak akan mampu menahan salah satu dari kedua racun, dan pasti mustahil bagiku harus menahan dua efek racun yang saling bergejolak. "

Jae Hyuk membopong tubuh Yu Shi memasuki gedung nomer 16, kemudian senyuman tergambar di bibir Jae Hyuk. "yang membuatku kagum bukanlah kemampuan tubuhnya untuk menahan racun, tapi keberanian dan tekatnya mengumpulkan tenaga untuk menyerangku meski dalam kondisi tak berdaya seperti itu. Hebat, dia masih bisa berpikir untuk menyerang sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat seperti itu. "